Mohon tunggu...
HME Irmansyah
HME Irmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Ipoleksosbud

Institute for Studies and Development of Thought (ISDT)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Akhirnya Rizal Ramli Buka Suara

24 Oktober 2017   10:13 Diperbarui: 24 Oktober 2017   12:19 43321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
DR. Rizal Ramli pada Seminar Nasional 2017 Institut STIAMI di Gedung LEMHANAS (Foto: mei/ISDT)

Di sektor pertanian ini pendapatan per kapita nya tidak setinggi di sektor jasa keuangan atau jasa telekomunikasi, atau jasa yang lain.

Namun sayangnya sektor-sektor yang bisa memberikan pendapatan yang tinggi hanya bisa menyerap tenaga kerja yang sedikit dan mereka lebih ke padat modal. Sedangkan pertanian yang pendapatan nya relatif kecil dan sangat tergantung pada musim, menyerap tenaga kerja yang cukup besar sekitar 31.86%.

Demikian juga perdagangan informal atau perdagangan kecil, misalnya Warteg dll., banyak menyerap tenaga kerja. Dan tenaga kerja yang ada di kedua sektor tersebut 50% ada disana. Bisa terbayang bahwa tingkat ketimpangan memang masih relatif tinggi jika kita lihat kesemuanya. Ini PDB dari segi produksi.

Kalau dilihat dari sisi pengeluaran, maka pertumbuhan ekonomi yang 5.01% itu ternyata lebih di generate oleh konsumsi rumahtangga yang distribusinya sekitar 55.6%.

Diikuti oleh pembentukan modal tetap bruto atau investasi yang porsinya terhadap PDB sekitar 31.3%.

Ekspor yang relatif tinggi, namun impor nya juga cukup tinggi sehingga secara netto menyumbang hanya kurang dari 2% terhadap pertumbuhan ekonomi. Sri juga mengatakan bahwa transaksi On Line masih kecil.

Nah..., dari semua paparan diatas, sebenarnya kita masih punya harapan selama para pengambil kebijakan ekonomi itu mampu untuk melakukan terobosan yang Out of the box, terobosan yang tidak membebani rakyat demi kreditor asing. 

@MEI 24102017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun