Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pedihnya Kesepian di Tengah Keramaian Kota

14 November 2023   19:10 Diperbarui: 15 November 2023   10:06 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia tinggal di apartemen lantai atas, sendirian dan jauh dari manusia lain. Tetangganya baru menemukan jasadnya sekitar tiga bulan kemudian, itu pun bukan karena peduli terhadap kabar dari pria itu yang menghilang selama tiga bulan, tapi karena bau busuk.

Maksud saya, lingkungan perkotaan, dengan menara kaca tinggi yang terdiri dari satu kamar tidur dan dapur kecil, didesain untuk menyendiri, dirancang untuk memisahkan orang dari satu sama lain.

Penghuni yang tinggal di lantai lima ke atas kehilangan kontak dengan kota dan hanya bisa fokus pada pemandangan langit. Tinggal lebih jauh dari tanah berarti mereka lebih jarang berinteraksi dengan manusia lain, bahkan tetangga mereka sendiri.

Tentu saja, sekarang kita bisa mengikuti kelas yoga, nonton film, memesan makan, berbicara dengan teman, bermeditasi, dan banyak hal lainnya tanpa harus keluar rumah. Namun, otak kita masih sama dengan nenek moyang kita.

Kita adalah makhluk sosial yang secara historis berkembang dalam suku-suku kecil berbasis keluarga. Inilah mengapa otak penduduk perkotaan sering kali lebih rentan terhadap stres dibandingkan otak penduduk pedesaan.

Ini bukan berarti saya mendorong orang untuk berbondong-bondong meninggalkan kota. Itu akan sangat konyol, dan lagi pula saya sedang tinggal di kota karena kuliah. Apa yang ingin saya tekankan adalah, sebelum hal-hal lainnya, kita perlu mendesain ulang kota.

Para arsitek kota jauh lebih mengerti, tapi saya sendiri berharap pemerintah memperbanyak tempat untuk aktivitas fisik, mendorong kontak sosial dan memperkuat rasa kebersamaan, memfasilitasi kontak dengan alam untuk mengurangi stres dan menenangkan diri.

Jika ruang publik yang berkualitas meningkatkan rasa kebersamaan, dan kalau kebersamaan ini sangat berbanding terbalik dengan kesepian, maka menciptakan ruang publik berkualitas tinggi dapat menekan fenomena kesepian urban dan mencegahnya sejak awal.

Seperti diungkapkan Olivia Laing dalam bukunya The Lonely City, "Kesepian tak selalu membutuhkan kesendirian fisik, melainkan ketiadaan atau kurangnya koneksi, kekerabatan, kedekatan: ketidakmampuan untuk menemukan keintiman yang diinginkan."

Jadi, ketika saya membayangkan tempat-tempat pertemuan sosial seperti taman kota, saya tak hanya mengharapkan lapangan yang lumayan luas berisikan "miniatur alam" di tengah sesaknya kota, tapi juga mengharapkan interaksi intim di dalamnya.

Ini adalah tentang desain kota, sekaligus budaya masyarakat yang tinggal di dalamnya. Keduanya saling timbal balik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun