Saya tak yakin apa yang Anda rasakan sekarang. Saat saya menulis kata-kata ini, saya merasa agak lega, bahkan bahagia karena saya tak perlu menyangkal perjalanan saya sendiri. Maksudnya, saya tak perlu menyembunyikan kegagalan dan kebusukan saya sendiri.
Dalam arti tertentu, saya hanya bisa merasakan perasaan ini bersama Anda. Saya hanya bisa terbebas dari beban penyangkalan dan penolakan dan berkomunikasi dengan Anda melalui artikel ini. Tidakkah Anda agak menggigil kedinginan, seperti saya?
Tak banyak yang bisa saya lakukan atas penerimaan saya akan keterbatasan dan kematian saya selain merefleksikannya dalam cara saya berpikir, bertindak, dan berkomunikasi. Intinya, selama perenungan ini, banyak hal akan dan telah berubah.
Cara saya berkata dan menulis berubah sedikit demi sedikit, perasaan saya terhadap orang-orang dan hal-hal berubah, empati saya berubah, begitu pula harapan dan evaluasi saya. Ini semua memang sedikit, tapi keseluruhan lanskapnya sudah sangat berbeda.
Hidup, dalam pandangan saya, tampaknya sedikit berubah (saya cenderung menganggapnya "lebih agung"), penuh dengan transisi dan jeda; sesuatu harus didekati dan dihargai, rasanya sangat mendesak dan membuat saya tak sabaran.
Dunia tampak lebih seperti pagi hari ketika saya menjalaninya dalam pembebasan dari rasa takut atau kegelisahan akan kematian. Kini, saya tak akan melepaskan diri, begitu pula orang lain, dari bayangan kematian dan dari bagaimana kita semua akan mati.
Saya tak berusaha menyembuhkan seorang pun dari kematiannya.
Sebaliknya, saya ingin menegaskan kesehatannya, perjuangannya untuk hidup, kesungguhan dan semangatnya untuk menjadi dirinya sendiri dalam menghadapi kematiannya. Saya pasti akan kegirangan jika bisa melakukan hal yang sama.
Jadi, kembali ke pernyataan saya di awal, saya sama sekali tak keberatan jika orang tersebut adalah saya. Jika maut menghampiri saya di pagi-pagi yang cerah seperti itu, bahwa pada malamnya bel tahun baru akan berdentang keras, saya tak akan pergi ke mana-mana.
Saya mungkin hanya ingin meresapi sinar matahari lebih banyak lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H