Mohon tunggu...
Muhammad Ichsan
Muhammad Ichsan Mohon Tunggu... Freelancer - Menyukai seni sastra, sosial dan budaya

http://ichsannotes.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Film Wild Tales, Kegilaan Tak Terduga

13 Agustus 2016   21:35 Diperbarui: 14 Agustus 2016   11:39 1141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Film Wild Tales dari situs reelmoviemondays

2. Racun Tikus

Di luar restoran hujan begitu deras. Pekat malam riuh. Guruh menggelegar. Jalanan basah dan licin. Amat berbahaya menyusurinya dalam satu perjalanan. Singgah sekadar menikmati makanan hangat hingga hujan reda tentu keputusan bijak. Seorang pengendara mengarahkan mobilnya untuk mampir.

Di bagian dapur, pelayan muda yang cantik baru saja mau menghirup minumannya. Cahaya lampu depan mobil menembus pintu kaca restoran, menerpa ke arah matanya. Ditinggalkan minumannya di meja dapur. Di luar tamu itu turun dari mobil. Pelayan itu bergegas menghampiri. Ia tahu sang tamu pasti membutuhkan bantuannya. Menolong orang dalam kondisi begini tentu mulia, hatinya berkata. Bukankah kita mesti saling membantu? Itu kebajikan. Ia lalu mempersilakan lelaki paruh baya itu masuk. Ketika bertatap-tatapan di depan pintu masuk, ia terkejut sekali. Ternyata sang tamu adalah orang yang menghancurkan keluarganya dulu.

Setelah kembali ke dapur restoran, ia ceritakan pengalaman pahitnya pada koki wanita yang lebih tua darinya. Siapa tahu dengan usia dewasa teman kerjanya itu, bisa didapat mutiara kebijaksanaan untuk dirinya. Namun, ternyata lamanya hidup dan kebesaran jiwa adalah dua hal yang amat berbeda bagi sang koki. Tak dinyana teman kerjanya adalah seorang petualang yang amat mengejutkan. Sang koki menawarkan jalan keluar permasalahannya itu – balas dendam yang rapi lagi memuaskan daripada sekadar mengomeli lelaki perusak keluarganya dulu selagi masih ada kesempatan. Ia berkata bahwa dengan meracuni makanan yang dipesan lelaki itu, dalam dosis yang tepat lima menit kemudian, jantungnya pasti meledak. Semua beres. Tak ada yang perlu ditakutkan.

Sang koki meyakinkan lagi. Hanya satu kesempatan seumur hidup, orang mesti melakukan sesuatu yang bermanfaat – membalas semua perlakuan buruk yang pernah dialami. Pelayan muda itu bergidik mendengarnya. Ia tak setuju dengan rencana pembunuhan yang ditawarkan teman kerjanya. Mereka berdebat sengit. Tapi, sang koki diam-diam telah membuat keputusan.

Beberapa saat setelah pesanan kentang goreng dan minuman ringan diantar, pelayan itu menemukan sisa-sisa racun tikus terserak. Ia curiga dan langsung mengejar temannya. Sambil mengepulkan asap rokok, sang koki malah santai saja. Ia meminta pelayan supaya jangan resah. Lihat saja ending-nya, begitu mungkin maksud sang algojo restoran itu. Mereka lalu memperhatikan si lelaki calon korban ’dosis yang tepat’ melahap makanannya. Sepertinya tak ada reaksi? Apa mungkin racun tikusnya sudah kadaluarsa? Sang koki dan pelayan kini gelisah. Tapi, kegelisahan mereka berbeda.

Tiba-tiba dari luar masuk seorang remaja laki-laki. Putranya tamu restoran. Duduk, dan mencicipi kentang goreng bumbu istimewa racikan sang koki. Tak berapa lama, perutnya melilit. Racun tikus agaknya efektif bekerja. Pelayan restoran berlari keluar. Ia mengambil sisa makanan di piring. Sang tamu tidak terima. Namun, ketika dilihat anaknya tampak mulai kesakitan, ia pun naik pitam karena curiga.

Pada saat tamu restoran melampiaskan kemarahannya, tiba-tiba sang koki menghampiri dan dengan pisau dapur menikamnya berkali-kali. Lelaki malang itu roboh bersimbah darah, dan anaknya meringkuk kesakitan serta muntah-muntah.

3. Duel

Siang yang cukup terik. Hanya terlihat dua pengendara mobil yang sama-sama melintas di jalan raya membelah padang gurun. Yang satu mengenakan mercedes mewah hitam, pengendara lainnya berada dalam sedan tua lagi butut.

Suasana lengang. Dan tak perlu terburu-buru di tengah udara yang gerah. Namun, agaknya lelaki parlente dalam mercedes harus segera tiba di tujuannya. Diego Iturallde tak suka membuang waktu. Berlama-lama di tengah gurun gersang begini. Lain cerita dengan lelaki dalam sedan butut di depannya. Ia merasa perlu ada hiburan dalam suasana yang cukup panas. Ia lalu meledek pengendara mobil di belakangnya. Dihalang-halanginya laju mercedes. Usahanya pun sukses. Cukup menjengkelkan pengendara itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun