Bagi Habib, cinlok selama KKN hanyalah sebuah candaan yang sering menghiasi pengalaman mahasiswa. Ia menganggapnya sebagai bagian dari cerita lucu yang biasa muncul di sela-sela tugas lapangan. Namun, berbeda dengan kebanyakan, Habib tidak mudah tertarik oleh momen singkat itu. Baginya, cinta bukanlah sesuatu yang datang dengan cepat dan sembarangan. Cinta itu serius, dan baru bisa saya berikan sepenuhnya setelah kewajiban sebagai anak sudah selesai, ujar Habib penuh keyakinan. Prinsip inilah yang membuatnya tidak hanya bijak dalam menilai perasaan, tetapi juga sangat menghargai wanita.
Wanita, menurut Habib, layaknya air jernih yang memiliki banyak fungsi. Mereka tak hanya penting bagi kehidupan pria, tetapi juga patut diperlakukan dengan kasih sayang penuh. Wanita itu seperti air, mereka bisa mendatangkan banyak manfaat dalam kehidupan entah itu untuk diminum, mandi, atau bahkan memasak. Dan karena itulah, mereka harus selalu diperlakukan dengan sebaik-baiknya, ungkap Habib. Penghargaan mendalam ini tumbuh dari pengamatannya terhadap berbagai ketidakadilan yang sering dialami wanita, baik di lingkungannya maupun secara umum. Ketika hak-hak wanita terabaikan, Habib merasa ada ketimpangan yang harus diperbaiki, dan ia tak bisa tinggal diam.
Dengan prinsip kuat ini, Habib tak hanya bercita-cita menjadi dosen, tetapi juga seseorang yang bisa berpengaruh dalam bidang hukum. Baginya, hukum adalah jalan utama untuk melindungi dan memperjuangkan hak-hak wanita. Jika saya ingin benar-benar menghargai wanita dan memastikan mereka mendapat tempat yang layak di masyarakat, maka saya harus memahami dan menerapkan hukum dengan baik, katanya penuh tekad. Inilah yang memotivasinya untuk terus belajar dan berkembang, bukan hanya sebagai akademisi, tetapi juga sebagai sosok yang kelak akan berdiri di garda terdepan dalam membela keadilan bagi wanita.
Habib ingin menjadi contoh bahwa penghormatan terhadap wanita tak hanya diwujudkan melalui tindakan sederhana, tetapi juga melalui perjuangan panjang untuk keadilan. Baginya, wanita adalah pilar kehidupan yang harus dijaga dan dihargai dengan sepenuh hati melalui ilmu dan keadilan hukum yang benar.
Semoga tulisan ini bisa memotivasi pembaca bahwa menghargai seseorang, terutama wanita, bukan hanya soal tindakan kecil sehari-hari, tetapi juga tentang bagaimana kita memperjuangkan keadilan bagi mereka melalui jalur yang benar. Dan sebagai penutup, Habib menulis sebuah puisi tentang pengalamannya selama KKN:
Puisi: Gagal Cinlok di KKN
Dalam gelap malam, aku menulis kataÂ
Mencari makna di tengah tawaÂ
Tapi cinta di KKN tak juga tibaÂ
Hanya kenangan yang akhirnya tersisa