Mohon tunggu...
MUHAMMAD ALI EFENDI
MUHAMMAD ALI EFENDI Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati pendidikan, penulis dan youtubef

m.ali.efendi1977@gmail.com 081335593027 YouTube: PETIR PAMUNGKAS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Darahmu Darahku Membentuk Generasi Milenial yang Berkarakter Mulia

2 Mei 2020   15:18 Diperbarui: 2 Mei 2020   15:17 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah meningkatkan tingkat religius peserta didik, maka kita harus bisa menanamkan karakter mulia "tawadu'"  generasi millenial terhadap guru sebagai pendidik. Guru sebagai pendidik harus mampu mendoktrin generasi millenial agar "tawadu'" terhadap guru. Prilaku tawadu' kepada guru adalah sikap berbuat baik dengan gurunya dan berbuat baik dalam proses belajar mengajar.

Indikator yang dapat dilihat dari sikap generasi millenial dapat dilihat dari kebiasaan mengucapkan salam dan menjawab salam ketika bertemu dengan bapak / ibu guru; menghormati guru; taat dan patuh pada guru; berlaku sopan santun kepada guru; meminta maaf jika melakukan kesalahan kepada guru; mendoakan kebaikan kepada guru dan tidak menyepelekan atau meremehkan guru. Prilaku tawadu' dapat kita tanamkan bahkan kita doktrinkan kepada generasi millenial ketika diawal pembelajaran disetiap tahun ajaran.

Doktrinlah generasi millenial jika menginginkan ilmu yang barokah maka tawadu'lah sama guru. Agar generasi millenial mempunyai prilaku tawadu' terhadap guru, maka guru harus bisa memberikan suri tauladan yang baik. Sudah terlanjur adanya anggapan di masyarakat luas bahwa guru adalah orang yang "digugu lan ditiru".

Guru sebagai seorang pendidik hendaknya tidak hanya mampu memerintah atau memberi teori kepada generasi millenial, tetapi lebih dari itu guru harus mampu menjadi panutan baginya, sehingga generasi millenial dapat mengikutinya tanpa merasakan adanya unsur paksaan. Artinya jangan berharap generasi millenial tawadu' sama gurunya kalau gurunya masih belum bisa memberikan suri tauladan yang baik secara nyata di depan generasi millenial.

Melalui materi peredaran darah maka seorang pendidik bisa menanamkan sifat sosial. Bagaimana caranya memasukkan nilai karakter sifat sosial?. Darah manusia memiliki keanekaragaman atau pluralisme berdasarkan golongannya. Darah manusia dibagi menjadi 4 golongan, yaitu golongan A, AB, B dan O. Golongan A, B dan AB hanya bisa mentransfusikan darahnya ke golongannya itu sendiri. Golongan darah AB bisa menerima darah dari semua golongan darah, baik A, B dan O. Golongan darah O merupakan golongan darah yang bisa mentransfusikan darahnya  ke semua golongan darah tetapi hanya bisa menerima donor darah dari golongan darah O saja.

Dari keterangan di atas, maka guru melalui materi sistem peredaran darah bisa menanamkan sifat sosial dan kepada generasi millenial. Tanamkan bagi kepada generasi millenial bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk atau "plural society". Walaupun memiliki pluralisme yang tinggi, maka kita harus bisa memiliki jiwa sosial.

Salah satunya dengan secara ikhlas dan terjadwal untuk membantu masyarakat sekitar dengan melakukan donor darah. Betapa berartinya jiwa sosial  kita dengan melakukan donor darah bagi orang yang membutuhkan. Sepersekian detik, kalau ada pasien yang tidak terpenuhi kebutuhan darahnya (karena kecelakaan atau sakit), maka jiwa "akan melayang".

Penulis merasa prihatin ketika ada informasi adanya kekurangan stok darah di berbagai Kantor Palang Merah Indonesia (PMI) dan rumah sakit. Sangat miris sekali, dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta orang terjadi kekurangan stok darah. Artinya kepedulian sosial kita "rendah" bahkan "sangat rendah" dalam hal donor darah. Oleh karena itu melalui materi sistem peredaran darah kita harus dapat "mendoktrin" generasi millenial agar memiliki jiwa sosial dengan aktif mendonorkan darahnya sehingga kekurangan stok darah tidak terjadi lagi.

Melalui materi sistem peredaran darah, guru juga bisa menanamkan karakter Tresna asih (kasih sayang), yaitu melakukan perbuatan atau bersikap yang didasari rasa kasih sayang kepada orang lain tanpa adanya pamrih tertentu kecuali demi kebahagiaan bersama. Melalui materi sistem peredaran darah kita juga bisa menanamkan karakter Sumedulur (kekeluargaan), yaitu bersikap dan bertindak laku kepada orang lain yang diperlakukan seperti kerabat dan saudaranya sendiri, sehingga timbul rasa ingin berkorban demi masyarakat yang dicintainya. Ketika mendonorkan darah tidak memandang dari agama apa orang yang akan kita tolong. Dari suku apa? Partai politik apa? Aliran apa? Warna kulit apa? dan sebagainya.

Apakah bisa seorang pendidik melalui materi sistem peredaran darah bisa menanamkan karakter tanggung jawab dan ketelitian "super"?. Jawabnya pasti bisa dan harus bisa. Bagaimana caranya agar generasi millenial memiliki tanggung jawab dan ketelitian "super" dalam materi sistem peredaran darah?. Caranya dalam pemberian materi sistem peredaran darah dilakukan dengan melakukan praktikum  terutama dalam proses penggolongan darah.

Generasi millenial diberi tanggung jawab melakukan praktikum untuk dapat menggolongkan minimal darahnya masing-masing. Kemudian "mendoktrin" generasi millenial agar melakukan praktikum secara "super" teliti. Karena kalau ada kesalahan prosedur dalam praktikum dan kalau tidak "super" teliti, maka data atau kesimpulan dalam menggolongkan darahnya akan tidak valid atau salah. Misalnya seharusnya golongan darahnya A, disimpulkan B yang mungkin dikarenakan kesalahan dalam prosedur kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun