Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Apakah Media Sosial Merusak Persahabatan Kita Semua?

28 Juni 2023   16:20 Diperbarui: 28 Juni 2023   19:50 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hal ini, menyukai postingan seorang teman dapat segera memicu pesan langsung yang menanyakan mengapa kita belum berkomentar. Jadi kita harus berkomentar secepat mungkin, dan tak kalah pentingnya, kita harus mengatakan sesuatu yang bagus.

Tekanan lainnya adalah merespons dengan cara yang "tepat" dan dalam waktu yang "tepat". Saya ingat saat musimnya BBM, masa di mana kita bisa tahu apakah teman kita sudah baca pesan kita atau belum, percakapan jadi agak menegangkan.

Dulu saya menganggap jarak waktu antara pesan dibaca dan dibalas amatlah penting, bahkan saya sering iseng menjadikannya tolok ukur posisi saya secara sosial. Jika pesan saya dibalas cepat, berarti saya cukup penting buat orang itu, begitu pula sebaliknya.

Seorang teman pernah bercerita bahwa dia sengaja membiarkan pesan beberapa menit, walau dia sadar ada notifikasi. Ini bukan karena dia sibuk atau malas membuka ponsel, tapi karena takut dianggap "murahan dan pengangguran" kalau membalas pesan terlalu cepat.

Pertemanan bukan lagi interaksi spontan yang mengungkapkan kejujuran satu sama lain, tapi jadi ajang formalitas belaka. Ini terutama sangat intens bagi remaja yang masih sangat peduli dengan apa yang dilakukan dan dipikirkan teman-teman sebayanya.

Dari situ bisa kita lihat bahwa kualitas yang memperkuat (atau menghancurkan) persahabatan sebenarnya sama seperti yang sudah-sudah: saling berbagi suka dan duka, saling peduli dan mendukung, serta kemampuan untuk bersama-sama menyelesaikan konflik.

Namun, media sosial telah mengubah cara persahabatan berjalan. Ini menambah beban yang harus ditanggung oleh seorang sahabat yang baik. Kadang dinamika ini menghantam remaja dengan cara yang tak dipahami oleh orang dewasa.

Implikasi terburuknya adalah, jika persahabatan diisi oleh serangkaian kebohongan, mereka telah kehilangan jejak bagaimana menunjukkan diri mereka yang sebenarnya kepada teman, sesuatu yang bikin persahabatan jadi bermakna dan berharga.

Menurut pengertian ini, media sosial telah mengubah cara kita melihat diri kita sendiri, bukan hanya cara kita melihat orang lain.

Dalam persahabatan konvensional, saya mengenal sahabat saya berdasarkan segala ucapan dan perilakunya. Demikian pula, karena saya tampil apa adanya di depan sahabat, saya pun mengenali diri saya berdasarkan segala ucapan dan perilaku saya terhadapnya.

Kini, melalui aneka fitur media sosial, kita bisa merekayasa siapa dan bagaimana kita kepada publik, termasuk sahabat kita sendiri. Kita memakai pencahayaan buatan dan latar foto yang diposisikan dengan hati-hati agar menghasilkan rupa terbaik kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun