Mohon tunggu...
Muhammad Arif
Muhammad Arif Mohon Tunggu... Guru - Columnist

Bekerja untuk masyarakat dan ilmu pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berawal dari Olok-olok

20 Agustus 2019   00:14 Diperbarui: 11 Agustus 2020   19:17 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budi yang sedikit terperangah menjawab, "Kami berjanji tidak akan mengulangi lagi, Pak. Saya juga salah."

"Sekarang begini saja, bapak tidak akan kasih tahu kejadian ini kepada Kepala Sekolah sehingga kalian tidak akan dikeluarkan, tapi dengan satu syarat!"

"Syaratnya apa, Pak?", tanya mereka bersamaan.

"Coba, akui kesalahan kalian masing-masing kemudian berpelukan lagi untuk saling memaafkan!" Mereka dengan patuh mengerjakan kesepakatan tersebut.

"Sekarang kalian berjalan sambil merangkul bahu masing ke dalam kelas. Tunjukkan ke teman kalian bahwa kalian sudah baikan." Pun itu mereka kerjakan dengan patuh.

"Cieee", kata itu menyambutku dan dua murid yang tadi berkelahi saat memasuki kelas.

"Hei, tidak ada suara", agak kikuk merespon situasi.

"Simpan semua buku cetak kalian!", aku lanjutkan dengan perintah tegas.

"Tapi, Pak. Saya belum siap", rata-rata menjawab demikian.

"Apa yang bapak bilang barusan. Apa perlu bapak ulangi lagi!?"

"Tidak, Pak. Siap laksanakan", kata salah satu murid dengan spontan membuat ekspresi seriusku nyaris buyar karena kepolosan mereka membuatku ingin terbahak-bahak saat itu juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun