Jam dinding menunjukkan waktu 17.00 WIT. Kurang lebih 1 jam lagi akan berbuka puasa. Ridwan sudah mandi, dan duduk bermain mobil remote kontrol warna merah kesukaanya. Hamzah baru datang dari kantor. Fatimah menyambutnya di depan pintu.
” Assalamu alaikum...”
” Waalaikum salam Abi. Sempat beli kue untuk berbuka khan ?”
” Iya, ini..” kata Hamzah
Sambil menurunkan tas kantor, dan buka sepatu. Fatimah istri Hamzah berkata :
”Abi, tadi saat mandi Ummi sampaikan kalo malam ini Abi mengajak Ridwan ke masjid untuk I’tikaf” Kata Fatimah.
”Bukanya sebaikya tidak diajak Ummi, umurnya khan masih 3 tahun. Yang paling kecil anak ustad Ali saja umur 3 tahun 8 bulan. Itupun minta ampun repotnya dech” ... ”Ntar kita malah tidak bisa Qiyamullail lagi, malah sibuk urusin Ridwan. Belum kalo Ridwan menangis kalo Abi tidak disampingnya. Pokonya bakal repot dech Ummi” kata Hamzah dengan nada agak tinggi
”Astagfirullah, Abi jangan balik ke belakang ya... Ridwan dengar lho” Tiba-tiba Fatimah meminta Hamzah untuk tidak melanjutkan perkataanya
...Ternyata Ridwan menyimak dari tadi pembicaraan orang tuanya.
”Wajah Ridwan sepertinya sedih Abi” Lanjut Fatimah
Sambil membawa mainannya Ridwan menghampiri Hamzah
”Nanti malam, Abi pergi lagi ka ?. Ridwan juga diajak khan Abi ?” Kata Ridwan
”Ridwan tidak Abi ajak. Ridwan jaga Ummi saja dengan adik Syauqi. Nanti Abi repot jaga Ridwan. Nanti Abi tidak bisa Tilawah, tidak bisa Qiyamullail. Khan malah rugi” kata Hamzah
Fatimah menggelengkan kepala, tidak menyangka kalo Hamzah berkata seperti itu didepan Ridwan, anaknya..
Ridwan diam, wajahnya tertunduk. Dan bergegas pergi...
”Jangan berkata seperti itu di depan Ridwan Abi. Anak seusianya sangat peka dengan perkataan seperti itu. Jangan jadikan dirinya penyebab susahnya Abi beribadah” Kata Fatimah
”Iya Ummi. Abi salah. Nanti malam Abi ajak saja” Kata Hamzah, dengan sedih
.........................
Fatimah sudah menyiapkan perlengkapan tidur Ridwan. Mulai dari alas tidur, selimut, baju ganti, cemilan, susu, dll. Pokoknya malam ini lebih lengkap dari biasanya.
”Ridwan ikut kan Abi” Tanya Ridwan
”Iya nak. Ridwan ikut. Tapi jangan tidak sholeh ya. ”
Ridwan tak menjawab, hanya diam saja
Jam 9 malam, acara dimulai. Saat Hamzah masuk masjid dan hendak menunaikan shalat Tahiyatul masjid ternyata Ridwan sudah hilang dari sampingnya. ”Wah, ujian pertama nih” Kata Hamzah dalam hati
Saat kajian malam, sebenarnya materi kajian malam ini adalah materi kajian yang disenangi Hamzah. Tapi karena Ridwan mondar-mandir kayak sterikaan. Buka tutup pintu masjid. Lari kesana kemari...Dan materi kajian malam ini berlalu dengan sendirinya
Belum lagi Ridwan meminta ditemani buang air kecil, bermain-main saat wudhu, lompat kesana kemari dan menumpahkan air di masjid. Saat lampu masjid dimatikan yang menandakan waktu tidur bagi peserta I’tikaf. Ridwan belum tidur. Dia masih bermain. Maka lengkaplah sudah penderitaan Hamzah malam ini...
Hamzah mulai khawatir, sepertinya malam ke 26 bulan Ramadhan ini akan sia-sia belaka. Kata Hamzah dalam hati
Jam menunjukkan 23.20 Ridwan mulai letih sepertinya. Hamzah sudah menyiapkan alas tidur dan selimut Ridwan. Untungnya beberapa saat lamanya Ridwan pun tertidur.
”Alhamdulillah, kini saatnya tilawah” Kata Hamzah dalam hati
Namun, baru beberapa ayat Al-Qur’an yang dibacanya. Sepertinya Hamzah pun juga mulai letih. ”Mungkin karena menjaga Ridwan tadi”
Jam 3 Subuh, peserta I’tikaf sudah dibangunkan panitia dan sebahagian sudah bersiap akan melaksanakan Qiyamullail. Imam Qiyamullail juga sudah datang. Hamzah tidak bergabung dengan sebahagian jamaah, tapi shalat sendiri disamping Ridwan. Dia takut kalo ternyata ketika shalat Ridwan bangun dan mencarinya. Bisa mengganggu konsentrasi jamaah I’tikaf
Jadilah Hamzah shalat sendiri disamping Ridwan. 2 rakaat pertama Hamzah merasa ”aman” karena Ridwan sepertinya tidak bangun
Namun saat pada 2 rakaat kedua, ketika Hamzah baru selesai membaca surah Al-Fatihah. Tiba-tiba Ridwan bangun. Hamzah ingin mempercepat shalatnya namun ternyata Ridwan tidak menangis. Bahkan Ridwan langsung berdiri dan sholat disamping Hamzah. Entah mengapa, shalatya Ridwan disamping Hamzah seakan membuat Hamzah bahagia. Bacaan surah Hamzah menjadi lebih pelan, seakan-akan Hamzah ingin menikmati kebersamaan shalat mereka berdua.
2 rakaat pun diselesaikan Hamzah dengan Ridwan sebagai makmumnya.
”2 rakaat lagi ya nak” Kata Hamzah
Ridwan hanya menganggukkan kepala...
2 rakaat selanjutnyapun dilanjutkan Hamzah. Namun kali ini bacaan Hamzah sudah terbata-bata. Hamzah hanya bisa melantunkan surah Al-Fatihah dan tidak mampu melanjutkan untuk surah lainya. Hamzah bahagia dengan tangisnya. Bagaimanapun, anak sekecil ini yang semula membuatnya repot menjadi sirna. Ketika berdoa Hamzah membayangkan Ridwan menjadi anak yang menyejukkan hati bagi orang tuanya. Menjadi anak yang bermanfaat bagi dunia ISLAM. Anak yang bisa mengumpulkan mereka sekeluarga di Surga kelak. Doa Hamzah kali ini lebih lama dari biasanya. Tangisnya deras, sederas permintaan doa untuk anaknya. Sambil memeluk Ridwan, Hamzah berkata ”Qiyamullail malam ini bersamamu nak, tidak akan pernah Abi lupakan, kelak akan kita kenang cerita ini di surga bersama Ummi dan Syauqi”
Keterangan :
Qiyamullail = Shalat malam
I’tikaf = Bermalam di masjid, memperbanyak Ibadah di 10 hari terakhir bulan Ramadhan
Tilawah = Membaca Al-Qur’an
Abi = Ayah
Ummi = Ibu
Sholeh = Sikap yang baik, biasanya kata yang disampaikan ke anak-anak
Shalat Tahiyatul Masjid = Shalat ketika masuk masjid. 2 rakaat sebelum duduk
Muhammad Arafah, ST
Malam 26 Ramadhan (10 hari terakhir Ramadhan).
Subhanallah, Moga kelak engkau seperti nama yang kami berikan kepadamu nak...Alm. Syaikh DR. Muhammad Mahmud Al-Sawwaf.
Email : arafah.muhammad@gmail.com
Website : tepikapal.multiply.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H