Kurangnya Aktivitas OtakÂ
Aktivitas otak dan sosialisasi merupakan salah satu kunci penting dalam menjaga kesehatan otak, terutama pada usia lanjut. Beberapa aktivitas yang bisa dilakukan untuk melatih otak antara lain membaca, menulis, bermain musik, atau bermain game yang melibatkan logika dan memori. Menyelesaikan tantangan teka-teki atau puzzle online juga bisa membantu melatih otak. Selain itu, belajar hal-hal baru seperti keterampilan berbahasa baru atau belajar cara membuat sesuatu yang baru, dapat membantu melatih dan merangsang kinerja otak.
Sosialisasi adalah aktivitas penting lainnya untuk menjaga kesehatan otak pada lansia. Sosialisasi membantu melatih kemampuan kognitif yang merupakan fungsi penting dalam otak untuk memproses, mengingat, dan menggunakan informasi. Berbicara dengan orang lain, terutama tetangga, teman, atau keluarga, menghadiri acara kelompok, atau mengikuti kelas bersama adalah beberapa cara untuk tetap sosial dan melatih kemampuan bahasa pada lansia.
Selain aktivitas otak dan sosialisasi, pola makan sehat juga penting untuk menjaga kesehatan otak pada lansia. Makanan yang sehat mengandung nutrisi penting seperti vitamin, mineral, lemak sehat, dan antioksidan yang bisa merangsang pembuluh darah kecil di otak dan membantu mengurangi risiko terjadinya kerusakan otak. Diet Mediterania adalah salah satu jenis diet sehat yang dikenal untuk mendukung kesehatan otak.
Olahraga aerobik teratur seperti berjalan kaki, bermain tenis, atau berenang, bisa membantu meningkatkan aliran darah ke otak, meningkatkan neuroplastisitas dan kognisi pada lansia. Latihan fisik ini juga dapat membantu mengurangi risiko terserang penyakit yang bisa mempengaruhi kognisi, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2.
Gangguan MedisÂ
Beberapa gangguan medis termasuk kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena pikun. Berikut adalah beberapa kondisi tersebut:
- Tekanan Darah Tinggi: Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah salah satu faktor risiko penting dalam terjadinya pikun pada lansia. Hipertensi dapat merusak pembuluh darah di otak dan memicu kerusakan pada sel-sel otak, serta meningkatkan risiko stroke dan penyakit kardiovaskular. Hipertensi yang tidak dikendalikan dengan baik juga dapat mempercepat perkembangan kerusakan otak yang terkait dengan Alzheimer.
- Diabetes: Diabetes merupakan kondisi medis yang menyebabkan meningkatnya kadar gula darah pada tubuh. Jika tidak ditangani dengan baik, diabetes dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah kecil dalam otak dan memperburuk risiko terjadinya Alzheimer. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang menderita diabetes tipe 2 memiliki risiko lebih tinggi terkena pikun.
- Depresi: Depresi adalah kondisi kesehatan mental yang terkait erat dengan risiko pikun pada lansia. Depresi kronis dapat menyebabkan perubahan hormon dan substansi kimia dalam otak yang dapat merusak sel-sel otak dan saraf. Selain itu, depresi juga dapat memperburuk gejala pikun pada penderita Alzheimer yang sudah menderita.
- Kecanduan Alkohol: Kecanduan alkohol bisa menyebabkan kerusakan otak pada jangka panjang dengan mengganggu keseimbangan kimia dalam otak. Orang yang mengalami konsumsi alkohol berlebihan dalam jangka panjang lebih rentan terkena pikun dan kondisi kesehatan mental lainnya.
Kualitas Tidur yang BurukÂ
Gangguan tidur pada lansia juga dapat memperburuk risiko terjadinya pikun. Penelitian menunjukkan bahwa lansia yang memiliki waktu tidur yang tidak mencukupi atau mengalami gangguan tidur reguler memiliki risiko lebih tinggi terhadap terjadinya pembentukan plak dalam otak yang berkaitan dengan Alzheimer. Selain itu, gangguan tidur dapat memicu peradangan dalam tubuh, yang dapat mempercepat kerusakan sel-sel otak yang terkait dengan Alzheimer.
Ada beberapa kondisi medis yang dapat mempengaruhi kualitas tidur, seperti sindrom sleep apnea (gangguan pernapasan saat tidur) dan akibat dari beberapa jenis obat yang mungkin dikonsumsi oleh orang lanjut usia.
Beberapa strategi tidur yang sehat dapat membantu menjaga kesehatan otak pada lansia, antara lain:
- Mempertahankan waktu tidur yang konsisten setiap hari tanpa jeda berkepanjangan.
- Menghindari tidur siang terlalu lama agar nafsu makan dan waktu tidur di malam hari tak terganggu.
- Membuat kamar tidur nyaman dan gelap.
- Menghindari konsumsi minuman yang mengandung kafein atau merokok 4-6 jam sebelum tidur.
- Melepas kacamata kontak atau membuka jendela dapat membantu menjaga kenyamanan tidur.