Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jalan Logis untuk Memperbaiki Dunia: Sebuah Refleksi

26 Desember 2021   15:44 Diperbarui: 26 Desember 2021   16:07 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbaikan dunia dibangun oleh perubahan-perubahan kecil secara kolektif dan terus-menerus | Ilustrasi oleh StockSnap via Pixabay

Tetapi ke mana perbaikan tersebut mesti diarahkan? Kedewasaan dan keluhuran karakter, karena kita tampaknya tidak berada dalam krisis material atau kesejahteraan, melainkan krisis karakter, kedewasaan, dan keluhuran.

Ketika kita mengejar kehidupan yang penuh kenikmatan dan kepuasan yang rendah, kita cenderung memperlakukan diri kita sendiri sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan yang egois.

Maka, perbaikan-diri bukanlah pengelolaan kebahagiaan yang lebih besar, tapi justru, pencarian kesejatian-diri yang makin besar. Banyak orang yang hidup senang atas keegoisannya, tetapi dalam waktu yang singkat saja, mereka kembali pada ketiadaan nilai.

Tetapi orang yang menemukan kesejatiannya sebagai manusia, tidak peduli penderitaan dan kemelaratan apa pun yang dialaminya, secara penuh, dia bahagia. Bukannya dia lemah atau gila, tetapi dia tahu apa yang jauh lebih bernilai bagi dirinya sendiri di dunia ini.

Kekuatan ajaib dari memperbaiki diri sendiri bukan saja efek dominonya yang mengagumkan, tetapi juga mengubah cara kita untuk melihat dunia yang secara langsung memengaruhi kita dalam memperlakukannya.

Jangan mengharapkan kehidupan yang lebih baik. Cukup hiduplah dengan baik.

Itulah cara kita untuk memperbaiki dunia: bukan dengan menganut ideologi yang mampu mengatur semuanya atau dengan memimpikan masa depan yang sama sekali lain, tapi dengan mencapai kematangan dan kehormatan setiap individu di masa kini, di sini dan saat ini juga.

Tampaknya, seni mengoreksi diri sendiri menjadi keterampilan yang semakin langka, sekaligus semakin berharga. Kebanyakan orang menolak evaluasi atau refleksi diri karena terlalu takut untuk berhadapan dengan dirinya sendiri.

Mereka takut mengingat luka masa lalu, kegagalan yang baru-baru ini terjadi dan kecemasan terhadap masa depan.

Tetapi saya percaya, lebih baik berdamai dengan semua itu daripada membuangnya ke alam bawah sadar yang sewaktu-waktu akan meledak di depan wajah kita dan menghancurkan segalanya.

Kita perlu menerima fakta kehidupan, tidak peduli seberapa menakutkannya semua itu, sebab sepanjang waktu kita berada dalam cengkeramannya. Dan itulah kisah manusia; itulah bagaimana alur kehidupan ini akan dikisahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun