Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Lansia Rentan Terkena Pikun?

12 Agustus 2024   09:05 Diperbarui: 12 Agustus 2024   09:50 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Insiden demensia Alzheimer di seluruh dunia meningkat dengan cepat dan saat ini diperkirakan mendekati 46,8 atau 50 juta orang yang didiagnosis dengan demensia di dunia, 20,9 juta di Asia Pasifik (Alzheimer’s Disease International, World Health Organization, 2017), ada sekitar 10 juta kasus baru setiap tahun. Di Indonesia sendiri, diperkirakan ada sekitar 1.2 juta orang dengan demensia pada tahun 2016, yang akan meningkat menjadi 2 juta di 2030.(Sumber: alzi.or.id)

Salah satu kelompok usia yang paling rentan terhadap pikun adalah lansia. Mengapa hal ini bisa terjadi? Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi.

Proses Penuaan 

Proses penuaan adalah faktor utama dari peningkatan risiko pikun pada lansia, proses penuaan yang tidak bisa dihindari membuat organ-organ di dalam tubuh manusia mengalami perubahan jika dibandingkan dengan saat masih muda. Salah satu organ utama yang langsung terkena dampak penuaan adalah otak. Proses penuaan menyebabkan terjadinya perubahan pada otak, seperti pengurangan volume otak, meningkatnya jumlah protein abnormal yang terkait dengan Alzheimer, serta kerusakan pada saraf yang menghubungkan sel-sel otak, yang bisa mempengaruhi kinerja kognitif.

Di samping itu, pada lansia, kesehatan kardiovaskular juga bisa berdampak pada risiko pikun. Kesehatan jantung dan pembuluh darah yang buruk dapat menyebabkan sistem sirkulasi darah tidak berfungsi secara optimal, yang mengakibatkan kerusakan pada sel-sel otak. Selain itu, faktor psikologis juga bisa memengaruhi risiko pikun, seperti stres dan depresi kronis. Stress kronis dapat memicu kerusakan pada sel otak, bahkan pada lansia yang sehat.

Dalam kondisi yang optimis, seiring bertambahnya usia, sel-sel di otak bisa membentuk hubungan baru yang memperkuat koneksi antara sel-sel otak lainnya. Ini menjadikan otak tetap dapat berfungsi normal pada orang tua meski dengan dilambatkan. Namun, pada orang yang rentan terkena pikun, koneksi sel-sel otak lemah sehingga tidak mampu membentuk koneksi otak yang baru ketika diserang oleh efek penuaan dan faktor-faktor risiko lainnya.

Faktor Genetik 

Meskipun belum ditemukan dengan pasti, tapi genetik diyakini memainkan peran besar dalam meningkatkan risiko pikun pada seseorang. Gen tertentu yang diwariskan dapat memengaruhi kinerja otak, tetapi belum banyak diketahui apakah pengaruh genetik ini lebih cenderung pada demensia jenis tertentu atau hanya merusak secara umum.

Salah satu contoh ilustratif adalah kasus yang dinamakan Early-onset Alzheimer's disease (EOAD). EOAD adalah jenis demensia yang muncul pada usia lebih muda dari 65 tahun, dan dipicu oleh mutasi genetik yang tidak biasa. Orang dengan mutasi ini berisiko hingga 50% lebih besar terkena EOAD, meskipun bagaimana mutasi ini memengaruhi terjadinya demensia masih belum jelas.

Penelitian tentang genetik dan demensia sedang berlangsung dan diharapkan dapat membawa keuntungan dalam pengobatan atau mencegah pikun kelak. Sementara itu, Anda dapat mengurangi risiko pikun dengan menjaga kesehatan tubuh dan otak seperti mengindari merokok, berolahraga yang teratur, menjaga kesehatan jantung, kognitif (seperti belajar hal-hal baru, bermain teka-teki, dll), serta makan makanan yang sehat dan bergizi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun