Hal itu seharusnya membuat kita merasa aneh. Sebagian besar subjek lain (misalnya, biologi, fisika, atau linguistik) tak mengalami perselisihan seperti itu. Bahkan jika subjek lain memiliki perdebatan sebanyak subjek politik, mereka lebih tentatif dan lebih mudah diselesaikan.
Lalu, mengapa politik menghasilkan diskusi yang panjang dan (acapkali) sangat tak berguna? Mengapa politik, sekecil apa pun masalahnya, selalu ramai dibicarakan dan memicu obrolan hangat di mana-mana? Mengapa hal ini tak terjadi pada topik lain, misalnya aljabar?
Bagaikan agama
Perdebatan politik, dalam banyak hal, sebenarnya mirip dengan perdebatan tentang agama (dan moralitas, meskipun subjek ini kerap dimasukkan ke dalam agama). Saya tahu sebagian orang tak akan menyukai perbandingan saya, tapi perhatikanlah kemiripannya.
Pertama, seperti politik, perdebatan agama juga sangat luas. Mayoritas orang, bahkan ateis sekalipun, biasanya tertarik dengan adu argumentasi tentang agama. Topik ini juga menjadi headline di mana-mana, tak terbatas oleh waktu dan tempat.
Kedua, perdebatan agama juga kuat, sebab orang merasa tak perlu memiliki keahlian khusus untuk berpendapat tentang agama. Apa yang mereka butuhkan, meskipun asumsi ini sangat menggelikan, hanyalah keimanan dan keyakinan yang dipegang teguh.
Siapa pun, termasuk ateis, dapat memiliki hal tersebut.
Ketiga, perdebatan agama pun berjalan gigih dan awet. Beberapa tema yang diperdebatkan sudah berumur ratusan atau ribuan tahun, dan kadang-kadang itu berakhir dengan lahirnya sekte (bahkan agama) baru.
Dalam kasus tertentu, batas antara keduanya sangat kabur, seperti perdebatan tentang perang salib dan invasi Israel ke Palestina. Perdebatan ini telah dijiwai oleh suatu semangat religius, di mana pertanyaan-pertanyaan politik diubah jadi pertanyaan metafisika.
Bagaimana kita dapat menjelaskan kemiripan tersebut?
Salah satu penjelasan mengatakan bahwa keduanya sama-sama berurusan dengan seabrek pertanyaan yang tak memiliki jawaban pasti, sehingga tak ada tekanan balik terhadap opini seseorang. Tanpa ada yang bisa dibuktikan salah, semua pendapat dianggap sama validnya.
Memang, sebagian pertanyaan politik tampak memiliki jawaban pasti, seperti berapa biaya yang harus dialokasikan untuk kebijakan pemerintah yang baru. Namun, pertanyaan seperti ini pun, karena tarik ulur kepentingan, kerap bernasib sama dengan pertanyaan ideologis.