Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Seni "Menabung" Kepuasan

11 Agustus 2021   05:30 Diperbarui: 11 Agustus 2021   20:45 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Andaikan nenek moyang kita bangkit dan melihat keadaan dunia saat ini, mungkin mereka akan menganggap kita sebagai generasi yang "gila". Dan saya akan senang hati untuk menganggukkan kepala pada mereka. Saya juga salah satunya.

Beberapa orang tidak melihat nilai dari kesabaran selama masa-masa sulit atau berjuang menuju suatu tujuan; mereka ingin kepuasan instan dan lebih suka membeli ponsel terbaru daripada menabung untuk masa pensiun atau sekadar berjaga-jaga dalam masa darurat.

Kita sering mengarahkan hidup kita pada bagaimana rasa sakit dapat terhindarkan, tetapi dalam proses pemikirannya, kita gagal untuk melihat bahwa jalan kepuasan yang tertunda acapkali menyimpan solusi nyata dari masalah yang kita keluh-keluhkan.

Inilah yang pada akhirnya menjadi sebuah pertanyaan besar bagi kita: apakah kita dapat menunggu untuk sesuatu yang benar-benar kita inginkan, bahkan jika itu harus mengorbankan kesenangan dan kepuasan kita saat ini?

Pada faktanya, kita hampir tidak tahu tentang apa yang akan kita lakukan ketika situasi tersebut ada di depan kita. 

Manusia dirancang untuk takut dengan ketidakpastian; sesuatu yang dapat membuat pertanyaan tadi akan diragukan dengan pertanyaan lain:

Apa jaminan yang kita punya atas pengorbanan kita dalam menunda rasa kepuasan itu? Bagaimana jika ternyata hasil akhirnya tidak sesuai dengan harapan, dan ujung-ujungnya kita menyesal karena telah melewatkan kepuasan instan tersebut?

Itulah risiko yang kita punya. Sebagai makhluk yang pragmatis, kita senantiasa menginginkan apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang berguna dan tidak sia-sia. Dan ini bertubrukan dengan sifat kehidupan yang pada dasarnya dipenuhi ketidakpastian.

Tapi karena kita adalah makhluk yang pragmatis, terlebih dahulu saya akan "menggoda" Anda dengan beberapa manfaat yang dapat diraih seandainya Anda mau menabung kepuasan serta kebahagiaan sejak sekarang.

Membiasakan diri untuk hidup minimal

Hidup minimal bukan berarti Anda menghancurkan satu telinga, mencungkil satu mata, menyumbat satu lubang hidung, dan membotaki separuh rambut Anda. Tapi jika Anda tertarik, itu hak pribadi Anda.

Apa yang saya maksud adalah hidup dengan sederhana, dalam artian tidak melebih-lebihkan apa yang sudah cukup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun