Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Bima, Lampung dan (Absurditas) Demokrasi Kita

5 Mei 2023   06:00 Diperbarui: 9 Mei 2023   12:31 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kasus Bima, tuduhan bahwa dia telah mengutarakan ujaran kebencian, terutama pada kata "dajal" yang diucapkannya, menurut saya adalah satu dari sekian contoh penggunaan concern trolling oleh pihak-pihak tertentu untuk membungkam kritik.

Concern trolling pada dasarnya adalah praktik menipu di mana Anda berpura-pura peduli pada suatu masalah, tapi motif sebenarnya adalah untuk mendiskreditkan dan melemahkan tujuan atau orang-orang yang mengadvokasi masalah tersebut.

Singkat kata, concern trolling adalah semacam pengalihan isu.

Taktik ini biasanya digunakan oleh seseorang yang ingin menunjukkan superioritas moralnya dan, secara bersamaan, memperoleh status sosial dengan menyatakan diri secara terbuka mengenai kepeduliannya terhadap keresahan masyarakat.

Tapi, pengguna concern trolling sebetulnya adalah seorang hipokrit. Mereka biasanya akan bilang begini: "Saya setuju dengan tujuan dan kritik Anda, hanya saja ketidaksopanan Anda tak bisa ditoleransi."

Dalam kasus Bima, efek dari concern trolling mudah dilihat: orang jadi ragu dan bingung apakah harus membela Bima atau justru mencelanya. Dengan menyoal cara Bima menyampaikan kritik, perhatian kita telah dialihkan dari "kritik" ke "pengkritik".

Selain mencerminkan sesat pikir ad hominem, itu juga berpotensi bikin kita mengabaikan apa yang menjadi substansi dari kritik tersebut, seolah kalau Bima terbukti salah (faktanya, kasus laporan Bima sudah dihentikan) kritiknya juga ikut salah.

Demokrasi sebagai panggilan untuk bertindak

Keputusan Bima dalam mengkritik pemerintah Lampung, sampai tingkat tertentu, merupakan sebentuk aktivisme. Seorang aktivis sering kali didorong oleh rasa frustrasi terhadap apa yang dinilainya sebagai sikap keras kepala dari penguasa.

Dia memandang penguasa penuh arogansi, tak peduli pada ketidakadilan yang dilanggengkan oleh mereka sendiri. Dia melihat penguasa hanya merasionalisasi berbagai keputusan mereka, kemudian membagi keuntungan di antara mereka sendiri.

Karena sebagian orang tak menyadari otak-atik institusional semacam itu, atau menerimanya dengan acuh-tak-acuh atau pasrah, maka aktivis percaya tentang pentingnya untuk mengekspresikan kemarahan terhadap ketidakadilan yang terus berlanjut.

Politik memang berisiko, tapi kemarahan sering kali tepat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun