Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Debat Politik (Sering Kali) hanya Buang-buang Waktu

22 Januari 2024   18:04 Diperbarui: 22 Januari 2024   18:10 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perdebatan politik sering kali berakhir sia-sia dan, dengan demikian, hanya membuang-buang waktu saja | Ilustrasi oleh Gerd Altmann via Pixabay

Hal itu seharusnya membuat kita merasa aneh. Sebagian besar subjek lain (misalnya, biologi, fisika, atau linguistik) tak mengalami perselisihan seperti itu. Bahkan jika subjek lain memiliki perdebatan sebanyak subjek politik, mereka lebih tentatif dan lebih mudah diselesaikan.

Lalu, mengapa politik menghasilkan diskusi yang panjang dan (acapkali) sangat tak berguna? Mengapa politik, sekecil apa pun masalahnya, selalu ramai dibicarakan dan memicu obrolan hangat di mana-mana? Mengapa hal ini tak terjadi pada topik lain, misalnya aljabar?

Bagaikan agama

Perdebatan politik, dalam banyak hal, sebenarnya mirip dengan perdebatan tentang agama (dan moralitas, meskipun subjek ini kerap dimasukkan ke dalam agama). Saya tahu sebagian orang tak akan menyukai perbandingan saya, tapi perhatikanlah kemiripannya.

Pertama, seperti politik, perdebatan agama juga sangat luas. Mayoritas orang, bahkan ateis sekalipun, biasanya tertarik dengan adu argumentasi tentang agama. Topik ini juga menjadi headline di mana-mana, tak terbatas oleh waktu dan tempat.

Kedua, perdebatan agama juga kuat, sebab orang merasa tak perlu memiliki keahlian khusus untuk berpendapat tentang agama. Apa yang mereka butuhkan, meskipun asumsi ini sangat menggelikan, hanyalah keimanan dan keyakinan yang dipegang teguh.

Siapa pun, termasuk ateis, dapat memiliki hal tersebut.

Ketiga, perdebatan agama pun berjalan gigih dan awet. Beberapa tema yang diperdebatkan sudah berumur ratusan atau ribuan tahun, dan kadang-kadang itu berakhir dengan lahirnya sekte (bahkan agama) baru.

Dalam kasus tertentu, batas antara keduanya sangat kabur, seperti perdebatan tentang perang salib dan invasi Israel ke Palestina. Perdebatan ini telah dijiwai oleh suatu semangat religius, di mana pertanyaan-pertanyaan politik diubah jadi pertanyaan metafisika.

Bagaimana kita dapat menjelaskan kemiripan tersebut?

Salah satu penjelasan mengatakan bahwa keduanya sama-sama berurusan dengan seabrek pertanyaan yang tak memiliki jawaban pasti, sehingga tak ada tekanan balik terhadap opini seseorang. Tanpa ada yang bisa dibuktikan salah, semua pendapat dianggap sama validnya.

Memang, sebagian pertanyaan politik tampak memiliki jawaban pasti, seperti berapa biaya yang harus dialokasikan untuk kebijakan pemerintah yang baru. Namun, pertanyaan seperti ini pun, karena tarik ulur kepentingan, kerap bernasib sama dengan pertanyaan ideologis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun