Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Rumus Fokus: Kiat untuk Tetap Berkonsentrasi di Era Distraksi

11 Mei 2023   20:17 Diperbarui: 12 Mei 2023   11:11 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mula-mula perlu diperjelas tentang apa yang terjadi ketika kita mulai "lelah secara mental" dan merasa kehilangan daya untuk fokus. Kita biasanya memikirkan ini seperti tangki bensin: kita menyedotnya ketika fokus, dan itu berarti sumber dayanya terus berkurang.

Itu masuk akal. Jika kita beralih dari satu tugas ke tugas lain sepanjang hari, kita cenderung merasa bensin kognitif kita mulai habis. Akibatnya, kita merasa perlu beristirahat dan membiarkan tangki terisi kembali. Tapi sebenarnya bukan begitu cara kerjanya.

Dalam bukunya "Peak Mind", psikolog Amishi Jha mengatakan bahwa otak tidak "lelah" seperti otot yang terlalu banyak bekerja. Anggap saja begini: mata kita tak berhenti melihat meskipun kita telah membukanya selama beberapa jam, begitu pula telinga.

Seluruh asumsi tentang otak jadi "lelah", karenanya, tak masuk akal. Otak kita terus-menerus memerhatikan sesuatu, sekalipun saat kita merasa gagal fokus. Istilah "gagal fokus" juga bukan berarti kita tak memerhatikan apa pun; kita hanya salah memerhatikan.

Saat fokus mulai terasa lelah atau menurun, sulit bagi kita untuk menempatkan fokus kita di tempat yang kita inginkan. Tapi ini tak memudar begitu saja. Kita selalu menggunakan 100 persen sistem fokus kita. Hanya saja, kita mungkin berfokus pada hal yang salah.

Jadi kalau suatu waktu Anda merasa kesulitan untuk fokus melakukan sesuatu yang penting, itu bukan berarti Anda kehabisan bensin dan karenanya harus diisi ulang. Apa yang benar adalah, Anda berfokus pada hal lain dan bukan pada sesuatu yang dikehendaki.

Amishi Jha juga bilang bahwa saat kinerja menurun, mind wandering meningkat. Ini adalah kondisi ketika pikiran kita tak terikat pada sesuatu yang sedang kita kerjakan. Pernah memikirkan menu makan siang saat menghadiri acara seminar? Itulah mind wandering.

Ada sedikitnya tiga kekuatan utama yang dapat menurunkan konsentrasi kita: stres, badmood, dan ancaman. Ketiganya mungkin terpisah, tapi sering kali berfungsi secara serempak, seolah bekerja sama untuk menggagalkan sistem fokus kita.

Stres memicu mind wandering karena dalam kondisi inilah fokus kita dibajak. Ketika stres meningkat, pikiran kita cenderung gampang buat ditarik oleh suatu ingatan atau kekhawatiran yang menjauhkan kita dari situasi di sini dan saat ini.

Saya lumayan sering mengalaminya: saya merenungkan masa lalu atau mencemaskan hal-hal yang bukan hanya belum terjadi, tapi mungkin tak akan pernah terjadi. Ini bisa jadi lingkaran setan: stres mengalihkan fokus, dan kita makin stres ketika susah fokus.

Badmood sering kali lebih rumit. Ini bukan hanya sama kuatnya dalam menurunkan fokus seperti stres, tapi terutama ini bikin kita tak bergairah sama sekali untuk melakukan apa pun (sebetulnya pernyataan ini agak aneh karena kita selalu melakukan sesuatu).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun