Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Lansia Rentan Terkena Pikun?

12 Agustus 2024   09:05 Diperbarui: 12 Agustus 2024   09:50 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang lansia mengalami pikun (sumber: alodokter.com)

Insiden demensia Alzheimer di seluruh dunia meningkat dengan cepat dan saat ini diperkirakan mendekati 46,8 atau 50 juta orang yang didiagnosis dengan demensia di dunia, 20,9 juta di Asia Pasifik (Alzheimer’s Disease International, World Health Organization, 2017), ada sekitar 10 juta kasus baru setiap tahun. Di Indonesia sendiri, diperkirakan ada sekitar 1.2 juta orang dengan demensia pada tahun 2016, yang akan meningkat menjadi 2 juta di 2030.(Sumber: alzi.or.id)

Salah satu kelompok usia yang paling rentan terhadap pikun adalah lansia. Mengapa hal ini bisa terjadi? Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi.

Proses Penuaan 

Proses penuaan adalah faktor utama dari peningkatan risiko pikun pada lansia, proses penuaan yang tidak bisa dihindari membuat organ-organ di dalam tubuh manusia mengalami perubahan jika dibandingkan dengan saat masih muda. Salah satu organ utama yang langsung terkena dampak penuaan adalah otak. Proses penuaan menyebabkan terjadinya perubahan pada otak, seperti pengurangan volume otak, meningkatnya jumlah protein abnormal yang terkait dengan Alzheimer, serta kerusakan pada saraf yang menghubungkan sel-sel otak, yang bisa mempengaruhi kinerja kognitif.

Di samping itu, pada lansia, kesehatan kardiovaskular juga bisa berdampak pada risiko pikun. Kesehatan jantung dan pembuluh darah yang buruk dapat menyebabkan sistem sirkulasi darah tidak berfungsi secara optimal, yang mengakibatkan kerusakan pada sel-sel otak. Selain itu, faktor psikologis juga bisa memengaruhi risiko pikun, seperti stres dan depresi kronis. Stress kronis dapat memicu kerusakan pada sel otak, bahkan pada lansia yang sehat.

Dalam kondisi yang optimis, seiring bertambahnya usia, sel-sel di otak bisa membentuk hubungan baru yang memperkuat koneksi antara sel-sel otak lainnya. Ini menjadikan otak tetap dapat berfungsi normal pada orang tua meski dengan dilambatkan. Namun, pada orang yang rentan terkena pikun, koneksi sel-sel otak lemah sehingga tidak mampu membentuk koneksi otak yang baru ketika diserang oleh efek penuaan dan faktor-faktor risiko lainnya.

Faktor Genetik 

Meskipun belum ditemukan dengan pasti, tapi genetik diyakini memainkan peran besar dalam meningkatkan risiko pikun pada seseorang. Gen tertentu yang diwariskan dapat memengaruhi kinerja otak, tetapi belum banyak diketahui apakah pengaruh genetik ini lebih cenderung pada demensia jenis tertentu atau hanya merusak secara umum.

Salah satu contoh ilustratif adalah kasus yang dinamakan Early-onset Alzheimer's disease (EOAD). EOAD adalah jenis demensia yang muncul pada usia lebih muda dari 65 tahun, dan dipicu oleh mutasi genetik yang tidak biasa. Orang dengan mutasi ini berisiko hingga 50% lebih besar terkena EOAD, meskipun bagaimana mutasi ini memengaruhi terjadinya demensia masih belum jelas.

Penelitian tentang genetik dan demensia sedang berlangsung dan diharapkan dapat membawa keuntungan dalam pengobatan atau mencegah pikun kelak. Sementara itu, Anda dapat mengurangi risiko pikun dengan menjaga kesehatan tubuh dan otak seperti mengindari merokok, berolahraga yang teratur, menjaga kesehatan jantung, kognitif (seperti belajar hal-hal baru, bermain teka-teki, dll), serta makan makanan yang sehat dan bergizi.

Kurangnya Aktivitas Otak 

Aktivitas otak dan sosialisasi merupakan salah satu kunci penting dalam menjaga kesehatan otak, terutama pada usia lanjut. Beberapa aktivitas yang bisa dilakukan untuk melatih otak antara lain membaca, menulis, bermain musik, atau bermain game yang melibatkan logika dan memori. Menyelesaikan tantangan teka-teki atau puzzle online juga bisa membantu melatih otak. Selain itu, belajar hal-hal baru seperti keterampilan berbahasa baru atau belajar cara membuat sesuatu yang baru, dapat membantu melatih dan merangsang kinerja otak.

Sosialisasi adalah aktivitas penting lainnya untuk menjaga kesehatan otak pada lansia. Sosialisasi membantu melatih kemampuan kognitif yang merupakan fungsi penting dalam otak untuk memproses, mengingat, dan menggunakan informasi. Berbicara dengan orang lain, terutama tetangga, teman, atau keluarga, menghadiri acara kelompok, atau mengikuti kelas bersama adalah beberapa cara untuk tetap sosial dan melatih kemampuan bahasa pada lansia.

Selain aktivitas otak dan sosialisasi, pola makan sehat juga penting untuk menjaga kesehatan otak pada lansia. Makanan yang sehat mengandung nutrisi penting seperti vitamin, mineral, lemak sehat, dan antioksidan yang bisa merangsang pembuluh darah kecil di otak dan membantu mengurangi risiko terjadinya kerusakan otak. Diet Mediterania adalah salah satu jenis diet sehat yang dikenal untuk mendukung kesehatan otak.

Olahraga aerobik teratur seperti berjalan kaki, bermain tenis, atau berenang, bisa membantu meningkatkan aliran darah ke otak, meningkatkan neuroplastisitas dan kognisi pada lansia. Latihan fisik ini juga dapat membantu mengurangi risiko terserang penyakit yang bisa mempengaruhi kognisi, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2.

Gangguan Medis 

Beberapa gangguan medis termasuk kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena pikun. Berikut adalah beberapa kondisi tersebut:

  • Tekanan Darah Tinggi: Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah salah satu faktor risiko penting dalam terjadinya pikun pada lansia. Hipertensi dapat merusak pembuluh darah di otak dan memicu kerusakan pada sel-sel otak, serta meningkatkan risiko stroke dan penyakit kardiovaskular. Hipertensi yang tidak dikendalikan dengan baik juga dapat mempercepat perkembangan kerusakan otak yang terkait dengan Alzheimer.

  • Diabetes: Diabetes merupakan kondisi medis yang menyebabkan meningkatnya kadar gula darah pada tubuh. Jika tidak ditangani dengan baik, diabetes dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah kecil dalam otak dan memperburuk risiko terjadinya Alzheimer. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang menderita diabetes tipe 2 memiliki risiko lebih tinggi terkena pikun.

  • Depresi: Depresi adalah kondisi kesehatan mental yang terkait erat dengan risiko pikun pada lansia. Depresi kronis dapat menyebabkan perubahan hormon dan substansi kimia dalam otak yang dapat merusak sel-sel otak dan saraf. Selain itu, depresi juga dapat memperburuk gejala pikun pada penderita Alzheimer yang sudah menderita.

  • Kecanduan Alkohol: Kecanduan alkohol bisa menyebabkan kerusakan otak pada jangka panjang dengan mengganggu keseimbangan kimia dalam otak. Orang yang mengalami konsumsi alkohol berlebihan dalam jangka panjang lebih rentan terkena pikun dan kondisi kesehatan mental lainnya.

Kualitas Tidur yang Buruk 

Gangguan tidur pada lansia juga dapat memperburuk risiko terjadinya pikun. Penelitian menunjukkan bahwa lansia yang memiliki waktu tidur yang tidak mencukupi atau mengalami gangguan tidur reguler memiliki risiko lebih tinggi terhadap terjadinya pembentukan plak dalam otak yang berkaitan dengan Alzheimer. Selain itu, gangguan tidur dapat memicu peradangan dalam tubuh, yang dapat mempercepat kerusakan sel-sel otak yang terkait dengan Alzheimer.

Ada beberapa kondisi medis yang dapat mempengaruhi kualitas tidur, seperti sindrom sleep apnea (gangguan pernapasan saat tidur) dan akibat dari beberapa jenis obat yang mungkin dikonsumsi oleh orang lanjut usia.

Beberapa strategi tidur yang sehat dapat membantu menjaga kesehatan otak pada lansia, antara lain:

  • Mempertahankan waktu tidur yang konsisten setiap hari tanpa jeda berkepanjangan.
  • Menghindari tidur siang terlalu lama agar nafsu makan dan waktu tidur di malam hari tak terganggu.
  • Membuat kamar tidur nyaman dan gelap.
  • Menghindari konsumsi minuman yang mengandung kafein atau merokok 4-6 jam sebelum tidur.
  • Melepas kacamata kontak atau membuka jendela dapat membantu menjaga kenyamanan tidur.

Tidak hanya itu, berolahraga secara teratur dan menjaga pola tidur yang baik merupakan kegiatan penting dalam mencegah terjadinya pikun pada lansia. Konsistensi dan disiplin dalam menjaga pola hidup sehat dapat membantu menjaga kesehatan otak pada lansia secara optimal.

Kesimpulan

Seiring bertambahnya usia, risiko terjadinya pikun pada lansia akan meningkat. Namun, pikun bukanlah kondisi yang tak terhindarkan dan bisa dicegah dengan menjaga kesehatan otak dan gaya hidup yang sehat. Anda dapat melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi otak dan terus mendorong kinerjanya dengan menerapkan aktivitas otak, interaksi sosial yang sehat, olahraga rutin, dan diet sehat.

Dengan berbagai faktor risiko yang ada, seperti penuaan, faktor genetik, kondisi medis, dan gangguan tidur, mempertahankan kesehatan otak tidaklah mudah. Tapi dengan kesabaran, disiplin, dan perawatan yang tepat, Anda bisa menjaga kesehatan otak dalam usia lanjut. Seiring bertambahnya usia, penting untuk tetap sadar akan faktor risiko dan mempelajari langkah preventif yang bisa membantu mencegah atau memperlambat perkembangan pikun dan penurunan kognitif pada usia lanjut.

Akhirnya, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan jika Anda mengalami kekhawatiran tentang kesehatan otak dan risiko pikun. Dengan menerapkan langkah-langkah perawatan yang tepat pada waktu yang tepat, Anda dapat mempertahankan kesehatan otak yang optimal dan tetap menikmati kehidupan di usia lanjut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun