Mohon tunggu...
Muhammad Habibullah
Muhammad Habibullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Gampang jatuh cinta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Muhammad Habibullah: Penulis Malam, dan Pejuang Kebersamaan KKN

11 September 2024   03:11 Diperbarui: 11 September 2024   03:50 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari persiapan lomba-lomba seperti balap karung, tarik tambang, hingga lomba makan kerupuk, semua dikerjakan dengan penuh semangat. Bahkan, Habib sendiri ikut terjun ke lapangan, membantu mempersiapkan acara. Meski tidak terlalu lihai dalam urusan fisik, terutama ketika harus ikut lomba tarik tambang, ia tetap menikmati momen kebersamaan itu. Ternyata, kalah dalam tarik tambang itu lebih indah kalau tawa orang-orang mengiringinya, ujar Habib dengan tawa kecil, mengingat dirinya terjatuh di tengah lomba.

Habib menyadari bahwa di Jurang Mangu Barat, kebersamaan bukan sekadar kata-kata, tapi benar-benar terasa. Setiap orang saling mendukung, saling membantu, dan saling menghargai. Di sinilah saya merasakan apa arti sebenarnya dari kata merdeka. Bukan hanya merdeka sebagai bangsa, tapi juga merdeka dalam kebersamaan, ungkap Habib penuh makna.

Selama KKN, Habib tak hanya belajar tentang bagaimana mengabdi kepada masyarakat, tapi juga belajar tentang pentingnya kerja sama dan saling mendukung. Ternyata, kebersamaan itu lebih penting dari sekadar tugas KKN. Di sini saya melihat bahwa tanpa gotong royong, nggak ada yang bisa berjalan dengan baik. Kebersamaan inilah yang bikin semua jadi lebih bermakna, ujarnya penuh semangat.

KKN 193 Aguna Diraya
KKN 193 Aguna Diraya

Motivasi Kebersamaan: Semangat dari Jurang Mangu Barat

Salah satu momen yang paling membekas di hati Habib adalah ketika ia melihat antusiasme warga dalam mengikuti perlombaan. Bahkan, tanpa hadiah besar pun, semua orang tampak menikmati momen kebersamaan ini. Anak-anak kecil berlari dengan penuh semangat, orang dewasa tertawa sambil bersorak, dan para lansia ikut serta dalam lomba, menunjukkan bahwa semangat 17 Agustus adalah milik semua generasi.

Habib terinspirasi oleh semangat kebersamaan ini. Bagi Habib, kebersamaan adalah kekuatan yang mampu menyatukan orang-orang dari latar belakang yang berbeda. Di Jurang Mangu Barat, Habib melihat bagaimana masyarakat saling mendukung satu sama lain tanpa pamrih, hanya dengan tujuan untuk merayakan kemerdekaan bersama.

Motivasi terbesar saya dari KKN ini adalah melihat bagaimana masyarakat di sini bisa saling bahu-membahu, bekerja sama dalam perbedaan, dan itu memberikan pelajaran berharga bagi saya, kata Habib. Baginya, pelajaran ini jauh lebih penting daripada sekadar teori yang dipelajari di kelas.

Namun, ada satu momen yang bikin Habib terdiam tapi bukan karena haru, melainkan karena terkejut. Saat lomba balap sandal bakiak, seorang nenek yang usianya mungkin sudah lebih dari setengah abad melesat dengan kecepatan yang mengejutkan, meninggalkan semua peserta lainnya di belakang. Habib sampai geleng-geleng kepala, Nenek ini pasti diam-diam pelari nasional zaman dulu! ucapnya sambil tertawa kecil. Dan benar saja, setelah lomba selesai, nenek tersebut bilang, Di zaman saya dulu, ini cuma pemanasan! Habib hanya bisa kagum, sambil menepuk bahu nenek itu yang penuh debu.

Tidak hanya itu, ketika giliran lomba tarik tambang tiba, Habib yang dengan percaya diri bergabung di tim mahasiswa, berpikir mereka akan mudah menang. Bagaimana tidak? Mereka kan muda, berotot, dan penuh semangat! Tapi ternyata, tim lawannya adalah kumpulan bapak-bapak yang tampak biasa saja... hingga tali mulai ditarik. Dalam waktu kurang dari lima detik, Habib dan kawan-kawan sudah terkapar di tanah, sementara bapak-bapak itu mengangkat tangan dengan bangga, seperti baru saja memenangkan medali emas Olimpiade. Lah, kok bisa? Habib heran. Salah satu bapak menepuk pundaknya, Nak, pengalaman hidup itu lebih berat dari ototmu mudamu, katanya bijak sambil tersenyum.

Dari situ, Habib belajar bahwa kebersamaan itu nggak melulu soal siapa yang paling kuat atau paling pintar. Terkadang, justru yang bikin menang adalah tawa dan semangat tanpa beban. Pelajaran ini nggak ada di buku, lho! pikir Habib sambil tersenyum, meski lututnya masih bergetar akibat kalah tarik tambang. Begitulah, KKN di Jurang Mangu Barat tidak hanya memberi Habib pengalaman berharga, tapi juga banyak tawa dan kejutan yang akan selalu diingatnya dengan senyum kerinduan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun