Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Alasan Mengapa Berjalan Kaki Membantu Saya Menulis Lebih Baik

12 September 2023   20:14 Diperbarui: 13 September 2023   14:01 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika berjalan kaki, kita tak ditekan untuk produktif, bahkan pada waktu luang. Tak pernah saat berjalan kaki saya merasa harus berusaha lebih keras atau menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk tugas kuliah saya, dan inilah mengapa saya menyukainya.

Jalan kaki menjernihkan kepala dari pikiran-pikiran yang sibuk, setiap langkah membentuk ritme untuk berpikir dengan tenang. Saat kaki saya mulai bergerak, pikiran saya mulai mengalir bebas. Di momen-momen seperti ini, saya paling menyukai diri saya sendiri.

Selain penenang dan pelarian pikiran, jalan kaki juga terkadang dapat menjadi jalan bagi masuknya inspirasi. Duduk di depan meja sepanjang hari bisa bikin otak kita "korslet", tapi berjalan kaki sambil mengagumi lanskap sekitar bisa bikin pikiran kita mendesis.

Sistem sensorik kita bekerja paling baik saat kita bergerak di dunia. Dengan kata lain, berjalan kaki dapat membuat indera kita menjadi lebih tajam. Saya paling baik memerhatikan detail pepohonan, dedaunan, aroma, dan suara adalah ketika saya berjalan kaki.

Di momen itu, saya membuka diri terhadap dunia, membuat kulit saya berpori-pori, dan membiarkan semua kesan mengalir begitu saja. Saya menyadari rasa kesepian saya, terkadang depresi saya. Tapi, seperti bermeditasi, saya menerima tanpa menghakiminya.

Karena saya tak usah mencurahkan banyak usaha sadar untuk berjalan, perhatian saya bebas mengembara; dunia di hadapan saya terhampar seperti parade gambar-gambar dari teater pikiran. Kondisi mental seperti inilah yang oleh berbagai penelitian dikaitkan dengan kreativitas.

Mari hidupkan (kembali) budaya jalan kaki

Sebagian besar artikel ini disusun saat saya sedang berjalan kaki. Terkadang saya sengaja menyendiri, berharap ide-ide saya akan menyatu. Di lain waktu, saya mendapati diri saya merenungkan paragraf seperti ini saat saya berjalan ke kedai kopi atau kantin.

Ketika saya bilang bahwa pikiran-pikiran tergerak, yang mengarah pada ide-ide inovatif dan kreatif, pada sebuah bait atau paragraf, tentu saja saya sedang menggoda Anda untuk ikut menyukai kebiasaan berjalan kaki.

Tapi, sebaiknya Anda tak usah berharap sebanyak itu. Kita harus memanfaatkan karunia berjalan kaki untuk berhenti memikirkan hal-hal ruwet dan rumit, dan justru mulai melakukan apa yang diminta oleh berjalan kaki: memerhatikan hal-hal di sekitar.

Katakan, "Sekarang aku berjalan kaki." Bunyikan lonceng dalam pikiran untuk bersiap-siap. Bernapaslah dalam-dalam. Rasakan kerikil berderak di bawah kaki dan bagaimana daun-daun tersenyum pada kita. Dunia serasa menjadi lebih muda, ditinggikan.

Orang lain mungkin berjalan bersama Anda, tapi tak ada yang bisa berjalan untuk Anda. Ini gratis, seperti matahari di siang hari dan bintang-bintang di malam hari. Yang harus kita lakukan hanyalah berdiri; sisanya, jalanan akan membawa kita ke mana-mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun