Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menemukan Makna Kehidupan dari Keseharian

20 Oktober 2021   20:20 Diperbarui: 25 Oktober 2021   18:19 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kita terbiasa mengabaikan keajaiban semesta hingga kita tidak tahu lagi apa makna dari semuanya | Ilustrasi oleh Stock Snap via Pixabay

Beberapa hal terpenting dalam kehidupan tidak dapat kita temukan di dunia luar. Mungkin kita dapat membeli jenis kebahagiaan tertentu, seperti membayar perjalanan ke pantai atau menambah koleksi mobil.

Tetapi yang lebih penting daripada semua itu adalah, kita tidak bisa membeli "makna".

Manusia adalah makhluk pencari makna. Makna adalah alasan di balik kepahlawanan seseorang meskipun dunia ini tidak memberinya apa-apa. Makna adalah pegangan yang ditawarkan pada manusia ketika segala sesuatu begitu kacau dan ambyar.

Makna adalah selimut dari dinginnya bungkus kosmik.

Tetapi lebih seringnya, kita menganggap bahwa makna semua hal yang selama ini mengelilingi kita adalah kekosongan makna itu sendiri. Kita cenderung memaknai semuanya sebagai ketiadaan makna.

Pada dasarnya, kita sudah merasa terbiasa dengan dunia.  Kita tumbuh dengan sepenuhnya menjadi dewasa dan tidak menyisakan ruang sedikit pun untuk "jiwa" anak-anak yang dulu pernah kita miliki.

Padahal jiwa itulah yang membantu kita untuk terpikat (kembali) dengan semesta dan mengaguminya. Ketika kita merasa bagian dari semesta itu sendiri, kita mengerti tentang apa makna dari semuanya; makna dari kesejatian diri sendiri.

Di sinilah kisah alternatif kehidupan perlu diceritakan. Sebagian besar dari kita menjalani hidup dengan sistem auto-pilot, dan kita cenderung menganggap semua yang ada sebagai mode default yang tidak bisa dipertanyakan (lagi).

Kita hidup dalam masyarakat yang memandang individualitas sebagai sesuatu yang aneh. Kadang-kadang mereka sedemikian konservatif sehingga kita pun menjadi tidak disukai ketika kita memilih jalan yang berbeda dari kemapanan mereka.

Jadi bagaimana kita dapat menemukan makna dalam hidup kita ketika sepanjang waktu kita melakukan apa yang orang lain lakukan, sedangkan makna sangat subjektif dan sepenuhnya bergantung pada apa yang menurut kita bernilai?

Kita perlu berhenti melakukan hal-hal tertentu yang menghalangi kita dalam menemukan makna. Ketika kita tidak lagi mampu mengubah suatu keadaan yang menimpa kita, maka kita ditantang untuk mengubah diri kita sendiri.

Ada ekspektasi dari sekitar kita tentang apa yang seharusnya kita capai dalam hidup, tetapi kita mungkin perlu melepaskan apa yang diharapkan masyarakat dari kita dan mulai berorientasi pada apa yang kita harapkan dari diri kita sendiri.

Kita juga perlu berhati-hati untuk membandingkan di mana kita berada dalam hidup dengan orang lain. Acapkali kita menganggap mereka seperti penjara bagi kita sebagai makhluk yang bebas, tetapi sebenarnya semua itu kembali pada respons kita terhadapnya.

Dalam kata-kata Viktor Frankl, "Segala sesuatu dapat diambil dari seseorang kecuali satu hal: kebebasan terakhir manusia---untuk memilih sikap dalam situasi apa pun, memilih jalannya sendiri."

Ketika Anda melakukan hal-hal yang menurut Anda bermakna, misalnya berlari di tengah hujan deras ketika semua orang berteduh, mereka mungkin akan menertawakan Anda. Tapi, itu tidak apa-apa selama Anda melakukan sesuatu yang begitu berarti bagi Anda.

Saya sering ditertawakan ketika saya hendak pergi ke luar pukul 10 malam hanya untuk menikmati kedinginan malam bersama hujan bintang dan cahaya rembulan yang kadang-kadang begitu pucat. Mereka pikir saya sedikit gila.

Tapi jika menjadi manusia sejati berarti merangkul kegilaan, lemparkan saja label itu pada saya sekali lagi.

Menemukan makna adalah hal yang berani. Itulah mengapa kebanyakan orang tidak peduli terhadapnya.

Nilai yang Tercecer

Saya memilih diksi "menemukan" untuk judul artikel ini karena saya yakin bahwa makna itu senantiasa mendatangi kita, tetapi kita mengabaikannya sehingga semua itu mulai tercecer seperti burung surgawi yang menari di depan kita dan kita tidak memedulikannya.

Burung tersebut terbang merajuk dan kita mesti menemukannya kembali.

Semesta selalu menampilkan keajaibannya pada kita, hanya saja kita tidak peka terhadapnya. Bagaimanapun juga, kita mengabaikannya. 

Maka tugas kitalah untuk menjelaskan keabsurdan itu dan merajutnya dalam makna sederhana tentang apa itu hidup sesungguhnya.

Jika Anda sulit menentukan makna dari eksistensi Anda di sini, setidaknya Anda dapat selalu menemukan sesuatu yang penting dan bernilai dari keseharian Anda. Dan saya percaya bahwa dari sanalah kita belajar tentang makna yang utuh dari kehidupan.

Kita dapat berangkat dari hal-hal kecil yang biasanya kita anggap sepele. Bila kita benar-benar peka terhadapnya, kita akan mampu untuk membiarkan mata hati bekerja menggantikan mata visual, dan melihat sesuatu yang tidak terjangkau dalam fenomena fisik.

Mungkin pada mulanya akan terasa sulit, bahkan untuk menyadari nilai yang sangat sederhana dari keseharian kita.

Namun ketika Anda sudah terbiasa dengannya, Anda dapat mencapai makna yang lebih mendalam lagi seraya terkejut-kejut betapa Anda mengabaikan semua mutiara yang selama ini melingkari leher Anda.

Saya pribadi selalu menciptakan momen hening bersama diri sendiri selama beberapa menit sebelum pergi tidur; membiarkan diri menjadi bodoh di hadapan kosmos layaknya seorang anak yang sedang diperdaya oleh pesulap.

Andaikan hari ini saya mengalami kemalangan, toh di sana saya menemukan maknanya bahwa kehidupan memang menawarkan kemalangan bagi mereka yang terlampau sejahtera dengan hal-hal duniawi.

Saya tidak tahu persis bagaimana semua itu dapat terjadi. Anda tahu, ketika Anda adalah bagian dari keajaiban itu, Anda tidak bisa menjelaskan seluruh alur dari kekuatan magisnya.

Jika Anda berpikir itu tidak normal dan aneh, mungkin Anda perlu mengambil langkah mundur dan mendefinisikan kembali apa makna dari semua yang Anda lakukan selama ini dan ke mana akhir cerita dari semuanya mengalir.

Lewat berdialog dengan diri sendiri, Anda berada dalam upaya untuk mengembangkan kesadaran diri yang selama ini banyak tersingkirkan oleh keotomatisan Anda dalam bertindak.

Kesadaran diri adalah proses seumur hidup yang terjadi sejak kita berevolusi sebagai manusia. Kita berubah dan bermutasi. Kita harus terus-menerus waspada terhadap hal-hal yang berubah dalam diri kita dan jenis dampaknya terhadap kedalaman keseharian kita.

Jadikan kesadaran diri sebagai bagian dari perjalanan hidup Anda. Bicaralah pada diri sendiri dan ciptakan waktu untuk "mode pesawat" sehingga di kala keramaian mulai senyap, Anda punya kesempatan untuk memahami semua hal beserta maknanya bagi Anda.

Kesadaran diri membantu kita untuk memisahkan diri dari masyarakat secara intelektual dan mendefinisikan atribut unik yang menyebabkan kita sebagai individu yang istimewa di tengah-tengah milyaran jiwa manusia.

Coba renungkan pertanyaan-pertanyaan berikut.

Pernahkah Anda memerhatikan bahwa suatu ketika bintang-bintang tampak gemilang dan pada waktu lain sedemikian pucatnya? Pernahkah Anda melihat pelangi malam yang melingkar dalam rangkulan bulan seperti cincin Saturnus yang berkilauan di tengah kepekatan?

Atau pernahkah Anda memerhatikan betapa burung-burung suka bernyanyi di kala fajar, tetapi mungkin Anda lebih akrab dengan bising alarm untuk membangunkan Anda saat tanggal merah?

Saya khawatir Anda melewatkan semua itu dan mulai terbiasa dengan segala sesuatu yang tampak. Ketika Anda kehilangan kekaguman terhadap semesta dan rajutan makna di baliknya, saya ingin tahu bagaimana Anda bisa menikmati "kesementaraan" itu.

Menemukan makna dalam hidup adalah masalah menghubungkan titik-titik kecil antara siapa Anda dan apa yang Anda lakukan setiap hari. Karenanya, tidak ada area abu-abu di sini. Ketika Anda mendapatkannya, ada alasan logis untuk merayakannya.

Jika kita tidak mampu lagi menemukan keajaiban dari kehidupan ini, kita pun turut kehilangan keindahannya.

Kita perlu menghadirkan kembali naluri kekanak-kanakan kita. Bagi anak-anak, semua yang mereka alami adalah hal yang benar-benar baru. Mereka menemukan makna dalam keseharian mereka yang paling biasa, bahkan acapkali amatlah konyol.

Jika Anda pergi ke taman bersama seorang anak berumur 5 tahun, kemudian seekor merpati hinggap di depan kalian, siapa yang akan kegirangan? Tentu, bukan Anda.

Anak tersebut mungkin berpikir bahwa merpati itu menyukainya, atau setidaknya ingin disuapi beberapa potong roti olehnya. Tetapi Anda menganggap itu sebagai sesuatu yang biasa; sesuatu yang normal terutama jika Anda memiliki sedikit kacang.

Tapi berhentilah sejenak untuk memaknainya. Bisakah?

Saya yakin meskipun segalanya tampak berjalan absurd dan ambyar, tetapi Pencipta dari semua ini menghendaki adanya suatu makna dan tujuan yang bisa kita petik darinya.

Hanya saja, kita lebih tertarik pada keabsurdan itu daripada mengakses makna dari keabsurdan itu sendiri. Saya tahu itu paradoksal: bagaimana sesuatu disebut absurd, sedangkan pada dirinya ia bermakna?

Tapi itulah kenyataannya. Absurd, bukan?

Kita tidak perlu lelah menghabiskan sepanjang hidup kita untuk mencari makna, sebab jika demikian, pada akhirnya, kita tidak pernah benar-benar hidup.

Cukuplah menyempatkan beberapa menit dalam sehari untuk memaknai seluruh alur yang Anda lakoni pada hari tersebut, dan kemudian perhatikan tentang bagaimana kehidupan Anda bergerak menuju keindahan yang dipenuhi nilai-nilai.

Jadi lain kali, ketika Anda bertanya tentang apa makna hidup Anda, sesungguhnya Anda sendirilah jawabannya. "Rahasia hidup tidak ada artinya, kecuali Anda menemukannya sendiri," urai Somerset Maugham.

Atau dalam kata-kata Albert Camus, "Makna hidup yang sebenarnya adalah apa pun yang Anda lakukan supaya Anda tidak membunuh diri sendiri."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun