Setelah terputus telepon, tak berselang lama, seluruh tubuh terasa lelah, tak menyadari, kepala terangkat, kaki, tangan mulai bergerak, mata tetiba melebar. Tubuh seakan mengembalikan dirinya seperti semula, tiada lagi kematian, sistem saraf kembali normal. Tadinya langkah yang berat sudah berubah kapas, ringan sekali! Lama terdiam, berlarut seperti patung, seorang lelaki itu sontak bangkit, berdiri lalu meninggalkan gubuk.
Kursi dan meja hitam menjadi saksi, berkat dua sosok ditelepon. lelaki malang itu bebas dari keterpurukan. Sepanjang jalan, terisi gagasan, meski kadang-kadang bencana datang di luar rencana, bukan dalil untuk menyerah. Tapi jalan keluar harus diusahaka , sebab di dunia bukanlah wadah untuk terjebak. Lain dari itu, ada banyak hal. Belajar untuk tak sama dengan yang lain juga merupakan salah satunya.Â
Sejatinya hidup adalah sebuah perbedaan, namun perbedaan bukanlah titik henti, masih banyak yang harus diperjuangkan. Apalagi selevel mahasiswa, berdiam diri hanyalah kekonyolan, karena penindasan akan terus berjalan. Bangunlah dengan dua keresahan, satu; kesejahteraan masyarakat, terakhir, kebahagiaan orang tua. Maka bersenang-senanglah menikmati dunia kampus, asal jangan lupa rumah.
Riryvory
Senin 18 Maret 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H