Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengurai Stigma Kesepian

18 November 2023   06:30 Diperbarui: 18 November 2023   07:46 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesepian telah membuatnya berjarak dengan orang lain, termasuk anggota himpunan. Ia tak menghadiri acara-acara penting, absen kelas cukup sering. Performa akademik anjlok, dan ia sering kali merasa gagal menjadi ketua himpunan.

Ia perlahan menemui jalannya lagi setelah berkonsultasi dengan layanan profesional.

Seorang single mom berkeluh kesah kepada saya mengenai sulitnya menyeimbangkan waktu antara pekerjaan, mengasuh anak, dan ekspektasi masyarakat. Pertemanannya telah pudar sejak menikah, dan kini ia hanya tinggal bersama anaknya yang masih SD.

Hampir setiap malam, setelah menidurkan anaknya, ia dirundung dengungan senyap rumah, menenangkan sekaligus mematikan. Ia ingin bercerita pada teman lamanya, tapi merasa tak berdaya. Apakah anaknya akan mengerti jika ia bercerita padanya?

Daftarnya masih panjang, tapi saya akan berhenti di sini. Mereka berdua cukup mewakili.

Pada intinya, menceritakan kesepian bukanlah semata pengungkapan diri; ini adalah sebuah panggilan untuk menyatukan hati dan pikiran. Saat kita berbagi cerita tentang kesepian, kita membuka pintu empati. Ini adalah jembatan yang menyatukan kita.

Sisyphus Project, sampai tulisan ini terbit, belum selesai. Tapi, secara pribadi, ada kesimpulan mengejutkan yang menggigit saya: pengalaman pahit dan menyedihkan seperti kesepian, jika kita menghilangkan stigmanya, dapat menjadi pemersatu kita.

Maksud saya, siapa sangka bahwa hal yang menghubungkan kita satu sama lain, dalam satu perspektif, ternyata adalah sesuatu yang membuat kita sama-sama menderita. Dengan menyadari stigmanya, kita telah menghancurkan tembok-tembok pemisah kita.

Saya sangat terharu dengan perkataan seorang difabel yang menjadi salah satu narasumber saya: "Cerita padaku kalau kamu merasa kesepian. Mungkin itulah yang menyamakan kita, pada akhirnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun