Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Masalah dari Berpikir Hitam-putih

5 Agustus 2021   06:06 Diperbarui: 5 Agustus 2021   06:09 2084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemikiran hitam-putih mencegah Anda untuk menyadari berbagai kemungkinan yang tersedia bagi Anda. Pola pikir semacam ini praktis membuat Anda tidak melihat kehidupan sebagaimana adanya: kompleks, tidak pasti, dan terus berubah.

Orang-orang yang terjebak dalam gaya berpikir demikian akan selalu menganggap kehidupan seperti sedang pemilihan umum: mereka merasa dipaksa untuk memberikan suara pada salah satu pilihan di antara dua opsi yang tersedia.

Tidak, kehidupan adalah harmoni dari berbagai kemungkinan yang dirajut pada jalinan takdir dan tidak seorang pun yang benar-benar tahu tentang apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri.

Pemikiran hitam-putih tidak memungkinkan Anda untuk menemukan jalan tengah, yang mungkin begitu sulit untuk dipertahankan dalam hidup pada kondisi ekstrem tersebut. Tapi tentu saja, dunia tidak selalu tentang hitam atau putih: hidup kita penuh dengan nuansa abu-abu.

Menyadari akan keabu-abuan dari sesuatu berarti membentuk diri kita untuk berpikir "elastis". Pemikiran yang elastis memungkinkan kita untuk berhenti mengatakan "semua atau tidak sama sekali" yang menekan diri kita sendiri tanpa memeriksa apakah itu benar atau tidak.

Teknik kognitif tersebut dapat membantu kita untuk mengenali apa yang kita lakukan dan menantang kesan palsu kita terhadap segala hal. Tetapi seperti yang dikatakan pepatah lama, "Mengucapkan jauh lebih mudah daripada melakukan."

Dengan melihat dunia dalam warna hitam dan putih (daripada pelangi yang sebenarnya rumit) pada awalnya dapat membuat diri kita lebih mudah untuk memisahkan yang baik dari yang buruk, yang benar dari yang salah, dan yang indah dari yang jelek.

Dalam kondisi khusus, pemikiran hitam-putih diperlukan. Lagi pula, jika tulisan ini sepenuhnya mengutuk pemikiran hitam-putih, maka saya sendiri telah melakukannya dengan cara yang konyol.

Tetapi pemikiran seperti itu bisa sangat melelahkan, mengirim kita pada pasang-surut kehidupan yang konstan. Dan pada tingkat yang lebih dalam, pemikiran dualistik dapat merampas banyak kerumitan yang membuat hidup dan hubungan menjadi begitu kaya.

Benar bahwa segala sesuatu di dunia ini diciptakan secara berpasangan: tanpa penderitaan, tidak ada kebahagiaan; tanpa kemiskinan, tidak ada kekayaan; tanpa kejelekan, tidak ada keindahan; tanpa kekalahan, tidak ada kemenangan.

Namun dalam menilai sesuatu, kita tidak bisa membulatkannya secara ekstrem dan selalu dikotomis. Ketika kita bertanya "apakah sesuatu itu baik atau buruk", kenyataannya bisa saja sesuatu itu baik sekaligus buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun