Dalam benak yang ku ingat selalu bahwa, ia tak suka dengan lalaki yang suka banyak perempuan. Eh, Malah sebaliknya! ia adalah perempuan ranjang berdarah dingin salju, di atas kemauan ingin menyukai yang keren namun tak cocok dengan perihal sok agamais itu.
Lantas ku kirimkan sebuah buku yang di tulis oleh Tere Liye dengan judul " Daun yang jatuh, tak membenci angin". Ia agar ia tahu, ketika rahasianya ia beri tahu kepada angin jangan salahkan pohon bercerita kepada orang lain. Nyaris hubungan itu selesai dan saya benci kata berhenti atau putus.Â
Dia berulah dengan segenap jiwa mengakhiri hubungan. Saya juga bisa, lantas hidup yang hampir mati itu, saya hendak datang dan pura-pura sayang untuk mengatakan hal yang sama. Katong sampe di sini jua. Yah, cerita ini usia dan saya selalu menggambarkan tubuhnya yang menyala,di barengi lagu bernadya. Satu bulan. Ia, laman ini saya tulis dengan corak pikiran melukis tubuh-tubuh yang dosa.
Cinta adalah sepasang fatamorgana yang memiliki lebih dari pata hati. Maka ijinkan aku mencintai anggur dan menyembelih sebuah seekor burung ababil saat adzan mengundang, aku bergerak menuju ibdah Akan ku doakan cinta tak lagi sama, dan sehat adalah hari raya bagi yang saling mencintai.
Selesai.?
Ia, kami selesai dan saya kembali tinggal di hutan belantara, hidup dalam hari-hari berburu hewan-hewan yang baru lahir dan mematikan mereka menggunakan kata-kata. Kalau busurku membelok kiri maka kau adalah santapan balas dendam kalau kanan maka ada ikatan kau dan mesjid surgawi di tahta dan fatwa tuhan.
Berburu rusa dan wanita adalah keusilan remaja, karena penakluk bisa sadar bagaiman jenis-jenis gadis desa yang manja telah menunggu dirinya diujung belati yang tajam kota jakarta. Â
Sumber penulis: M. Abdul Rolobessy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H