Beberapa saat kemudian, Diego bisa mengejarnya. Berusaha mensejajarkan mobil mereka. Dongkolnya belum hilang, dimakinya pengendara sedan butut itu dengan sebutan ’bajingan tolol’. Lalu melaju jauh meninggalkannya di belakang. Ia amat puas.
Cukup jauh dari tempat pertengkaran kecil mereka, tiba-tiba Diego merasa ban belakang mobilnya pecah. Ia pun menghentikan mobil tepat di ujung jembatan kecil yang mengalir sungai. Sewaktu ia berusaha melepas bannya itu, di kejauhan tampak sedan butut mendekat ke arahnya. Bergegas ia masuk ke mobil. Padahal ban yang baru dipasangnya belum terkunci sempurna. Ia berharap semoga semua baik-baik saja.
Sedan butut berhenti tepat di depan, sengaja menutupi jalan. Pengendaranya turun, sepertinya menemukan peluang, mau membalas penghinaan menyakitkan tadi. Ia tak bereaksi selayaknya. Melihat ini, pengendara sedan butut kian berani. Kaca depan mobilnya dihantam dengan kunci besi roda. Kata-kata kasarnya pun tersembur keluar. Ia merasa tak perlu menanggapi, lebih baik menelepon polisi, meminta bantuan segera.
Petugas belum juga tiba. Mungkin jarak tempuh yang cukup jauh. Ini membuat pengendara sedan butut mulai mengggila. Sungguh tak disangka mercedes yang cukup rusak malah dibombardir lagi dengan kotorannya. Setengah menjongkok di atas kap mobil, ia menggelindingkan beberapa potongan kuning kepucatan keluar langsung melalui saluran pembuangan alaminya. Barangkali maksudnya untuk melengkapi, dikencinginya pula kap mercedes itu. Ini baru mantap, begitu pikir pengendara sedan butut. Diego tampak terhenyak. Roman wajahnya menegang menahan amarah.
Ketika rival satu-satunya baru saja masuk ke sedan butut, ia tak membuang waktu. Pedal gas mercedesnya diinjak sekuat mungkin. Mobilnya mulai mendorong sedan butut itu, dan terperosok jatuh. Susah-payah lelaki dalam sedan butut keluar. Mobilnya nyungsep di dasar sungai dangkal. Diego pun bergegas. Lalu mulai menjalankan mobilnya. Hanya beberapa puluh meter melaju, lelaki pengedara sedan butut meneriaki dan mengancam akan membunuhnya bila bertemu lagi. Masalah yang belum tuntas, begitu pikir Diego. Ia membanting stir, berbalik ke arah lawannya itu. Beruntung bagi pengendara sedan butut, ia tak tertabrak. Malang bagi Diego, ban mobilnya seketika terlepas dan menyusul sedan butut ke sungai.
Akhir cerita setelah mereka berdua baku hantam, mobil masing masing meledak terbakar. Mereka terjebak dan terpanggang mati di dalamnya.
”Oh, Tuhan.. Berikanlah aku kesabaran.” Begitu diucapkan Diego sebelum ia terlibat duel maut yang berawal dari persoalan sepele – iseng saling meledek.
4. Bom Kecil
Simon Fischer memiliki keahlian dalam urusan bahan peledak. Suatu ketika ia berjanji akan menghadiri pesta ulang tahun putri satu-satunya. Istrinya mewanti-wanti dia tidak boleh terlambat pulang. Ia pun menyetujui, selepas kerja akan langsung menuju ke rumah mereka dengan membawa kue ulang-tahun.
Simon lalu mampir ke sebuah toko. Segera masuk dan membeli kue. Ketika ia keluar toko, mobilnya telah raib. Di atas tempat mobilnya terparkir, ia menemukan secarik kertas. Rupanya mobilnya telah diparkirkan pada tempat yang salah, dan diderek paksa dipindahkan ke lokasi parkir sementara milik perusahaan penderek. Ia lalu segera ke alamat perusahaan swasta yang ditunjuk pemerintah setempat untuk mengambil mobilnya.
Tiba di tempat tersebut tak pernah terpikirkan olehnya, biaya tilang yang mesti dikeluarkan cukup besar. Tapi, ia mengalah yang penting bisa cepat pulang. Malang tak bisa ditolak, dalam perjalanan ia terjebak macet. Sampai di rumah acara ulang-tahun baru saja usai. Istrinya marah dan mengomelinya.