Jika presiden dilaporkan informasi hoax seperti itu bisa bahaya sekali.
Rizal Ramli juga mengatakan bahwa BPS harus beri informasi yang betul. Sambil menengok kepada DR. Sri Soelistyowati, MA. (Deputi Bidang Neraca & Analisis Statistik, Badan Pusat Statistik) RR mengatakan, "...jadi,.. ibu, harus beri informasi yang betul dan saya yakin akan kredibilitas BPS, kalau lihat angka-angka nya jelas. Tapi kesimpulannya suka aneh sendiri..".
Kenapa ini sampai terjadi? Karena dalam beberapa tahun terakhir ini dilakukan austerity programatau pengetatan uang. Kenapa kita lakukan itu? Karena beban hutang Indonesia sudah terlalu besar. Pembayaran hutang kita lebih dari 500 trilyun. Untuk pendidikan sekitar 380 trilyun, untuk infrastruktur sekitar 330 trilyun. "Jadi kita sibuk untuk potong-potong anggaran supaya ada uang untuk bayar kreditor.", tambah Rizal Ramli.
Itu sebabnya pemerintah sibuk untuk menaikkan pajak, dan kemungkinan besar nanti ada service charge,mau nikah ..., mau cerai...., bahkan mau rujuk nanti ada semacam service charge.Ini yg akan dibahas minggu depan di DPR. Ini mengesankan pemerintah panik.
Sebelum DR. Rizal Ramli beri pemaparan, lebih dulu dipaparkan data statistik oleh DR. Sri Soelistyowati, MA, Deputi Bidang Neraca & Analisis Statistik -Badan Pusat Statistik. Hingga triwulan 1 tahun 2017 pertumbuhan ekonomi Indonesia baru mencapai 5.01%, dimana struktur ekonomi Indonesia lebih banyak di dominasi oleh industri. Empat sektor sudah mendominasi lebih dari 50% ekonomi Indonesia. "Dengan pertumbuhan yang relatif dibawah pertumbuhan PDB nasional nya ini membuat kita relatif harus bekerja keras jika kita menginginkan pertumbuhan yang bisa mensejahterakan rakyat..", jelas Sri Soelistyowati.
Industri pertumbuhannya hanya 3.88% , ini sesungguhnya lebih dikarenakan karena pertumbuhan industri migas yang hanya tumbuh 0.12% , sedangkan industri non-migas masih tumbuh sekitar 4%. Namun demikan masih dibawah pertumbuhan PDB nya. Jika kita menginginkan pertumbuhan itu bagus, harusnya sektor industri atau sektor yang strukturnya paling besar harus berada diatas pertumbuhan PDB nya.
Nah, justeru kita lihat yang pertumbuhannya cukup tinggi hanya di sektor-sektor yang sharenya terhadap PDB sangat kecil, terutama lebih ke jasa. Jasa kesehatan, jasa pengadaan listrik malah mengalami pertumbuhan yang negatif, tambah Sri.
Pengadaan listrik dan gas ini mengalami pertumbuhan negatif terutama karena gas, sementara listriknya sendiri walaupun kecil masih tumbuh positif. Sedangkan pertanian yang menjadi "katup pengaman" pada saat kita mengalami resesi juga hanya tumbuh sekitar 5.11%. Ini lebih dikarenakan pertumbuhan di subsektor perikanan, peternakan dan tanaman perkebunan serta tanaman pangan yang tumbuh masih lebih bagus. Namun untuk sektor pertanian yang lain tumbuhnya masih relatif rendah.
Dengan pertumbuhan yang seperti disebutkan diatas maka bagaimana dengan kondisi tenaga kerja?
DR. Sri Soelistyowati menambahkan bahwa dengan kondisi pertumbuhan seperti ini ternyata belum bisa mempersempit ketimpangan.
Jika dilihat dari distribusi tenaga kerja per Februari 2017, berdasarkan SAKERNAS, maka sektor yang menyerap tenaga paling banyak adalah sektor pertanian, diikuti oleh perdagangan, industri dan konstruksi. Ini sekitar hampir 80% tenaga kerja terserap hanya di 4 sektor tersebut. Padahal sektor-sektor tersebut pendapatannya tidak cukup tinggi.