Mohon tunggu...
Muhammad abdul Rolobessy
Muhammad abdul Rolobessy Mohon Tunggu... Jurnalis - Editor

Bahasa mati rasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Histori Jeruji Besi

1 Agustus 2024   11:21 Diperbarui: 4 September 2024   00:34 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: M. Abdul Rolobessy

Ambon-Siang itu, Dewi Fortuna seakan berpaling dariku, bagaimana tidak, hidup yang saban hari ku nikmati, berubah asing seketika. Semua terjadi begitu rapi, pada letak kesadaran aku belum menerima hidup berakhir di jeruji besi.

Sekitar pukul 03.00 WIT, beta dan yudi Hehanusa dalam arah jalan balik seusai nongkrong dari Pantai Leimena Desa Rumah Tiga, berboncengan gunakan sepeda Motor DE:4328 LB hendak pulang menuju Stain Amalatu, Desa Batu Merah. Kami berdua ditabrak dari arah belakang diatas jembatan merah putih atau (JMP).

Di sudut kota ambon, rabu.17 Juli 2024. Beta diasingkan di sebuah penjara Polsek teluk ambon, maluku. beta merasa terasingkan sekali, ketika seseorang lelaki yang sudah terbiasa bebas, kini dikurung atas kasus penganiayaan terhadap seseorang pengendara motor. yang menabrak beta dan teman di jembatan merah putih malam itu.


dari dinding platfrom media yang berada di kota ambon menulis berita dengan judul "begal di JMP". Tanpa mengkonfirmasi dengan pihak yang memang jelas-jelas tahu adanya kasus tersebut terjadi, Padahal itu adalah kejadian lakalantas saja.

Tepat malam itu beta sudah tidak bisah lagi mengontrol emosi atas musibah yang menimpa kami berdua, beta dengan sifat arogan menanggapi dengan tempramental yang tak terkendali.Langsung meminta ganti rugi dengan nada emosi,namun korban melarikan diri saat melihat beta dengan keadaan emosi.beberapa selang waktu kemudian korban kembali lagi ke TKP untuk mengambil sepeda motornya. Beta yang tidak tahan langsung  melakukan penganiayaan oleh saudara. Y.M.
Nah;disinilah sinilah beta dikenakan pasal 351 KUHP, Pidana.    

Namun kata Begal di jembatan merah putih adalah hal yang tidak benar adanya. Dikarenakan kendaraan korban hanya kami bawa untuk dijadikan bahan jaminan agar meminta ia ganti rugi atas kerusakan kendaraan milik kami. Namun itu bukan sebuah motif pencurian.setelah besok beta dan yudi melaporkan kejadian di pos pam Stain arbes.kecamatan sirimau,kota ambon.  Bahwa kami sedang mengamankan sebuah sepeda motor pada malam hari. 

Setelah informasi dari kejadian itu dilimpahkan/diberitahu kepada polsek teluk ambon, beta langsung di jemput oleh seseorang anggota buser polres kota ambon, untuk di mintai keterangan atas kejadian itu.

Beta di bangunkan pagi sekali dengan kata Abang e, abang.. tangkas ponakan kepada beta.

Abang... E, ada orang cari.

Kenapa, sapa cari? Tanya beta dengan nada tegas.

Seng tahu lai abang. Abang keluar la abang lia sendiri jua. Tutur ponakan kepada beta.

Oh, ia sudah. Jawab dengan nada tegas.

Setelah beta keluar melihat ''eh,,  sudah ada tim buser yang di mana sepupunya yudi teman beta sendiri.ia bertugas sebagai anggota kepolisian di Polresta PPP Ambon. Dia meminta agar beta dan dirinya beranjak menuju polsek teluk ambon untuk di mintai keterangan. Sesampainya kami di sana, beta di interogasi dari tim penyidik polsek teluk ambon. Seusai di tanya kejadian tersebut beta langsung di amankan selama dua puluh satu hari dalam jeruji besi karena penganiayaan.

Pada hari pertama beta di kurung sedikit agak lain rasanya. Karena sudah terbiasa dengan kebebasan di luar sana. Yah disinilah beta mengalami kenangan pahit. namun hikmah yang paling besar juga ada untuk beta ambil hikmahnya yang merubah kehidupan.

Ketika beta dikurung dalam beberapa hari itu tidak ada satu keluarga pun yang datang untuk melihat atau besuk beta. Entahlah, semua pasti malu punya keluarga atau ponakan Yang berstatus  narapidana.  

Tetapi yang menguatkan beta adalah beberapa anggota polisi yang bertugas, di polsek teluk ambon. Ada bang baim , bang yani, bang maman, dan juga seseorang polisi yang sudah lanjut usia. Beta jaga menyebutnya 'bapak piara". Namanya pak sarfan.  Ia;itulah beliau yang selalu mengingatkan beta untuk tidak putus asa dan terus beribadah kepada Allah Swt.

Namun keberuntungan juga tak luput lepas dari beta, ada beberapa anggota yang memberikan pakaian namanya bang maman, dan juga bang baim. Agar beta kenalan untuk sholat, karena beta di jemput dengan pakaian di badan. Beta pikir semua masyarakat menjustifikasi bahwa kepolisian sudah marak namanya dengan berita dan serangan masyarakat tentang keburukan mereka. di media atau cerita rakyat.

Tetapi yang beta rasakan adalah kebaikan tiada hentinya dari mereka Ada sebab baru ada akibat. Pikir saja ketika orang ke rumah kalian tanpa permisi pasti saja merasa tidak di hargai. Nah, begitulah. Ketika kita tidak menghargai orang. Sudah pasti semua dengan tugasnya masing-masing. disinilah kita harus benahi pikiran kita agar lebih dewasa memikirkan posisi-posisi kita dalam dunia atau dekapan pekerjaan. Sebab tak semua anggota kepolisian memiliki tindakan anarkisme, fanatisme kepada masyarakat.

MENULIS:
Keseharian beta dalam jeruji besi hanya menulis autobiografi apa yang beta rasakan, yang beta tahu ada beberapa penulis juga pernah masuk dalam jeruji besi Seperti, Pramoedya ananta toer, soekarno,Tan malaka, Semaun, Marko,Tirto adhi soerjo.dan masih banyak lainya yang menulis tentang derita yang mereka rasakan untuk perjuangan indonesia.

Sekilas Beta angkat dari Pramoedya ananta toer.  Beliau adalah sebuah penulis indonesia yang terkenal sejak abad ke dua puluh ia selalu menulis tentang perlakuan-perlakuan ketidak adilan penjajahan kepada masyarakat pribumi. Tulisan-tulisannya selalu berujung kepada perlawanan masyarakat indonesia kepada penjaja belanda.

Namun ketika Belanda melihat tulisan-tulisan  pramoedya tentang perlawanan merekapun langsung mengeksekusi kan dirinya  disebuah penjara pulau buru, maluku.tetapi Selama Pramoedya di sana ia tak luput untuk tidak menulis. Ada 800 orang lainya yang berpartisipasi dalam partai politik mereka juga di penjarakan di pulau buru, mereka di angkut menggunakan kapal Adri XV.

Seusai Pramoedya dipenjara pulau buru dia menulis mahakaryanya dengan judul. Nyanyian Yang Sunyi, Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Rumah Kaca, Jejak Langkah. Atau paling komplitnya adalah (tetralogi di pulau buru).

Beta juga tak kalah dengan informasi di dunia luar saat berada dalam tahanan, selalu meminta beberapa koran untuk di melihat perkembagan dunia luar. Koran selalu di berikan oleh Seseorang petugas polisi yang bernama A, Hadi. Sebut saja bang agus. Yang memberikan beta beberapa koran untuk di bacakan. 

Koran itu berasal dari salah satu media di Kota Ambon. (Ambon Ekspres). Di koran itu ada beberapa berita yang ditulis adanya. Seseorang ayah di kabupaten seram bagian barat, (SBB).  melakukan pelecehan seksual kepada anak kandungnya" Lebih baik seumur hidup dalam penjara".

Ada juga tes bebas narkotika untuk aktor politisi di provinsi maluku yang dimana pemeriksaan itu kepada (DPRD) provinsi maluku. Yang di lakukan oleh (BNNP). Namun ada yang lebih tajam tulisannya sebuah Opini yang ditulis oleh seseorang sarjana di kampus UPJ. (Universitas pajajaran Indonesia). Tentang "Judi Online" ia menegaskan kepada pemerintah membasmi habis-habisan pemain judi online yang telah merugikan negara dengan beberapa triliun terakhir ini.  tuturnya bahwa pemerintah indonesia juga belum tegas mempercepat batasan hiruk-pikuk ini. Teror selalu berada pada masyarakat kelas bawah dan yang ke atas selalu dibiarkan menjulang tinggi sebagai pemain judi online.  

KABAR:
Pada pukul Jam sembilan malam atas bantuan seseorang perempuan. yang di mana beliau ini adalah keluarga seseorang teman beta ketika bersama-sama di dalam penjara. Beta hubungi beliau menggunakan handphone milik seseorang tahanan yang sudah lanjut usia. 

Beta  meminta tolong agar menghubungi keluarga dari aplikasi messenger, Untuk meminta nomor telepon perempuan laut itu. Selang beberapa menit kemudian, nomor itu di kirim ke beta. Dan hanya bisa telepon di dalam kamar mandi. Sebab ini penjara bukan kamar kost pribadi.

Assalamualaikum..

datang besuk beta besok dolo didalam jeruji besi. e, se sudah dengar kabar toh? Tangkas beta kepada dia.

Ia, insya allah e kalau ada waktu.Pintanya  dengan nada yang begitu asing tak peduli.

Beta dan perempuan berdarah laut itu berbincang menanyakan kabar satu sama lain. Hingga seketika telepon ingin mau beta matikan saja dia masih tidak mau.

Rindu!  kata dia kepada beta.
 
Walah, baru hilang beberapa hari ini saja rindunya sudah macam apa. Apalagi rindu yang tak terbalas selamanya. Tutur beta.

Ada salah satu judul buku dari bang Eka kurniawan adalah. Seperti dendam rindu harus di bayar tuntas. Antara kerinduan untuk bertemu saja dan saling menyapa lebihnya mungkin sekedar seksualitas.
 
Beta menelepon besok hari, memastikan dia datang atau tidak. Namun  yang beta terima setelah ada kabar adalah, satu kata dari mulut dan bibirnya berseri itu. "Katong putus sudah e, atau katong sampai di sini jua" Lah, bagaimana bisa, Entahlah!

Beta bingung untuk menafsirkannya, mau menulis kisahnya saja beta agak ribet, Karena kejadian yang beta alami ini patah yang tiada hentinya. beta dipatahkan dengan duka yang begitu fatal adanya. Sudah di jeruji besi malah,dipatahkan oleh perempuan di saat beta membutuhkan dorongan dan kekuatan oleh mereka.

Tapi, yah sudahlah. Jalani dan nikmati saja apa yang tuhan berikan kepada beta. Mungkin ini sebagai tantangan yang harus beta jalani. Hati yang kuat saja dengan semua cobaan ini. Kata abang baim kepada beta " Terima hikmahnya saja dan berdoa saja". Sudah pasti allah yang maha kuasa sudah titipkan sesuatu yang hebat  untuk kau nikmati di kemudian hari, dan beta berkata! Amin.  

KEBEBASAN ADALAH, PENANTIAN SEMUA NARAPIDANA:

Bebas yah, kebebasan penantian semua narapidana yang ingin lepas dari tahanan oleh masalah-masalah yang di jalani atas perbuatan mereka sendiri. Di dalam jeruji beta beta juga tidak tidur setiap malam. Dan tidurnya setiap pagi. Ketika tidur malam, mungkin penantian setelah bangun adalah ada kabar untuk bebas dari jeruji besi ini.  

Semua orang pengen bebas dan tidak ingin berlama-lama dalam penjara. Tidak ingin menikmati kenangan yang begitu pahit adanya sebab dalam penjara itu hal yang paling sakit. sekalipun hikmah terbesar adalah sadar agar lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupan yang sosial itu atau bermasyarakat.

Tidak ada yang lebih bijak dari tulisan tulisan di tembok penjara itu, seseorang menulis kata di bagian sisi kanan tembok yang kerap itu (orang baik itu susah ditemukan, yang beta tahu beta susah). Yah benar sekali dalam dekapan yang beta rasakan saat berada dalam jeruji besi tidak ada kebaikan yang beta nantikan. Yaitu besuk dari pihak keluarga dan teman-teman yang beta kenal. Semua menganggap sampah pada waktu yang sama. 

Beta sholat tahajud pada malam hari meminta agar kebebasan di limpahkan tuhan kepada beta. Setelah tepat empat belas hari beta di kurung mungkin sudah saatnya beta bebas, dalam doa tahajud beta meminta kepada tuhan agar mengabulkan doa beta untuk kebebasan ini. Namun dengan ijin allah swt ia mengabulkan permintaan itu.

Pukul jam sebelas teng, seseorang lelaki berdarah yaputih. menemui beta di dalam tahanan/penjara. 

Dade kabar bagaimana?,Tangkas wowo ciro kepada beta.  


Aman, saja'o. Wowo. Alhamdulillah, korban mau cabut laporan. Tangkas beta kepada wowo ciro

Beta mulai menjelaskan ke beliau dengan sedetail mungkin atas kronologis yang beta rasakan. Dan beliau berkata, oke nanti wowo urus akang agar bisa keluar. Itulah Om Alfian sangaji. Yang di mana beliau ini adalah salah satu dosen di kampus Iqra buru, Namlea. Kabupaten buru,Maluku.

Kenapa beta sebut wowo, ia" sebutan itu menjadi dara panggilan ciri khas orang sangaji. Wowo adalah om, atau orang ambon bilang. Momo! Setelah beliau membeli makan langsung dengan tegas beliau berkomunikasi dengan si pihak korban dan beta di bebaskan dari sel tahanan yang begitu pahit rasanya. (Jangan mudah menyerah intinya jalani saja jang depresi la mau gantung diri) ini adalah keta dari seseorang mantan tahanan yang sudah di pindahkan ke rutan kota ambon. Sebut saja Ardiansyah. Lelaki berdarah "KAPAHA" Ambon, Maluku.

Cerita sudah usai, waktu hampir habis di telan usia pada bumi. Semua hidup adalah fatamorgana. Sebab, berharap kepada manusia adalah sebuah seni melecehkan diri sendiri, yang di rasakan sudah pasti kekecewaan yang nyata. Mari katong, rehat sejenak.

 Sumber penulis: M. Abdul Rolobessy  

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun