Cium tangan sebelum berangkat sekolah itu sudah diajarkan oleh orangtuaku sejak aku masih usia dini. Hidup dalam kesederhanaan mengajarkanku akan banyak hal, apa arti kesabaran dan apa arti sebuah tujuan, ayahku hanyalah lulusan  pesantren dan seorang petani kopi yang hanya bisa memetik hasil panenya setahun sekali, ayahku adalah motivator terbesar dalam hidupku, yang selalu mengajarkan kesabaran dalam melewati segala problematik yang hadir dalam kehidup ini.
Sedangkan ibuku hanyalah tamatan SMP (sekolah menengah pertama) akan tetapi ibuku pintar memasak dan membuat beraneka ragam kue, sampai-sampai tatkala ada orang hajatan pasti memangil ibuku,
Dan adiku tersayang Nadia dia masih usia 10thn akan tetapi dia sudah hafal al-Qur'an 30 juz, karena sejak kecil udah di pesantren.
****
Selepas bersalaman aku mengambil kue-kue yang semalaman kami buat, untuk dijual di kantin kampus lalu bergegaslah aku keluar rumah karena sahabat karibku zahra sudah memangiliku.
Zahra adalah  sahabat karibku sejak aku duduk di bangku TK (Taman kanak-kanak) dari dulu sampai sekarang zahra dan aku selalu satu sekolahan, karena zahara terbilang orang yang secara ekonominya menengah ke atas dan berhati malaikat, maka dari itulah zahra selalu menjemputku saat hendak pergi sekolah. Diriku bisa kuliah, karena sebuah keberuntungan yang diberikan Allah SWT.
Ceritanya, dulu waktu aku duduk di bangku  MA (Madrasah Aliyah), sekolahanku mendapatkan kunjungan Rektor, salah satu Universitas ternama di Indonesia,  saat itu kepala sekolah menunjukku mewakili semua siswa-siswi untuk berpidato "dua" Bahasa.Â
Bahasa Arab dan Inggris, walaupun aku bukan lulusan pesantren seperti ayah, sejak kecil orangtuaku selalu mengantarku kepondok untuk mengaji Diniyah, disitulah dikit demi sedikit aku bisa belajar mengartikan tulisan Arab dan kitab kuning.
Selepas berpidato, kepala sekolah memangilku keruang kantor untuk bertemu Rektor kampus ternama itu, ujar wali kelasku, Â hatikupun terasa sangat berdenyut takut, apakah ada kesalahan kata yang aku ucapkan saat berpidato tadi, sampai-sampain aku dipangil keruang kantor, "ungkapan dalam batinku".
Akhirnya selepas acara, aku langsung menghadap kepala sekolah dan Rektor kampus ternama itu, sembari berjalan, kaki yang gemetar, hati yang gelisah, muka penuh rasa takut, sembariku baca sholawat "Hasbunallah wa nikmal wakil" Berharap agar diriku bisa tenang ketika bertatap dengan beliau.
Tak ku sangka hadiah yang Allah berikan sangatlah indah, sepontan aku langsung sujud syukur atas hadia terindah dalam hidupku. Hadiah dimana selepas Aliyah aku langsung bisa kuliah geratis sampai selesai di Universitas ternama itu, Universitas Brawijaya malang Indonesia.