Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Apa yang Harus Dilakukan bila Kehilangan Motivasi?

1 Februari 2022   06:30 Diperbarui: 11 November 2022   07:20 1750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kehilangan motivasi dapat menjadi masalah serius bagi semua orang | Ilustrasi oleh Tumisu via Pixabay

Banyak orang yang tiba-tiba mengubur mimpinya (hanya) karena tidak cukup termotivasi. Ketiadaan motivasi dapat turut melenyapkan segala hasrat dan daya yang bersifat mendorong. Dalam keadaan demotivasi, orang mulai meragukan mimpinya sendiri.

Motivasi merupakan salah satu anugerah terbaik bagi psikis manusia, tetapi "hidup-matinya" acapkali rumit. Terkadang kita begitu mudah untuk termotivasi hingga mendapati diri sedang terbungkus oleh angin puyuh kegembiraan.

Di lain kesempatan, kita tidak menemukan motivasi di mana pun dan merasa terjebak dalam spiral penundaan yang mematikan. Tetapi sebenarnya, hal yang paling sulit tentang motivasi bukanlah tentang memulainya, melainkan mempertahankannya.

Titik mula motivasi sering muncul begitu saja dalam pikiran kita karena biasanya masih sejalan dengan insting manusia: menjadi kaya, terkenal, dikagumi. Namun ketika kita berhadapan dengan rintangan yang sesungguhnya, motivasi akan mudah untuk runtuh.

Dibutuhkan asupan lebih untuk membangkitkan motivasi yang tenggelam.

Meskipun umum terjadi, fenomena demotivasi merupakan sesuatu yang serius. Ketika orang merasa hilang semangat, mereka mungkin akan terburu-buru mengambil keputusan dan pada akhirnya menentukan seluruh masa depannya.

Saya yakin semua orang pernah mengalami demotivasi, entah di tengah jalan maupun selepas kegagalan. Dengan begitu, bukan tiadanya motivasi yang menghancurkan seseorang, melainkan cara dia menanggapinya.

Apa Itu Motivasi?

Secara umum, motivasi kerap didefinisikan sebagai kesediaan seseorang untuk melakukan sesuatu. Tetapi menurut saya, inti dari motivasi diuraikan dengan memukau oleh Steven Pressfield dalam bukunya, The War of Art.

Dia menulis, "Pada titik tertentu, rasa sakit karena tidak melakukannya menjadi lebih besar daripada rasa sakit karena melakukannya." Itulah inti dari motivasi: ketika kita merasa rugi bila tidak melakukan sesuatu, maka kita memiliki motivasi terhadapnya.

Bagaimana Cara Menjaga Motivasi?

Menjaga motivasi pada dasarnya adalah menjaga alasan mengapa kita memulainya. Untuk konsisten dalam satu tujuan, orang sering kali merasa ciut oleh rintangan dan tantangan yang dihadapinya. Alasan itu memudar dari kepala dan motivasi pun tenggelam bersamanya.

Dalam pandangan ini, motivasi tampak seperti "barang yang mudah pecah" karena mesti diperlakukan dengan hati-hati. Terkadang orang menyamakannya dengan "mood", tetapi persoalannya jauh lebih rumit daripada perasaan yang mudah berubah.

Sejauh ini, ada 4 hal yang saya lakukan dalam upaya menjaga motivasi. Tentu saya tidak menjamin bahwa semuanya akan bekerja untuk Anda, tetapi saya merasa yakin bahwa apa yang saya lakukan akan cukup bernilai bila dibagikan.

Memperjelas nilai pribadi

Nilai-nilai pribadi adalah semacam alat ukur yang dengannya kita menentukan apa itu kehidupan yang sukses dan bermakna. Ketika saya berkata, "Saya ingin menjadi baik," maka definisi tentang apa yang "baik" itu adalah cerminan dari nilai pribadi saya.

Bila terlalu membingungkan, saya akan merangkumnya dalam pertanyaan, "Apa yang Anda hargai dalam kehidupan ini?" Entah jawabannya adalah kekayaan, ketenaran, atau apa pun; itu adalah cerminan dari nilai pribadi Anda.

Saya percaya bahwa penegasan nilai pribadi amat-sangat penting, karena orang cenderung memedulikan terlalu banyak hal. Mereka menghabiskan waktu berharganya untuk hal-hal yang percuma dan lalu cemas terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak penting.

Poin berharga dari kejelasan nilai-nilai pribadi adalah, kita menjadi tahu apa yang sesungguhnya tidak mesti kita pedulikan. Kita biasanya mengamini banyak hal dan merasa enggan untuk berkata "tidak".

Sebagai konsekuensinya, kita mendapatkan lebih banyak kecemasan dan kekhawatiran, belum lagi keletihan yang kita bayarkan untuk semua itu. Dalam ketiadaan energi dan daya, semua motivasi yang begitu kuat di awal dapat tiba-tiba saja memudar.

Kita tidak cukup dengan hanya tumbuh dan menjadi "orang yang lebih baik". Kita harus mendefinisikan apa itu orang yang lebih baik serta memutuskan ke arah mana kita ingin berkembang.

Karena jika tidak, kita akan selamanya menyia-nyiakan banyak hal.

Nilai-nilai kita terus-menerus tercermin dalam cara kita memilih untuk berperilaku. Dengan demikian, apa yang menjadi motivasi seseorang sebenarnya selalu berkaitan dengan apa yang menjadi nilai-nilai pribadinya.

Akan tetapi, tidak semua orang benar-benar sadar akan nilai-nilai pribadinya sehingga motivasi pun mudah goyah. Konsistensi dalam satu tujuan adalah tidak mungkin tanpa nilai-nilai yang jelas.

Tentu sebagian besar dari kita mengambil keputusan atau melakukan sesuatu atas dorongan nilai-nilainya. Namun dalam banyak kesempatan, mereka dikendalikan oleh alam bawah sadarnya sehingga nilai-nilai tersebut tetap tidak jelas.

Bisa dibilang, ada sekaligus tidak terlihat.

Kesadaran akan nilai-nilai pribadi juga dapat menguatkan kita dalam penderitaan; sesuatu yang pada dasarnya merenggut motivasi kita. Dengan ini, kita menjadi mengerti tentang mengapa kita mesti menghadapi penderitaan tersebut.

Kebahagiaan dan penderitaan menjadi lebih bermakna. Orang biasanya ragu untuk menetapkan nilai-nilai pribadi yang pasti karena takut pilihannya menjadi terbatas. Namun justru, bagi saya, pilihan yang terbatas menjadikan kita lebih bebas.

Kita terlepas dari Paradoks Pilihan dan segala kekhawatiran yang tidak perlu, pun sebagai gantinya merasakan kedalaman yang membahagiakan dari komitmen.

Jadi bila Anda hendak melakukan sesuatu, coba pertanyakan sejenak: apakah Anda melakukannya karena memang itulah nilai yang Anda hargai, atau ada rasa takut yang mendasarinya?

Nilai-nilai pribadi menentukan keputusan kita dan, karenanya, takdir kita.

Membongkar pola rutinitas

Nilai-nilai pribadi tercermin dalam apa yang kita kerjakan, utamanya rutinitas. Jadi bila nilai pribadi berubah, maka rutinitas pun akan berubah. Untuk alasan yang jelas, motivasi kita mendapatkan pengaruh besar dari bahagia-tidaknya kita menjalani rutinitas keseharian.

Keberhasilan setiap tujuan yang kita tetapkan dengan penuh ambisi selalu ditentukan oleh apa yang kita kerjakan sehari-hari. Hal-hal besar yang kita impikan bukanlah proses sehari-semalam, melainkan perjuangan yang kita kerahkan dalam keseharian.

Bila Anda menjalani rutinitas yang sulit dan membosankan, Anda akan mudah untuk kehilangan motivasi. Anda tidak akan menikmati semua prosesnya, dan itu secara otomatis menghentikan konsistensi yang diperlukan untuk kesuksesan.

Karenanya, hal yang perlu dipertanyakan bukanlah impian kita sendiri, melainkan cara kita dalam mencapainya. Orang cenderung terjebak dalam "kotak" sehingga berpikir bahwa semua yang ada tidak bisa diubah, apalagi diintervensi.

Padahal kenyataannya, kita dapat membuat perbedaan dan menentukan harga kita sendiri. Saat kita menjadi penasaran tentang keadaan default yang tak memuaskan, kita mulai menyadari bahwa sebagian besar keadaan memiliki asal-usulnya.

Dalam hal rutinitas, asal-usulnya adalah diri kita sendiri. Kitalah yang memilihnya.

Mempertanyakan pola rutinitas merupakan sesuatu yang baik untuk menjaga motivasi, karena dengannya kita tahu apakah hal-hal yang kita lakukan setiap hari benar-benar mengantarkan kita pada tujuan, atau kita hanya membuang waktu yang berharga.

Ketika kita menemukan titik masalahnya, kita dapat memperbaiki pola kebiasaan kita dan lebih menikmati proses menuju kesuksesan. Selalu ada metode yang lebih baik untuk dijalani, jadi tidak apa-apa untuk mengubah pola kebiasaan selama tujuan kita tetap sama.

Memanfaatkan demotivasi sebagai umpan-balik

Bagi saya, hilangnya motivasi merupakan pertanda adanya sesuatu yang salah, entah dalam keadaan eksternal maupun internal. Dan ini bagus; saya bisa mengevaluasi setiap langkah yang telah saya tempuh untuk memastikan bahwa saya berada di jalur yang benar.

Self-reward

Kebosanan dapat memudarkan konsentrasi. Tanpa konsentrasi, aktivitas apa pun yang kita lakukan menjadi tidak efektif dan membuang lebih banyak waktu. Sebagai jawaban, saya selalu mempunyai self-reward untuk menyeimbangkan motivasi.

Misalnya, saya telah menghabiskan waktu selama 2 jam untuk membaca buku. Sebagai "hadiah" atas hal berharga yang saya lakukan, saya akan menonton sinetron-komedi, misalnya Friends, selama 30 menit sebelum kembali melanjutkan rutinitas.

Hidup adalah keseimbangan yang konstan antara memberi kemudahan pada gangguan atau mengatasi rasa sakit karena disiplin-diri. Tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa keberhasilan kita ditentukan oleh keseimbangan yang rapuh tersebut.

Membangkitkan motivasi memang bukanlah persoalan mudah, apalagi bila kita telah dihadapkan pada kegagalan yang menyesakkan dada. Tetapi apa mau dikata selain, "Kita selalu bisa termotivasi oleh hal apa pun."

Seperti yang dikatakan Theodore Roosevelt, "Hadiah terbaik yang ditawarkan kehidupan adalah kesempatan untuk bekerja keras dalam pekerjaan yang layak dilakukan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun