Saya tak mengklaim bahwa hal-hal di bawah ini juga harus berlaku buat Anda, tapi pesan saya cukup sederhana: jika Anda mengalami suasana hati yang buruk, tolong jangan merasa tak ada apa-apa lagi untuk hidup ini. Kita selalu punya hal-hal kecil yang indah untuk ditemukan.
1. Segelas kopi di pagi hari
Ketika gorden kamar mulai berwarna keemasan, saya selalu tahu hal pertama yang akan saya lakukan di hari itu: menyeduh segelas kopi. Ini adalah ritual saya sejak masuk kuliah. Bayangan tegukan pertama kopi tersebut senantiasa membuat saya antusias untuk menyambut hari.
Sambil membawa kopi, saya berjalan menuju tepian jendela. Kebetulan kamar kos saya berada di lantai dua dan menghadap ke timur, jadi saya bisa menyeruput kopi sembari menyapa matahari yang baru merangkak naik. Saya membuka jendela, dan angin pagi bikin saya agak bergidik.
Ketika sinar matahari mulai menghangatkan sekujur tubuh saya, pada momen yang tenang dan lengang ini, saya memejamkan mata sebentar dan membayangkan orang-orang yang saya sayangi sedang berada di sekitar saya. Mereka menyunggingkan senyum dan pipi saya merona.
Pikiran saya belum sampai ke daftar tugas yang harus saya kerjakan pada hari itu. Untuk saat ini, yang terpenting hanyalah rasa kopi saya dan ketenangan pagi hari, mungkin ditambah lagu Ed Sheeran "Afterglow".
2. Menata kamar
Saya menghabiskan sebagian besar waktu saya di kamar, jadi saya merasa berkewajiban untuk membuatnya selalu tertata. Dan kamar yang baru dirapikan adalah sebuah surga tersendiri buat saya. Musik menyala, dan saya tak bisa menahan diri untuk bernyanyi.
Meskipun saya benci suara saya sendiri, tapi menyanyi adalah sebuah ekspresi kebebasan, semacam pemberontakan terhadap nasib yang membuat kepala saya pusing setiap hari. Ini seperti, "Lihat, kau tak bisa melucutiku dengan cara apa pun."
3. Hanya duduk (di tempat yang tepat)
Duduk. Hanya duduk. Aktivitas yang sangat biasa, tapi anehnya kebanyakan dari kita merasa kesulitan untuk melakukannya. Sebuah penelitian menemukan bahwa sebagian besar peserta memilih untuk menyetrum dirinya sendiri dengan listrik ringan daripada hanya duduk (atau berdiri).
Duduk, memang, adalah permainan mental. Saat saya duduk secara fisik, pikiran saya melesat ke sana kemari. Segera tangan, lutut, dan bokong saya mengikuti pikiran saya, kemudian saya mulai bergerak maju-mundur, berdehem, menyeka hidung, dan resah.
Tapi lama-kelamaan, setelah terbiasa, semua gejala itu berkurang. Saya mulai menikmati aktivitas "hanya duduk". Ada beberapa tempat yang membuat saya lebih nyaman lagi untuk "hanya duduk": bus, taman kampus, kursi di trotoar jalan.
Ketika duduk itu, saya biasanya ingat kutipan favorit saya dari film "House of Hummingbird":
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!