Sebenarnya ada banyak teori yang bisa menjelaskan mengapa self-serving bias terjadi, namun ada jawaban ringkas nan sederhana, yaitu "lebih nyaman". Karena secara naluriah manusia menghindari rasa sakit dan penderitaan, maka bias ini dapat mengindahkan naluri tersebut.
Jawaban lainnya datang dari Dale T. Miller dan Michael Ross (1975) bahwa tindakan menginternalisasi kesuksesan dan mengeksternalisasi kegagalan terjadi karena biasanya orang merasa optimis ketika memprediksi hasil dan pengalaman mereka.
Mereka berharap untuk lulus ujian, mendapatkan pekerjaan yang baik, dan memiliki hubungan yang langgeng daripada gagal, dipecat, atau bercerai.
Karena pengalaman negatif akhirnya menjadi tidak terduga, orang pun cenderung mengaitkannya dengan faktor eksternal daripada faktor pribadi yang sebenarnya lebih berada dalam jangkauannya.
Dampak dan Solusi
Implikasi paling jelas dari self-serving bias adalah memuaskan diri sendiri dengan cara yang tidak adil. Objektivitas yang absen dalam pengamatan kita kemungkinan besar menghasilkan kesimpulan yang keliru, dan bila demikian, cara kita menanggapi suatu perkara juga menjadi keliru.
Dalam mode efek dominonya, kita dapat tergelincir di tempat yang sama, melakukan kesalahan serupa berulang-ulang akibat rasionalisasi kita sendiri demi self-esteem. Beberapa orang mungkin bersumpah serapah mengutuk orang lain, keadaan, dan dunia; padahal dirinyalah yang telah mengambil keputusan.
Dan kiranya, kita semua melakukan itu.
Kita terutama melakukannya dalam situasi konflik. Ketika orang berbicara tentang sesuatu yang membuat kita kesal karena satu dan lain alasan, kita kerap menggambarkan tindakan mereka sebagai irasional, tercela, dan sangat disengaja.
Namun, terlepas dari praduga buruk kita, jika kita menanyai mereka mengapa mereka melakukannya, mungkin mereka pun juga akan mengajukan berbagai alasan tentang bagaimana tindakan mereka begitu masuk akal dan dapat dibenarkan.
Ujung-ujungnya, baik kita maupun mereka, sama-sama terperosok ke dalam self-serving bias. Pelaku maupun korban mendistorsi fakta dari suatu situasi agar sesuai dengan narasi masing-masing.