Krisis Politik: Pergantian Kepemimpinan yang Kacau
Di tengah badai ekonomi yang melanda, Inggris juga mengalami gejolak politik yang hebat. Pada Juli 2022, Boris Johnson mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri setelah serangkaian skandal yang mengguncang kepemimpinannya.
Liz Truss, yang menggantikan Johnson, hanya bertahan selama 45 hari di jabatannya, menjadikannya Perdana Menteri dengan masa jabatan terpendek dalam sejarah inggris. Kejatuhannya dipicu oleh kebijakan ekonomi kontroversial yang dikenal sebagai "mini-budget".
Mini-budget Truss, yang diumumkan pada 23 September 2022, mencakup pemotongan pajak besar-besaran senilai 45 miliar tanpa penjelasan yang jelas tentang bagaimana hal ini akan dibiayai. Pengumuman ini memicu kepanikan di pasar keuangan. Nilai Pound Sterling anjlok ke level terendah sepanjang masa terhadap dolar AS, sementara imbal hasil obligasi pemerintah Inggris melonjak tajam.
"Kebijakan Truss adalah contoh klasik dari keputusan ekonomi yang tidak bertanggung jawab," komentar Professor John Van Reenen dari London School of Economics. "Ini menunjukkan betapa rapuhnya kepercayaan pasar terhadap ekonomi Inggris saat ini."
Kekacauan yang ditimbulkan oleh mini-budget ini memaksa Truss untuk mengundurkan diri. Ia digantikan oleh Rishi Sunak, mantan Menteri Keuangan, yang kini harus menghadapi tugas berat memulihkan kepercayaan pasar dan mengatasi krisis ekonomi yang semakin dalam.
Dampak Sosial: Kemiskinan dan Ketimpangan yang Meluas
Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah meninggalkan bekas yang dalam pada struktur sosial Inggris. Menurut laporan dari Joseph Rowntree Foundation, sebuah lembaga think tank yang fokus pada masalah kemiskinan, jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan di Inggris diperkirakan mencapai 14,5 juta orang pada tahun 2023, atau sekitar 22% dari total populasi.
"Kita sedang menyaksikan erosi kelas menengah Inggris," ujar Dr. Helen Barnard, Direktur Kebijakan di Joseph Rowntree Foundation. "Banyak keluarga yang dulu merasa aman secara finansial kini berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka."
Salah satu indikator paling jelas dari meluasnya kemiskinan adalah lonjakan penggunaan bank makanan. The Trussell Trust, jaringan bank makanan terbesar di Inggris, melaporkan bahwa mereka mendistribusikan lebih dari 2,5 juta paket makanan darurat pada tahun 2022/2023, meningkat lebih dari 30% dibandingkan tahun sebelumnya.
"Saya tidak pernah membayangkan akan bergantung pada bank makanan," kata Lisa, seorang ibu tunggal dari Liverpool. "Dulu saya punya pekerjaan yang bagus di bidang perhotelan. Sekarang, setelah kehilangan pekerjaan akibat pandemi, saya kesulitan memberi makan anak-anak saya."