Stigma kesepian menghalangi orang untuk membicarakan pengalaman kesepian mereka dan mencari bantuan. Sekalipun mereka benar-benar mencari bantuan, penyedia layanan (entah formal atau informal) akan kesulitan mengidentifikasi tingkat kesepian mereka.
Kebanyakan dari kita, karena menganggap kesepian bukanlah masalah sosial yang penting, membiarkan rasa kesepian datang dan berlalu, seperti berbagai emosi lain pada umumnya. Tapi, alih-alih terobati, kita hanya teralihkan.
Ketika perasaan itu datang lagi, dengan keyakinan "biarkan dan jalani saja", kesepian sudah menggerogoti seperempat dari diri kita. Tanpa perhatian serius terhadapnya, segala sesuatu dalam hidup kita merosot dan membusuk. Jika kehabisan waktu, apa lagi?
Semua itu menciptakan lingkaran setan kesepian.
Prinsip "biarkan dan jalani saja" sebenarnya memicu serangkaian reaksi psikologis yang bisa membuat kita secara tak sengaja memperburuk keadaan. Bisa dibilang, tindakan seperti itu justru menyebabkan hal yang ingin kita hindari semakin menjadi-jadi.
Perhatikan polanya: orang kesepian tak ingin orang lain menganggap ada yang salah dengan dirinya, jadi mereka makin mengurung dan mengisolasi diri mereka sendiri, dan ini adalah pelumas yang membawa mereka ke lorong kesepian yang lebih gelap.
Hal itu menunjukkan bahwa stigma kesepian tak bisa hilang hanya karena beberapa orang telah menyadarinya. Sekalipun Anda tahu betapa normalnya untuk merasa kesepian, jika orang di sekitar Anda tak memahaminya, Anda akan tetap enggan bercerita.
Hal tersebut agaknya berkaitan dengan keunikan dari kesepian itu sendiri.
Masalah kesepian bersifat interdependen atau saling tergantung. Artinya, pembebasan diri dari kesepian memerlukan keterlibatan orang lain. Upaya-upaya seperti mencari dukungan dan membangun hubungan merupakan kegiatan yang saling bergantung.
Demikianlah, saya tak mungkin mengatasi kesepian saya hanya seorang diri. Suka-tak-suka, kesepian saya bukan hanya bergantung pada apa yang saya lakukan tentangnya, tapi juga bergantung pada bagaimana orang lain memperlakukan saya.
Saya bisa saja berusaha mati-matian untuk menyelesaikan kesepian saya sendiri. Misalnya, saya telah menghubungi banyak teman lama, mengajak mereka untuk bersua lagi di tempat-tempat yang dulu menjadi favorit kami.