Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menemukan Makna Kehidupan dari Keseharian

20 Oktober 2021   20:20 Diperbarui: 25 Oktober 2021   18:19 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadikan kesadaran diri sebagai bagian dari perjalanan hidup Anda. Bicaralah pada diri sendiri dan ciptakan waktu untuk "mode pesawat" sehingga di kala keramaian mulai senyap, Anda punya kesempatan untuk memahami semua hal beserta maknanya bagi Anda.

Kesadaran diri membantu kita untuk memisahkan diri dari masyarakat secara intelektual dan mendefinisikan atribut unik yang menyebabkan kita sebagai individu yang istimewa di tengah-tengah milyaran jiwa manusia.

Coba renungkan pertanyaan-pertanyaan berikut.

Pernahkah Anda memerhatikan bahwa suatu ketika bintang-bintang tampak gemilang dan pada waktu lain sedemikian pucatnya? Pernahkah Anda melihat pelangi malam yang melingkar dalam rangkulan bulan seperti cincin Saturnus yang berkilauan di tengah kepekatan?

Atau pernahkah Anda memerhatikan betapa burung-burung suka bernyanyi di kala fajar, tetapi mungkin Anda lebih akrab dengan bising alarm untuk membangunkan Anda saat tanggal merah?

Saya khawatir Anda melewatkan semua itu dan mulai terbiasa dengan segala sesuatu yang tampak. Ketika Anda kehilangan kekaguman terhadap semesta dan rajutan makna di baliknya, saya ingin tahu bagaimana Anda bisa menikmati "kesementaraan" itu.

Menemukan makna dalam hidup adalah masalah menghubungkan titik-titik kecil antara siapa Anda dan apa yang Anda lakukan setiap hari. Karenanya, tidak ada area abu-abu di sini. Ketika Anda mendapatkannya, ada alasan logis untuk merayakannya.

Jika kita tidak mampu lagi menemukan keajaiban dari kehidupan ini, kita pun turut kehilangan keindahannya.

Kita perlu menghadirkan kembali naluri kekanak-kanakan kita. Bagi anak-anak, semua yang mereka alami adalah hal yang benar-benar baru. Mereka menemukan makna dalam keseharian mereka yang paling biasa, bahkan acapkali amatlah konyol.

Jika Anda pergi ke taman bersama seorang anak berumur 5 tahun, kemudian seekor merpati hinggap di depan kalian, siapa yang akan kegirangan? Tentu, bukan Anda.

Anak tersebut mungkin berpikir bahwa merpati itu menyukainya, atau setidaknya ingin disuapi beberapa potong roti olehnya. Tetapi Anda menganggap itu sebagai sesuatu yang biasa; sesuatu yang normal terutama jika Anda memiliki sedikit kacang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun