Mohon tunggu...
Muhammad Ichsan
Muhammad Ichsan Mohon Tunggu... Freelancer - Menyukai seni sastra, sosial dan budaya

http://ichsannotes.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Film Wild Tales, Kegilaan Tak Terduga

13 Agustus 2016   21:35 Diperbarui: 14 Agustus 2016   11:39 1141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Film Wild Tales dari situs reelmoviemondays

Malam pesta pernikahan Romina dan Ariel berlangsung amat meriah. Semua sahabat dan kerabat mereka hadir. Suasana terkesan begitu mewah dan semarak. Semua bergembira termasuk teman wanita selingkuhan Ariel yang juga ikut nimbrung, duduk santai di antara para tamu sambil menikmati champaigne.

Dari kejauhan terlihat Ariel menghampiri selingkuhannya. Berbasa-basi seperlunya tentu baik dilakukan. Bukankah mereka pernah menikmati indahnya berahi asmara dalam keremangan? Kenangan itu masih terasa amat manis bagi satu sama lain. Membekas, butuh waktu melupakannya. Romina melihat ini. Dadanya berdebar. Ia dibakar perasaan cemburu. Diteguknya segelas minuman, berusaha menenangkan diri. Tapi, itu tak berhasil. Ia makin resah melihat selingkuhan suaminya itu. Bayangan pengkhianatan sang suami terhadap dirinya, hasutan kemarahan karena telah dibohongi, melukai hatinya, dan terasa amat perih. Ia tak bisa menerima. Tunggu pembalasanku, desis bisikan dari dalam diri Romina.

Romina merasa muak terhadap Ariel dan selingkuhannya. Ia menembus dapur restoran, berlari menuju atap bangunan. Apa maunya? Terjun ke aspal? Bunuh diri? Seorang koki paruh baya menyaksikannya. Ia lihat perempuan muda itu dirundung masalah. Siapa tahu ia bisa membantu. Bukankah pengalaman hidupnya banyak? Siapa yang tahu keadaan berubah menguntungkan, bukan? Bergegas disusulnya Romina ke atas.

Di pinggir tembok pembatas atap bangunan, Romina sesunggukan. Ia begitu terluka. Sang koki amat iba melihatnya. Ia lalu mendekati mempelai wanita nan malang itu. Mencegahnya agar jangan melakukan perbuatan nekat. Lalu begitu lembut dan bijak ia menasehati. Hidup kadang tak sesuai harapan kita. Namun, kita harus mampu menjalaninya dengan semburan gairah dari dalam.

Romina yang gamang merasa mendapat pegangan. Ia merasa sang koki memberikan penyelesaian efektif untuk kesulitan yang dialaminya. Ia harus berterima kasih. Amat mulia, bukan? Dipeluknya koki itu. Dengan lembut dikecup bibirnya. Tapi, kecupannya mendadak menjadi pagutan liar. Astaga! Ini lain jalan ceritanya. Mungkinkah karena udara dingin di atap bangunan? Barangkali Romina ingin mendapat kehangatan yang layak dirasakan di malam pesta pernikahannya. Siapa yang tahu? Hanya kerlip bintang-gemintang nakal puas mengintip. Agak bergeser, keduanya lalu bersandar di dinding. Bukankah berbahaya bila terus dilanjutkan di pinggir pembatas atap itu? Mereka butuh tempat memadai. Perlu penuntasan sesegera mungkin. Hmm, semoga berjalan lancar. Tak ada gangguan berarti.

Sementara itu, Ariel mencari-carinya. Ia bertanya pada siapapun di ruangan pesta. Akhirnya ia tahu Romina berlari naik ke atap beberapa saat yang lalu. Ditemani dengan seorang tamu, ia menyusul. Segera setelah tiba di atas, ia melihat sebelah sepatu Romina terlepas. Penuh selidik, tatapannya menyapu tiap sudut di atas bangunan.

Tiba-tiba ia menyaksikan sepasang manusia sedang bercinta. Betapa terkejutnya Ariel. Seorang dari mereka adalah istrinya, sedangkan laki-laki pasangannya tak lain si koki restoran. Mereka berdua tak menyadari sedang diperhatikan. Baru ketika mendengar namanya dipanggil, Romina tahu ada orang lain selain mereka berdua. Koki pun buru-buru melepaskan diri dari pelukan ketat istri Ariel. Agak kerepotan juga dia menaikkan celananya yang setengah melorot. Lalu cepat berlari menuruni tangga dalam gedung.

Romina puas. Berhasil membalas pengkhianatan suaminya. Padahal itu hanya dalam prasangkanya saja. Sama sekali belum pernah melihat dengan mata kepalanya sendiri. Sesungguhnya hanya cemburu buta. Ariel lemas. Padahal yang bercinta barusan dengan bernafsu bukan dirinya. Tapi, karena ia menyaksikan sendiri, itu sudah cukup melemaskan seluruh sendi dalam tubuhnya. Bukankah melihat kerapkali lebih dahsyat dari mengalami? Ia diserang shock seketika. Kedudukan saat ini 1:1. Sebuah pertandingan ego kedirian yang sungguh menguras tenaga. Amat melelahkan. Akankah ada perpanjangan waktu? Ternyata tidak. Masing-masing butuh rehat yang cukup.

Lihatlah kini! Ariel dan Romina mesra berpelukan. Diiringi musik lembut mereka berdansa. Sepertinya tak ada yang perlu diresahkan. Mereka mampu melupakan apa yang telah terjadi. Pasangan pengantin baru ini tahu. Pesta akan segera usai. Esok pagi hari baru merekah, menawarkan segala kesenangan hidup. Setiap orang punya bagiannya masing-masing. Sebagaimana yang dikatakan koki di atap gedung tadi, nikmati hidupmu dengan penuh gairah. Muncratkan ke segala arah. Para tamu menganga tercengang. Takjub bukan kepalang.

Demikian sinopsis film Wild Tales (2014) ini. Anda tertarik? Silakan tonton langsung. Film ini telah mendapat penghargaan sebagai Film Berbahasa Asing Terbaik pada Penghargaan Akademi ke-87 yang diselenggarakan oleh Academy of Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS) pada 22 Februari 2015. Banyak hal yang bisa pelajari dari dalam film ini, terutama bagaimana tekanan emosi negatif yang tak terkendali dapat menyebabkan orang 'menggila' tanpa pertimbangan akal sehat. [M.I]

**Gambar dari reelmoviemondays

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun