Dalam kebutuhan kita untuk memahami atau mengategorikan benda, seseorang, atau keadaan, kita mungkin secara otomatis untuk berpikir secara hitam-putih, berusaha untuk memecahkan pertanyaan apa pun yang kita terima dengan mudah.
Dan faktanya memang begitu: Hitam vs. Putih jauh lebih mudah dikenali daripada warna abu-abu.
2. Tidak memerhatikan konteks
Saya selalu berusaha untuk menjawab pertanyaan atau menilai sesuatu dengan memerhatikan konteks terlebih dahulu. Terkadang beberapa teman merasa jengkel dengan kebiasaan saya yang katanya tidak bisa diajak praktis, tapi saya senang atas penilaian mereka.
Ketika seorang teman pecinta burung menilai tentang betapa jahatnya mereka yang mengurung burung di dalam sangkar, dia pun bertanya, "Bagaimana menurutmu?"
"Ya," ujar saya, "berikan aku konteksnya!"
Jika ternyata burung yang dilihatnya terkurung itu adalah burung yang sebelumnya sakit dan diselamatkan oleh pemilik sangkar, saya pikir itu tidak jahat dan malah mulia. Tetapi jika memang pengurungan itu hanya untuk kesenangan semata ... saya tetap tidak bisa menilainya.
Di satu sisi, burung tersebut hidup mudah karena semua kebutuhan makannya sudah disediakan oleh majikan. Itu berarti, dia tidak harus terlibat pertengkaran dengan burung lain dalam memperebutkan makanan. Di sisi lain, dia tidak punya kebebasan; hak alamiahnya.
Sekarang bayangkan bahwa pada suatu ketika, Anda melihat saya sedang duduk berlutut di hadapan seorang pria lain seraya memasangkan cincin pada jari manisnya. Apa yang akan Anda pikirkan? Apakah Anda pikir saya seorang homoseksual?
Tidak, sebenarnya saya hanya sedang berlatih untuk melamar kekasih saya dan dibantu oleh pria yang Anda lihat bersama saya. Itulah konteksnya, itulah kenyataannya. Jika Anda menyingkirkan konteks itu, Anda akan menilai segalanya dengan hitam atau putih.
3. Gagal menyadari bahwa kehidupan senantiasa berubah
Satu hal yang konstan terjadi dalam kehidupan adalah perubahan.
Dulu, membawa ponsel ke sekolah merupakan suatu tindakan yang dianggap tabu, atau jelasnya dilarang. Sekarang, pelajar diperbolehkan membawa ponsel ke sekolah dengan catatan penggunaan yang secukupnya dan sebagai media untuk belajar.