Akan tetapi, kesuksesan bukanlah permainan zero-sum: keberhasilan satu orang bukan berarti kue untuk Anda semakin sedikit. Fakta inilah yang semestinya meniadakan kedengkian dalam diri kita dan ikut berbahagia atas pencapaian orang lain.
Bayangkan bahwa kita merupakan bagian dari satu tim sepak bola yang kompak. Meskipun setiap pemain tetap berkompetisi untuk mencetak gol ke gawang lawan, tetapi semua pemain turut merayakan gol, terlepas dari siapa pun yang melakukannya.
Pada titik itulah, kita bisa merasakan betapa semua manusia berada di rumah yang sama; satu titik biru pucat (meminjam istilah Carl Sagan) yang kita sebut sebagai Bumi. Hanya inilah yang kita miliki sejauh ini, tempat di mana kita mencari kehangatan di tengah dinginnya alam semesta.
Dan sebenarnya, ada alasan bagus untuk melakukan itu.
Sebuah studi yang dilakukan hampir selama 80 tahun oleh Harvard University menunjukkan bahwa hubungan yang baik, bukan uang atau status, adalah kunci kebahagiaan dan kesehatan yang baik.
Menurut studi tersebut, tidak peduli apa pun situasi atau latar belakang seseorang, manusia yang memiliki hubungan positif dan mendalam dengan orang lain tidak hanya lebih bahagia, tapi juga cenderung hidup lebih lama.
Itulah mengapa ketika kita menaruh satu kedengkian dan kebencian kepada orang lain, sebenarnya kita sedang menghancurkan kebahagiaan kita sendiri yang berpotensi muncul dalam hubungan yang harmonis.
Berbahagia atas pencapaian orang lain dapat menciptakan rasa aman dalam diri kita, dan itulah yang kemudian membebaskan kita untuk lebih bahagia. Sebaliknya, dengki dan benci adalah sumber ketidakbebasan kita, karena hanya akan menambah "musuh" kita.
Itu sama seperti mengikatkan rantai besi di leher kita sendiri; alih-alih memberatkan orang yang kita benci, justru kita sendirilah yang merasa kesusahan.Â
Mendukung dan menunjukkan kebahagiaan atas keberhasilan orang lain adalah sesuatu yang mesti dilakukan setiap orang.
Saya percaya hukum semesta yang berbunyi, "Semakin banyak yang kita keluarkan, semakin banyak pula yang kita terima sebagai balasannya." Hukum ini tidak hanya berlaku dalam dunia keuangan, tetapi juga kebahagiaan.