Dikala pagi hari telah tiba, tiupan angin dari timur menggugurkan dedaunan di depan rumahku. Tatkala ku buka jendela kamar untuk menghirup udara segar di pagi hari, angin-angin itupun masuk kedalam ruang tidurku, sungguh indahnya udara ini sehingga hatiku terpikat olehnya.Â
Sejuknya udara di pagi ini membuatku lalai atas semua tugasku, kurasakan nikmatnya angin membelai wajahku, kutarik  nafas,  kuhirup dalam-dalam sambil bertasbih "subhanallah wa bihamdi" kutahan dalam dada, lalu kuhembuskan berlahan-lahan sambil bertasbih "suhbanallah hilazim" dan ku ulang berulang kali kata seperti itu.
Terasa begitu sejuk, begitu segar, begitu damai dan tentram dunia ini.
"Nida!!"
Ohh..panggilan itu, suara itu sangatlah khas dalam hidupku, suara sang semangatku, suara mengandung cinta yang amat mendalam dan mengandung doa yang amatlah iklas. Ibu memanggilku  dari balik pintu kamarku.
"Dalem bu" Jawaban orang jawa ketika dipanggil orang yang lebih tua atau muda
"Nida udah mandi" Tanya ibu sambil tersenyum
"Belum bu, hehe" Jawabku sambil tersipu malu
"Ya udah buruan mandi, sebentar lagikan kamu kuliah entar kesiangan lo" Kata-kata sosok ibu yang penuh dengan rasa kasih sayang.
"Enjh bu" ..
Selepas mandi seperti biasa aku menyiapkan peralatan kuliahku, lalu makan bersama keluarga kecilku yang sudah menungguku di meja makan, kami dirumah cuma ber empat, aku, abah, ibu, dan adiku Nadia, usai makan aku bergegas kekamar mengambil buku dan handphone, saat kunyalakan handphone ternyata ada "lima" panggilan tak terjawaab nomer tidak dikenal lagi, anggapanku itu nomer nyasar karena belom ku simpan dalam kontak.
Cium tangan sebelum berangkat sekolah itu sudah diajarkan oleh orangtuaku sejak aku masih usia dini. Hidup dalam kesederhanaan mengajarkanku akan banyak hal, apa arti kesabaran dan apa arti sebuah tujuan, ayahku hanyalah lulusan  pesantren dan seorang petani kopi yang hanya bisa memetik hasil panenya setahun sekali, ayahku adalah motivator terbesar dalam hidupku, yang selalu mengajarkan kesabaran dalam melewati segala problematik yang hadir dalam kehidup ini.
Sedangkan ibuku hanyalah tamatan SMP (sekolah menengah pertama) akan tetapi ibuku pintar memasak dan membuat beraneka ragam kue, sampai-sampai tatkala ada orang hajatan pasti memangil ibuku,
Dan adiku tersayang Nadia dia masih usia 10thn akan tetapi dia sudah hafal al-Qur'an 30 juz, karena sejak kecil udah di pesantren.
****
Selepas bersalaman aku mengambil kue-kue yang semalaman kami buat, untuk dijual di kantin kampus lalu bergegaslah aku keluar rumah karena sahabat karibku zahra sudah memangiliku.
Zahra adalah  sahabat karibku sejak aku duduk di bangku TK (Taman kanak-kanak) dari dulu sampai sekarang zahra dan aku selalu satu sekolahan, karena zahara terbilang orang yang secara ekonominya menengah ke atas dan berhati malaikat, maka dari itulah zahra selalu menjemputku saat hendak pergi sekolah. Diriku bisa kuliah, karena sebuah keberuntungan yang diberikan Allah SWT.
Ceritanya, dulu waktu aku duduk di bangku  MA (Madrasah Aliyah), sekolahanku mendapatkan kunjungan Rektor, salah satu Universitas ternama di Indonesia,  saat itu kepala sekolah menunjukku mewakili semua siswa-siswi untuk berpidato "dua" Bahasa.Â
Bahasa Arab dan Inggris, walaupun aku bukan lulusan pesantren seperti ayah, sejak kecil orangtuaku selalu mengantarku kepondok untuk mengaji Diniyah, disitulah dikit demi sedikit aku bisa belajar mengartikan tulisan Arab dan kitab kuning.
Selepas berpidato, kepala sekolah memangilku keruang kantor untuk bertemu Rektor kampus ternama itu, ujar wali kelasku, Â hatikupun terasa sangat berdenyut takut, apakah ada kesalahan kata yang aku ucapkan saat berpidato tadi, sampai-sampain aku dipangil keruang kantor, "ungkapan dalam batinku".
Akhirnya selepas acara, aku langsung menghadap kepala sekolah dan Rektor kampus ternama itu, sembari berjalan, kaki yang gemetar, hati yang gelisah, muka penuh rasa takut, sembariku baca sholawat "Hasbunallah wa nikmal wakil" Berharap agar diriku bisa tenang ketika bertatap dengan beliau.
Tak ku sangka hadiah yang Allah berikan sangatlah indah, sepontan aku langsung sujud syukur atas hadia terindah dalam hidupku. Hadiah dimana selepas Aliyah aku langsung bisa kuliah geratis sampai selesai di Universitas ternama itu, Universitas Brawijaya malang Indonesia.
Di pertengahan jalan menuju kampus, Zahra memangilku sesambil menyetir motor metik itu.
 "Nida" Suara keras Zahra, karena bisingnya tiupan angin saat mengemudi.
 " Iya dalem Zahra" Jawabku sedikit nada tinggi
 "Tadi pagi ada yang telfon kamu nggak?" Masih dengan nada tinggi dengan sedikit kepo.
 "Iya ada, kenapa emang ra?"
 "Enggak..lah terus kamu angkat nggak telvonya ?"
 "Ya enggak lah, orang aku nggak kenal":D *nyengir*
 "Halah, coba kamu angkat da!"
 "Lah si, emang Zahra kenal sama orang yang telfon aku" Tanyaku sambil sedikit kepo.
 "Kenal, oarang aku yang ngasih nomer kamu kedia, hehe" Jawab Zahra sambil terbahak-bahak
 "resek kamu ya, males aku lah" Jawabku samil mencubit Zahara karena sedikit kesal.
 "Nggak gitu lo Nida, jagan marah dulu, kamukan bentar lagi wisuda sapa taukan dia jodohmu" Jawab Zahra diantara memuji da mengejekku.
 "Yaah.. Bukanya kalok jodoh itu nggak kemana ya Zahra?:D *nyengirku*
 "Ya kan sapa tau, belom dicoba jugaan da" Dengan nada ngeyelnya si Zahra
 "Zahra yang manis, jangan membiarkan ketidak pastian memenjarakanmu, pada kesedihan, jangan membiarkan sesuatu yang sia-sia membebani hidupmu yang indah itu" Jawabku seraya orang dewasa :D * nyengir*
 "Iya..iya..Nida maaf deh, nggak akan aku ulangi lagi kok" Perkataan yang lebut, seperti orang yang habis dimarah Dosen.
****
Kalu itu jodohmu pasti tak akan kemana, jangan sampai ketidak pastian, memenjarakanmu membuatmu lemah atas masalah cinta, jangan sampai kesedihan menghujanimu dan jangan pula sesuatu yang sia-sia itu menghalangi cita-citamu bahkan sampai membebani hidupmu yang indah itu, karena di antara mereka yang datang hanya penasaran, bukan untuk beneran, dan harapan terindah bukanlah berharap kepada manusia akan tetapi berharap kepada  Allah SWT.
"Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji pula, sedangakan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki baik, dan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik pula, mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga)".( QS.An-Nur:26.)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H