Pandemi Covid-19 ini telah mengubah tatanan kehidupan di masyarakat dari berbagai aspek, salah satunya dalam bidang pendidikan. Sejak tahun 2020, pemerintah pusat telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan baru, salah satunya yaitu kebijakan social distancing yang menyebabkan pemerintah harus menghentikan sementara atau meliburkan aktivitas tatap muka seluruh lembaga-lembaga pendidikan. Hal itu dilakukan sebagai upaya pencegahan penularan virus Covid-19 ini.
Kebijakan tersebut memberikan dampak yang cukup besar bagi bidang pendidikan, dimana kegiatan belajar mengajar biasanya dilakukan secara langsung dengan tatap muka, tetapi sekarang seluruh siswa di Indonesia harus mengikuti pembelajaran jarak jauh secara daring dari rumah mereka masing-masing.
Perubahan cara pembelajaran tersebut merupakan hal baru bagi siswa dan tentu saja menyebabkan berbagai macam masalah. Tidak sedikit siswa mengalami kesulitan selama melakukan pembelajaran secara daring ini. Mulai dari masalah jaringan dan kuota, belum memiliki gadget, serta masalah yang tidak kalah pentingnya yaitu kesehatan.
Selama pandemi banyak sekali siswa yang kesehatannya terganggu, terutama pada kesehatan fisik maupun mentalnya.
Para siswa menghubungkan stres mereka dengan kekhawatiran tentang kesehatan mereka, kesulitan berkonsentrasi, dan gangguan dalam pola tidur.
Selain itu juga, kebanyakan siswa kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan karena tidak ada penjelasan-penjelasan awal dari guru tentang tugas yang dibebankan tersebut. Terlebih lagi biasanya guru hanya memberikan tugas melalui grup Whatsapp. Siswa juga kelelahan mengerjakan tugas yang sangat banyak, sementara waktu yang diberikan oleh gurunya sangat singkat.
Para siswa seakan-akan dituntut untuk mengerjakan semua tugas tanpa mendapatkan penjelasan terlebih dahulu. Oleh sebab itu, banyak siswa yang mengeluh dan tidak bersemangat lagi dalam mengerjakan tugas.
Permasalahan tersebut dialami oleh Navira, mahasiswi dari Universitas Indonesia yang menjelaskan mengenai kesehatan fisik dan mentalnya selama melakukan pembelajaran secara daring.
"Dilihat dari kesehatan fisik, saya merasa pembelajaran secara daring cukup melelahkan dan terkadang saya merasakan kelelahan, kekhawatiran, dan kejenuhan yang dirasakan akibat penggunaan platform komunikasi virtual yang berlebihan atau biasa disebut dengan istilah 'Zoom Fatigue'. Saya terkadang juga merasakan lelah pada mata dan pegal-pegal karena duduk di depan layar selama 7 jam bahkan lebih." Ungkapnya.
"Secara mental, terkadang saya sangat membutuhkan berdiskusi dan berinteraksi secara langsung dengan teman teman saya. Namun, akibat pandemi ini saya harus beradaptasi dengan keadaan. Saya juga terkadang merasa resah karena terkadang tidak bisa membedakan internet dari dosen atau internet saya yang bermasalah. Saya juga terkadang kesulitan mengakses kuis lewat platform online karena koneksi saya kurang stabil. Jadi, selama pembelajaran secara daring ini saya kebanyakan merasakan resah karena takut tidak bisa maksimal dalam belajar." tambah Navira mengenai kesehatan mentalnya.
Pengalaman yang sama juga dialami oleh Nugi, mahasiswa dari Universitas Negeri Jakarta.
"Kesehatan fisik saya juga semakin memburuk, fisik saya terus membesar karena kurangnya bergerak, alhasil jadi makin capek dalam beraktivitas dan memerlukan tidur yang lebih lama." Ungkapnya.
"Pembelajaran daring menurut saya kurang efektif, karena saya kurang dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik dikarenakan sering pusing saat melihat layar laptop terlalu lama." Lanjut Nugi.
Begitu pula dengan Adit, salah satu mahasiswa Universitas Trisakti yang memiliki pendapat yang sama dengan Navira dan Nugi.
"Menurut saya pembelajaran daring ini sangat melelahkan fisik sekali karena kita harus fokus dalam mendengarkan penjelasan dosen, dimana hal itu membutuhkan tenaga ekstra dalam mendengarkannya. Selain itu, akibat terlalu lama di depan laptop dapat menyebabkan gampang letih dan sakit dibagian mata. Badan saya juga sering pegal-pegal karena full tegak hampir selama berjam-jam."
"Saya juga terkadang malas dan rasanya bawanya selalu letih ketika kuliah dan juga sering merasa kelelahan dalam mengerjakan tugas di larut malam sekali. Intinya, kalau mood sedang jelek, mengikuti perkuliahan pun juga." Ungkap Adit dalam penjelasannya.
Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa memang terdapat pengaruh pembelajaran secara daring terhadap kesehatan fisik dan mental siswa, terutama pengaruh yang negatif.
Meski hanya sibuk di depan layar, tetapi pembelajaran secara daring memang cukup menguras energi dan terkadang terasa tidak efisien. Tidak heran jika para siswa merasakan tekanan dari kegiatannya tanpa memperhatikan kesehatan fisik dan mental.
Istirahat juga tidak kalah penting. Istirahat sejenak lebih baik daripada tidak sama sekali, tetapi kita juga tetap harus mengontrol waktu dan energi dengan lebih efektif agar dapat fokus kembali.
Selain itu, terapkanlah pola hidup sehat seperti mengonsumsi makanan sehat dan bergizi, berolahraga teratur, serta melakukan self-healing seperti mendengarkan musik, menonton film, ataupun melakukan aktivitas yang menyenangkan lainnya juga sangat penting untuk diperhatikan.
Jika mental dan fisik kita sehat, apa yang kita lakukan akan lebih efektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H