Waktu itu pukul setengah empat subuh. Saya terbangun dalam keadaan linglung dan pegal-pegal, mungkin karena hari sebelumnya begitu melelahkan dan sangat larut. Namun entah mengapa otak saya seperti tersengat oleh sesuatu yang sangat mendesak.
Saya buru-buru berdiri melacak laci untuk mencari HP (saya biasanya menjauhkan HP dari ranjang), lalu saya memeriksa akun resmi Kompasiana. Tak ada apa-apa. Tangan saya gemetar, mata belum sepenuhnya terbuka, dan pikiran seperti bohlam yang korslet.
Saya lanjut membuka akun Instagram Kompasiana, menyimak story-nya satu per satu. Saya melihat pemenang Kompasiana Awards 2022 menerima hadiahnya, dan degup jantung saya jadi agak liar ketika akhirnya saya melihat pemenang kategori Best Student.
Nama saya tercantum di situ, tapi saya tak ada di sana.
(Cerita sampingan: dalam keterangannya tertulis, "Penyerahan Plakat kepada Muhammad Andi Firmansyah sebagai pemenang Kompasiana Awards kategori Best Teacher". Mungkin adminnya mengantuk karena harus update tengah malam.)
Bibir saya merekah dan mata saya mulai terbelalak. Perpaduan antara senang dan sedih membanjiri benak saya, dan ini terasa sangat aneh dan mengesalkan. Sebagai respons pertama, saya menari-nari sendirian di pinggir ranjang menirukan tarian Rumi, tanpa suara.
Selang satu menit, saya membeku kaku dengan mata membesar. Ludah saya mengental, dan menelannya membuat saya kesakitan. Momen-momen seperti sangat sulit untuk dijelaskan. Rasanya saya hanya menyesal dan ingin memeluk plakat tersebut saat itu juga.
Berhalangan hadir, katanya
Dua hari sebelum hari-H, saya dihubungi oleh tim Kompasiana untuk mengonfirmasi apakah saya bakal menghadiri Kompasianival 2022. Kebetulan waktu itu saya masih UAS dan sedang melakukan penelitian dengan dosen, jadi saya bimbang harus menjawab apa.
Akhirnya saya mengatakan bahwa saya tak bisa hadir, dan saya tak punya siapa-siapa untuk menjadi wakil saya. Lagi pula, waktu itu saya tak terlalu yakin dengan peluang kemenangan saya, mengingat ada tahap voting (pemungutan suara).
Saya kira penentuan pemenang akan sepenuhnya diserahkan pada hasil voting, dan karena saya merasa saya bukan siapa-siapa di Kompasiana, saya ragu apakah orang-orang akan memilih saya. Jadi, atas berbagai perhitungan, saya memutuskan untuk tak hadir.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!