Di samping itu, peternakan sapi perah di Indonesia masih didominasi oleh metode tradisional. Sebagian besar peternak lokal menggunakan teknik pemeliharaan yang diwariskan secara turun-temurun tanpa intervensi teknologi modern. Hal ini mencakup penggunaan peralatan manual untuk pemerahan, pengolahan susu, dan pemantauan kesehatan sapi. Tanpa akses ke teknologi canggih, seperti sistem pemantauan kesehatan berbasis digital atau mesin pemerahan otomatis, potensi peningkatan produksi menjadi sangat terbatas. Padahal, teknologi ini tidak hanya mampu meningkatkan produktivitas tetapi juga memperbaiki kualitas susu yang dihasilkan. Â
Masalah Infrastruktur dan Logistik
Selain masalah produktivitas dan teknologi, infrastruktur yang kurang memadai juga menjadi hambatan besar bagi pengembangan industri susu lokal. Salah satu masalah utama adalah minimnya fasilitas penyimpanan susu segar, seperti **cold storage**, yang menyebabkan susu cepat rusak sebelum sampai ke konsumen. Distribusi susu segar juga menghadapi kendala akibat jaringan transportasi yang belum optimal, terutama di daerah-daerah terpencil yang jauh dari pasar utama. Akibatnya, tingkat kehilangan hasil pascapanen (post-harvest loss) menjadi cukup tinggi. Hal ini tidak hanya merugikan peternak, tetapi juga membatasi pasokan susu segar bagi masyarakat. Â
Persaingan Harga dengan Susu Impor
Faktor lain yang memperburuk kondisi adalah persaingan harga dengan produk susu impor. Susu impor, terutama dalam bentuk susu bubuk, sering kali dijual dengan harga lebih murah di pasar domestik. Kondisi ini dipengaruhi oleh efisiensi produksi di negara asal yang jauh lebih baik, serta subsidi pemerintah yang diberikan kepada peternak di negara-negara pengekspor susu. Sebaliknya, peternak lokal di Indonesia harus menghadapi biaya produksi yang lebih tinggi tanpa adanya dukungan subsidi yang memadai. Akibatnya, susu lokal menjadi kurang kompetitif di pasar, baik dari segi harga maupun volume pasokan. Â
Dampak terhadap Peternak Lokal
Gabungan dari faktor-faktor di atas tidak hanya membatasi kontribusi susu lokal terhadap kebutuhan nasional tetapi juga memberikan dampak signifikan terhadap kesejahteraan peternak. Banyak peternak kecil kesulitan bertahan di tengah tekanan harga dan rendahnya hasil produksi. Sebagian dari mereka bahkan terpaksa meninggalkan usaha peternakan karena tidak mampu menutup biaya operasional. Dalam jangka panjang, situasi ini mengancam keberlanjutan sektor peternakan sapi perah lokal yang seharusnya menjadi pilar utama dalam mewujudkan kemandirian pangan nasional. Â
Peluang dan Harapan
Meskipun tantangan yang dihadapi cukup besar, peluang untuk memperbaiki kondisi produksi susu lokal tetap terbuka lebar. Dukungan pemerintah melalui kebijakan yang tepat, seperti subsidi pakan, akses kredit lunak, dan pelatihan teknologi bagi peternak, dapat menjadi langkah awal untuk meningkatkan produktivitas. Selain itu, penguatan infrastruktur, termasuk penyediaan fasilitas penyimpanan dan distribusi yang memadai, akan membantu mengurangi tingkat kehilangan hasil. Kerja sama dengan sektor swasta juga dapat mendorong modernisasi peternakan melalui program kemitraan yang saling menguntungkan. Â
Dengan langkah-langkah strategis yang tepat, industri susu lokal Indonesia memiliki potensi besar untuk tumbuh dan berkontribusi lebih signifikan dalam memenuhi kebutuhan susu nasional. Tidak hanya itu, pemberdayaan sektor peternakan lokal juga dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian pedesaan serta meningkatkan kesejahteraan peternak kecil di berbagai daerah.
Dampak Kebijakan Impor Susu terhadap Peternak Lokal