2. Faktor Ekonomi: Ketidakstabilan ekonomi atau ketidakpuasan terhadap kondisi ekonomi juga dapat menjadi pendorong terjadinya korupsi. Dalam situasi di mana sumber daya terbatas, individu mungkin merasa perlu melakukan tindakan korupsi untuk mendapatkan keuntungan atau bertahan hidup.
3. Kelemahan Kelembagaan: Kelemahan dalam lembaga pemerintah, seperti kurangnya pengawasan dan akuntabilitas, juga berkontribusi terhadap tingginya tingkat korupsi. Tanpa mekanisme akuntabilitas yang efektif, pejabat publik mungkin merasa bebas untuk menyalahgunakan kekuasaan mereka.
Teori GONE
Teori GONE (Tata Kelola, Peluang, Kebutuhan, dan Etika) menjelaskan penyebab korupsi melalui empat elemen utama:
1. Tata Kelola: Tata kelola yang buruk, termasuk kurangnya transparansi dan akuntabilitas, menciptakan lingkungan yang subur bagi korupsi. Ketika pejabat tidak diawasi dengan baik, mereka cenderung menyalahgunakan kekuasaan mereka.
2. Peluang: Korupsi sering terjadi ketika ada peluang untuk terlibat dalam perilaku korup. Misalnya, jika ada proses pengadaan yang tidak transparan, pejabat dapat dengan mudah terlibat dalam praktik korupsi tanpa takut tertangkap.
3. Kebutuhan: Kebutuhan individu, baik finansial maupun sosial, dapat mendorong mereka untuk terlibat dalam korupsi. Dalam situasi di mana individu merasa tertekan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, mereka mungkin melihat korupsi sebagai jalan keluar.
4. Etika: Nilai-nilai etika yang dianut individu dan masyarakat juga memegang peranan penting. Jika suatu masyarakat memiliki norma-norma yang lemah terhadap korupsi, individu mungkin merasa bahwa tindakan korupsi tidaklah salah atau tidak dapat diterima.
WHY
Mengapa Korupsi Marak di Indonesia?
Korupsi di Indonesia merupakan masalah yang sangat serius dan kompleks, dengan berbagai faktor yang berkontribusi terhadap tingginya angka korupsi di negara ini. Berikut ini adalah beberapa alasan utama mengapa korupsi begitu marak: