Mohon tunggu...
Muhammad Afif
Muhammad Afif Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

Masih bodoh dan masih perlu belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tren De-dolariasasi pada Bisnis dan Perdagangan Internasional

1 Desember 2024   19:02 Diperbarui: 1 Desember 2024   19:53 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, pembentukan mata uang baru untuk menyingkirkan dolar bukanlah hal yang mudah. Hal tersebut membutuhkan komitmen yang kuat diantara anggotanya. Sebagai negara terbesar di kelompok tersebut, tentunya China yang akan mendapat keuntungan paling besar apabila BRICS menerbitkan mata uang baru mereka. Di dalam anggota BRICS sendiri terdapat tensi diantara anggota mereka seperti tensi mengenai hubungan  antara China dan India. Tetapi, tensi tersebut bukan berkaitan dengan ekonomi maupun perdagangan, tensi tersebut berhubungan dengan perbatasan kedua negara. Tetapi tidak menutup kemungkinan hal tersebut berpengaruh kepada hubungan ekonomi kedua negara. Oleh karena itu, anggota-anggota BRICS masih perlu meningkatkan kerjasama-kerjasama diantara anggota negara mereka sebelum diterbitkannya mata uang baru versi mereka. 


Jika Dolar tidak lagi mendominasi, apakah digantikan Yuan?

Jika dolar tidak lagi mendominasi, maka ada mata uang yang menggantikan posisi dolar. Mata uang yang menggantikan posisi dolar kemungkinan besar adalah mata uang China, Yuan. Yuan saat ini merupakan mata uang pembayaran terbesar kelima di dunia, mata uang pembiayaan perdagangan terbesar ketiga, dan mata uang cadangan internasional terbesar kelima. Meski transaksinya telah meningkat hingga 7 persen dari pangsa pasar global, penggunaan yuan dalam perdagangan internasional belum mencerminkan posisi China sebagai negara perdagangan teratas. Untuk memperluas penggunaan yuan, Bank Rakyat China telah mendirikan 31 bank kliring di 29 negara dan mengembangkan bursa komoditas Shanghai International Energy Exchange (INE) yang menggunakan yuan dalam perdagangan minyak. Langkah ini diikuti oleh kesepakatan baru antara China dan Perancis untuk perdagangan gas alam cair menggunakan yuan.

China juga mengembangkan sistem pembayaran internasional CIPS, alternatif dari SWIFT, yang kini digunakan oleh bank di Rusia dan Brasil. CIPS memungkinkan kliring transaksi dalam yuan, meskipun masih membutuhkan SWIFT untuk pengiriman pesan. Kendala utama yuan adalah kurangnya konvertibilitas dan kontrol ketat terhadap arus modal oleh otoritas China yang menghambat internasionalisasi penuh. Yuan masih bergantung pada cadangan devisa China dalam dolar AS, yang menjadi faktor penting dalam status globalnya. Tanpa dukungan tersebut, yuan berisiko kehilangan posisinya di pasar internasional.


Referensi

Bank Indonesia. (2021). "Implementasi Local Currency Settlement." Dokumen Resmi Bank Indonesia.

Eichengreen, Barry (2011). Exorbitant Privilege: The Rise and Fall of the Dollar and the Future of the International Monetary System. Oxford University Press.

Gerding, Felix, & Jonathan S. Hartley. "De-dollarization? Not so fast." Economics Letters 238 (2024): 111665.

Naughton, Barry (2007). The Chinese Economy: Transitions and Growth. MIT Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun