Secara umum Post-truth dimaknai sebagai ketidakjelasan antara fakta dan kebohongan dimasyarakat Bahkan memiliki kecenderungan bahwa kebhohongan yang beredar dimasyarakat itu lebih dipercayai dan dipandang sebagai fakta.
Alasan terjadinya Post-truth ini dalam sudut pandang Psikologi, menurut McIntyre (Lee McIntyre, Posth truth (Massachusetts:MIT Press,2018) Post-truth berakar dalam jiwa manusia yang budah jatuh dalam congnitive bias, dimana prasangka ditingkat pengetahuan yang sifatnya berat sebelah. hal ini bisa membuat kebohongan yang seolah menyamar menjadi kebenaran hingga kita sulit membedakan mana informasi yang benar dan yang bohong.
Maka Dalam situasi-situasi itu berbagai pihak saling melempar opini sedangkan publik yang menerima informasi akhirnya bingung dengan informasi yang ada. Masyarakat yang termakan informasi pada suatu pihak (misal Pihak A) kemudian terpengaruh serta membela habis-habisan.
Bahkan ekstrimnya sampai menggerakkan aksi massa dan mengorbankan dirinya sendiri untuk membela pihak yang ingin dibelanya. sedangkan pada pihak lainnya (Pihak B) juga sama menggalakkan seluruh daya upaya untuk mendukung argumen pihak yang ada dan membendung argumen yang kontra. Akibatnya, publik akhirnya menjadi tepecah belah akibat opini-opini yang ada.
Menurut hemat penulis, Semua ini dapat terjadi karena manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan suatu wadah pengungkapan ekspresi, perangkat berkomunikasi, serta menjadi perangkat untuk mempengaruhi dan meyakinkan satu sama lain, perangkat tersebut ialah kata-kata.
Hal ini tidak lagi mengherankan karena Pada dewasa ini kunci keberhasilan segala sesuatu bukan lagi fisik yang jadi hal utama melainkan kata-kata. kata-kata selalu membuat kita terpengaruh baik mempengaruhi Pola pikir dan tingkah laku. Maka Karena kata-kata merupakan perangkat utama untuk berkomunikasi antar individu dan kelompok yang dapat mempengaruhi manusia satu dengan yang lain.
Dengan demikian Seni meyakinkan orang melalui kata-kata yakni retorika Layaknya senjata. retorika merupakan seni berbicara persuasif yang dilakukan secara efektif untuk meyakinkan orang melalui kata-kata (Syafi’ie,1988:1). Namun sering kali retorika ini digunakan hanya untuk berargumen demi tujuan kepentingan tertentu sehingga mengesampingkan Fakta benar dan salah.
Jika dalam filsafat kata, kata-kata mempunyai power performance yang artinya kata-kata adalah kekuatan, itu karena kata-kata dapat mengubah dan menciptakan realitas. jika dalam istilah kedokteran kita mengenal plasebo dan nocebo dimana kata-kata membuat keadaan seseorang dapat tersugesti yang mempengauhi perubahan dalam fisik.
Jika seperti itu, maka kata-kata layaknya obat yang bisa menyembuhkan sekaligus juga bisa menjadi racun yang mematikan. kita sering sekali melihat bagaimana kata dapat mempengaruhi jiwa membuat seseorang terpuruk menjadi bersemangat, senang menjadi sedih, menguatkan imun dan menurunkan imun.
seorang orator yang handal dapat mempengaruhi orang-orang menggunakan kata-katanya, ia bisa membuat suatu bangsa yang terpecah menjadi bersatu ia juga bisa membuat yang bersatu menjadi berseteru. Seakan dunia saat ini kita seperti dikontrol dan diperintah oleh sebuah “rezim” yang bernama kata-kata. Bahkan bila kalian cermat penulis pun sebenarnya juga menggunakannya untuk berusaha mempengaruhi kalian.
namun walau bagaimanapun juga Tentu kita tidak bisa hidup tanpa kata-kata. maka dari itu ini semua tergantung penggunaannya. maka gunakanlah perangkat kata-kata ini dengan baik dalam menyampaikan gagasan pemikiran. Terlebih dalam dunia filsafat kita telah memasuki era postmodern.