Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Self-Serving Bias, Mengapa Kita Harus Berhati-hati dengan Diri Sendiri?

22 Juni 2022   11:48 Diperbarui: 11 November 2022   07:19 1415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Self-Serving Bias (Sumber: Adi Goldstein via Unsplash.com)

Self-serving bias membuat kita nyaman dengan menuduh orang lain | Ilustrasi oleh John Hain via Pixabay
Self-serving bias membuat kita nyaman dengan menuduh orang lain | Ilustrasi oleh John Hain via Pixabay

Sebenarnya ada banyak teori yang bisa menjelaskan mengapa self-serving bias terjadi, namun ada jawaban ringkas nan sederhana, yaitu "lebih nyaman". Karena secara naluriah manusia menghindari rasa sakit dan penderitaan, maka bias ini dapat mengindahkan naluri tersebut.

Jawaban lainnya datang dari Dale T. Miller dan Michael Ross (1975) bahwa tindakan menginternalisasi kesuksesan dan mengeksternalisasi kegagalan terjadi karena biasanya orang merasa optimis ketika memprediksi hasil dan pengalaman mereka.

Mereka berharap untuk lulus ujian, mendapatkan pekerjaan yang baik, dan memiliki hubungan yang langgeng daripada gagal, dipecat, atau bercerai.

Karena pengalaman negatif akhirnya menjadi tidak terduga, orang pun cenderung mengaitkannya dengan faktor eksternal daripada faktor pribadi yang sebenarnya lebih berada dalam jangkauannya.

Dampak dan Solusi

Implikasi paling jelas dari self-serving bias adalah memuaskan diri sendiri dengan cara yang tidak adil. Objektivitas yang absen dalam pengamatan kita kemungkinan besar menghasilkan kesimpulan yang keliru, dan bila demikian, cara kita menanggapi suatu perkara juga menjadi keliru.

Dalam mode efek dominonya, kita dapat tergelincir di tempat yang sama, melakukan kesalahan serupa berulang-ulang akibat rasionalisasi kita sendiri demi self-esteem. Beberapa orang mungkin bersumpah serapah mengutuk orang lain, keadaan, dan dunia; padahal dirinyalah yang telah mengambil keputusan.

Dan kiranya, kita semua melakukan itu.

Kita terutama melakukannya dalam situasi konflik. Ketika orang berbicara tentang sesuatu yang membuat kita kesal karena satu dan lain alasan, kita kerap menggambarkan tindakan mereka sebagai irasional, tercela, dan sangat disengaja.

Namun, terlepas dari praduga buruk kita, jika kita menanyai mereka mengapa mereka melakukannya, mungkin mereka pun juga akan mengajukan berbagai alasan tentang bagaimana tindakan mereka begitu masuk akal dan dapat dibenarkan.

Ujung-ujungnya, baik kita maupun mereka, sama-sama terperosok ke dalam self-serving bias. Pelaku maupun korban mendistorsi fakta dari suatu situasi agar sesuai dengan narasi masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun