TIPOGRAFI (PERWAJAHAN PUISI)
Tipografi merupakan cara penulisan suatu puisi sehingga menampilkan bentuk-bentuk tertentu yang dapat diamati secara visual.4 Tipografi juga berperan untuk menciptakan nuansa makna serta suasana yang khas. Di dalam puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul "Hujan Bulan Juni" disusun dengan konsep rata kiri dengan huruf kecil di setiap awal dimulai lariknya. Puisi ini juga terdiri dari tiga bait dan di setiap bait masing -- masing terdiri dari empat baris. Setiap baris pun terdiri atas empat hingga lima kata. Tiap baris memuat sekitar 12 suku kata. Tipografi dalam penulisan puisi "Hujan Bulan Juni" di buku antologi Hujan Bulan Juni juga terkesan manis dan amat sederhana.
DIKSI
Diksi merupakan salah satu unsur yang ikut membangun keberadaan puisi, yang dimana diksi ini berupa pemilihan kata yang dilakukan oleh penyair untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan-perasaan yang bergejolak serta menggejala dalam dirinya.5 Diksi yang dipakai dalam puisi Sapardi Djoko Damono notabene sangatlah Indah salah satunya yang terdapat dalam puisinya yang berjudul "Hujan Bulan Juni". beliau menggambarkan sesosok laki-laki dengan menggunakan kata "hujan bulan Juni". Selain itu, diksi "hujan bulan Juni" diberi kata sifat; semisal kata "tabah", "bijak" dan "arif"; serta kata kerja oleh Sapardi; semisal kata "dirahasiakannya", "dihapusnya", dan juga "dibiarkannya".
IMAJI
Â
Imaji merupakan tata letak penyusunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman di mana pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, merasakan, seperti apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan penyair dalam puisinya secara imajinasi melalui pengalaman dan rasa kita.6 Imaji atau citraan dalam puisi "Hujan Bulan Juni" terdapat 2 yaitu imaji visual dan imaji auditif. Imaji visual terdapatÂ
pada "kepada pohon berbunga itu". Pohon berbunga bisa divisualisasikan oleh mata kita sendiri. Sedangkan untuk Imaji auditifnya terdapat pada "Dirahasiakannya rintik rindunya". Rintik merupakan bunyi yang bisa ditangkap dengan indra penglihatan (mata).
IRAMA
Irama merupakan lantunan lagu kalimat yang digunakan oleh penyair dalam mengapresiasikan puisinya berkaitan dengan pergantian tinggi rendahnya bunyi. Irama dalam puisi "Hujan Bulan Juni" terdapat pada pengulangan frasa "tak ada yang lebih dan hujan bulan juni". Pengulangan ini sangat memengaruhi irama secara keseluruhan dalam puisi tersebut. Ketika seseorang membacakan puisi ini di depan khalayak umum, keberadaan repetisi frasa dan diksi bisa diberi intonasi yang relatif berbeda-beda oleh masing -- masing orang yang menyimaknya sehingga bisa mencapai klimaks untuk para pendengar.
RIMA