Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tentang Rahasia Impian yang Jarang Tersingkap

3 Agustus 2021   06:23 Diperbarui: 3 Agustus 2021   06:27 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selama ini kita sering melewatkan pertanyaan terpenting tentang mimpi kita | Ilustrasi oleh Free-Photos via Pixabay

Joe Gardner hidup sebagai seorang guru musik paruh waktu di sebuah sekolah menengah. Umurnya sudah tidak muda lagi, persis seperti apa yang sering dikatakan orang-orang tentang "waktu yang sudah terlambat untuk mengejar mimpi".

Namun tidak bagi Joe.

Tawaran pekerjaan penuh waktu dan kesempatan untuk duduk bersama band yang dipimpin oleh pemain saksofon papan atas (Dorothea Williams) tiba di hari yang sama, yang ternyata juga menjadi hari terakhir hidup Joe.

Waktu yang hampir setengah abad telah ditunggunya sekonyong-konyong menjadi akhir kisah hidupnya yang menyedihkan. Joe menemukan dirinya tiba-tiba diangkut dari Manhattan ke limbo di mana dia bertemu dengan jiwa pemberontak yang dikenal sebagai 22.

Setelah perjalanan yang begitu asing di "dunia jiwa", Joe berhasil kembali hidup di dunia, tetapi kali ini dengan menjadi seekor kucing. Raganya yang sedang koma di rumah sakit malah diisi oleh jiwa "22", jiwa yang akan menjadi teman berharga bagi Joe.

Joe pun melanjutkan pengejaran mimpinya dengan menjadi seekor kucing, mengarahkan raganya sendiri yang tidak dihuni oleh jiwanya. Lika-liku pengalaman antara Joe dan jiwa "22" pada akhirnya berhasil membuka kesempatan Joe untuk mewujudkan mimpinya.

Singkat cerita, jiwa Joe telah kembali ke raga aslinya, dan dia pun tampil bersama Dorothea Williams yang terkenal di panggung jazz legendaris New York. Joe benar-benar bersinar di atas panggung, tenggelam dalam irama piano dan tepuk tangan penonton.

Joe telah mewujudkan hasrat yang selama ini begitu membara dalam dirinya. Kita mengira bahwa Joe akan bahagia, tetapi kenyataannya tidak begitu. Joe jelas kebingungan seperti seorang pendaki yang mempertanyakan keberadaannya di puncak gunung.

Pendakian Joe telah berakhir. Kesuksesan sudah tiba dan mimpi telah tuntas. Tetapi, apakah keberhasilan itu adalah sesuatu yang membuat hidupnya berarti? "Sekarang apa?" Joe bertanya.

Film "Soul" dari Disney Pixar, menurut saya, telah berhasil menyentuh nilai-nilai kehidupan yang selama ini nyaris selalu terabaikan dari perhatian orang-orang. Film animasi tersebut bukan hanya alurnya yang begitu unik, tapi juga elegan dalam menyiratkan makna mendalam.

Joe berhadapan dengan ironi yang sering dialami oleh para "penakluk mimpi", yaitu tentang kehampaan yang melanda mereka ketika berada di puncak. Ini bukan hanya soal kekosongan makna, tapi juga ketiadaan gairah untuk kembali menikmati kehidupan.

Dalam suatu adegan, Dorothea menceritakan Joe sebuah kisah tentang dua ikan. Salah satunya menanyakan arah ke "The Great Ocean" kepada ikan yang lebih tua.

Yang lebih tua menjawab bahwa mereka memang sedang berada di laut. Lantas yang lebih muda memprotes, "Inikah? Ini hanya air. Aku ingin pergi ke 'The Great Ocean' dan berenang jauh!"

Joe persis serupa dengan ikan muda tersebut. Keduanya sama-sama mengharapkan sesuatu yang indah dari ekspektasi mereka, tetapi yang mereka dapatkan hanyalah bagian kedangkalan lain dari kehidupan yang tiada bedanya.

Ironi impian

Banyak orang mengira bahwa cara hidup yang benar adalah melakukan hal yang Anda sukai dan menggairahkan, kemudian menetapkan tujuan dan begitu Anda sampai di sana, maka Anda berhasil. Itulah akhir ceritanya.

Kenyataannya, orang-orang seperti Joe hanya akan menemukan bahwa ketika mereka gagal atau berhasil dengan tujuan mereka, semua itu tidak menjawab segalanya.

Itu tidak melengkapi hidup mereka dengan cara di mana mereka berkata, "Saya sudah selesai. Saya bahagia sekarang." Tidak, ini lebih kompleks dari itu!

Selama ini, kebanyakan dari kita percaya bahwa cara untuk menyalakan api kehidupan adalah dengan menetapkan sebuah impian. Kita percaya bahwa setiap orang harus punya mimpi dan berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkannya.

Tetapi, mereka melewatkan hal terpentingnya.

Pertanyaannya bukan hanya "apa yang kita impikan", tapi juga "apa yang akan kita lakukan dengan mimpi tersebut". Pertanyaan ini melampaui makna sebuah mimpi dan menjadi momen keputusan tentang apa yang akan kita nikmati dari mimpi tersebut.

Saya mengenal orang-orang yang telah mencapai kisah besar pribadinya. Tetapi mereka tidak begitu berbeda dengan diri mereka  yang sebelum mewujudkan semua mimpinya. Mereka hanya mengubah statusnya, bukan kehidupannya.

Mereka tidak lebih bahagia dari sebelumnya. Mereka tidak terkejut dan malah terkesan jenuh dengan keberhasilan mereka sendiri. Belakangan saya menyadari ironi tersebut ketika saya benar-benar mengalaminya. Ini seperti, "Nah, lalu apa lagi?"

Saya seperti sampai di sebuah jalan buntu yang selama ini telah saya impikan dan idam-idamkan.

Apa yang kemudian saya sadari adalah, bukan impian itu yang terpenting, melainkan apa yang akan kita lakukan setelah mimpi itu tercapai.

Katakanlah Anda bermimpi menjadi seorang aktor terkenal. Pada suatu waktu, Anda mewujudkannya dan berada di puncak ketenaran. Jika Anda termasuk orang yang seperti Joe, saya jamin, ketenaran itu tidak akan mengandung makna apa pun bagi kehidupan Anda.

Berbeda seandainya Anda telah memutuskan hal-hal apa saja yang ingin Anda lakukan dengan keberhasilan mimpi tersebut jauh sebelum Anda menumpahkan setetes keringat perjuangan. Puncak ketenaran Anda akan menjadi rantai kebahagiaan dan bukan akhir.

Sekarang bayangkan lagi seorang kaisar yang mati-matian memimpin pasukannya untuk mengalahkan musuh. Perang berlangsung sengit dengan diakhiri kemenangan oleh pihak sang kaisar.

Jika sejak awal mereka tidak punya tujuan, lantas untuk apa kemenangan yang melelahkan tersebut?

Kehampaan para penakluk mimpi sering terjadi karena mereka melewatkan rahasia tersebut. Mereka hanya tahu apa yang mereka perjuangkan, tetapi tidak tahu sama sekali tentang apa yang akan terjadi dengan akhir dari perjuangan tersebut.

Bagi orang-orang seperti Joe, ironisnya, mimpi mereka akan lebih baik jika tidak pernah tercapai. Mimpi mereka hanya akan bermakna ketika angan-angan mimpi tersebut tetap bercokol di pikiran mereka. Dalam artian, sekadar cukup untuk menjadi pemicu semangat.

Sebab andaikan mereka mewujudkan mimpinya, mereka hanya akan mendapati kehampaan.

Inilah mengapa kita perlu tersadar lebih awal tentang pentingnya menetapkan makna dari mimpi kita. Dengan sentuhan keperihan bawang: impian kita tidak mendefinisikan kita. Cara kita menjalani hiduplah yang mendefinisikan siapa kita.

Maka, identitas kita tidak merujuk pada apa yang kita impikan. Seperti yang kita tahu, banyak orang di dunia ini yang merasa besar hanya karena impiannya yang amat tinggi.

Tidak, siapa diri kita selalu ditentukan oleh apa yang kita perjuangkan dan apa yang kita lakukan dengan keberhasilan kita. Dengan begitu, kehidupan selalu bermakna petualangan dengan apa yang saya sebut prinsip Berjuang Sekuat Tenaga.

Pertanyaannya, mengapa kebanyakan dari kita melewatkan rahasia itu? Mengapa kita sering lupa untuk memutuskan apa yang akan kita lakukan ketika mimpi itu terwujud? Jika keputusan itu amatlah berharga, mengapa kita (nyaris) tidak pernah memikirkannya?

Saya pikir, kebanyakan dari kita hanya berambisi untuk memuaskan dahaga masyarakat. Buktinya, banyak orang yang kehilangan pengalaman berharga dalam hidup mereka hanya karena mereka merasa tertekan oleh harapan masyarakat.

Kita terlalu merisaukan apa yang akan mereka katakan tentang kita, bukan tentang apa yang akan kita nikmati dari perjuangan kita.

Kini saya selalu ingat tentang apa makna besar dari mimpi saya, bahwa ketika ia terwujud, saya akan begini-begitu, melakukan ini-itu yang juga tidak kalah berharga dari terwujudnya mimpi itu sendiri.

Kita tidak bisa membiarkan impian yang terwujud menjadi titik akhir perjuangan kita. Jika demikian, keberhasilan tersebut hanya akan menghalangi kita dari kenikmatan hidup yang ada saat ini dan di sini.

Hidup adalah tentang menikmati waktu yang terentang antara kelahiran dan kematian kita. Implikasi dari kebebasan adalah tanggung jawab. Dan hidup kita bukan tentang impian kita, tapi tentang proses serta perjuangan kita untuk meraih impian itu.

Jadi apabila kita kehilangan kenikmatan hidup kita dalam proses tersebut, kita hanya menabung kehampaan yang mendalam seperti Joe. Tidak perlu khawatir juga seandainya situasi memaksa kita untuk mengubah rencana. Semuanya masih bisa berjalan.

Ketika di barbershop, Joe menganggap Dez selalu ingin menjadi tukang cukur rambut sebab itulah bakatnya. Tetapi Dez menceritakan bahwa sebenarnya dia ingin menjadi dokter hewan.

Selepas putranya sakit, sekolah tukang cukur lebih murah daripada sekolah dokter hewan. Itulah yang membuat Dez mengubah rencananya.

Segala hal tidak selalu berjalan seperti yang direncanakan, toh dia beradaptasi dan melanjutkan untuk mengejar kehidupan yang hebat nan berharga, serta mengembangkan bakat baru.

Sebenarnya, apa yang nyata bukanlah "usaha mewujudkan mimpi", melainkan "usaha mewujudkan takdir". Dan sesuatu yang disebut takdir berarti tentang banyak hal dan ketidakterbatasan kemungkinan.

Penting untuk menetapkan makna mimpi kita. Penting untuk mengetahui apa yang akan kita lakukan ketika mimpi kita tercapai, tetapi menjadi jebakan ketika kita menaruh harapan pada bagaimana hidup kita seharusnya.

Saya punya perbedaannya.

Katakanlah Joe bermimpi menjadi musisi Jazz dan menetapkan makna mimpinya, bahwa mimpi itu akan menjadi sarana dia untuk meningkatkan kesejahteraan ekonominya, membantu sesama, menjelajah lebih banyak tempat, dan mengenal orang baru.

Namun apabila Joe menaruh harapan tentang seperti apa hidup dia seharusnya, mungkin dia akan berpikir: semua orang harus memujinya karena dia seorang musisi terkemuka, dia menjadi orang kaya dan menghabiskan sisa hidupnya untuk pesta-pesta.

Mirip? Nyaris.

Menentukan makna mimpi berarti menjadikan diri kita tetap sebagai subjek, sedangkan membentuk harapan tentang seperti apa hidup kita seharusnya adalah penyerahan diri kita sebagai objek dari mimpi kita sendiri.

Kenyataannya, tidak ada sesuatu pun yang perlu kita tunggu. Kapan pun kita bisa berjuang dan menikmati kehidupan kita, sekalipun dalam kubangan kegagalan yang amat pahit.

Obsesi pada satu hal malah dapat menghancurkan seluruh rangkaian kehidupan kita, atau dalam film Soul disebut "jiwa yang tersesat". Apa pun yang Anda pilih untuk diperjuangkan dalam hidup Anda, saya ingin Anda merangkul semua warnanya.

Pada akhirnya adalah, kenikmatan hidup kita justru datang dari apa yang kita perjuangkan, bukan apa yang kita impikan. Jadi seandainya kita berhenti di puncak keberhasilan, kita kehilangan makna hidup kita dan terperosok ke jurang kehampaan.

Pertanyaannya bukan hanya "apa yang kita impikan", tapi juga "apa yang ingin kita perjuangkan dan apa yang akan kita lakukan ketika impian itu tercapai".

Petualangan yang tiada akhir terkesan amat melelahkan, tapi sebenarnya, itulah yang membuat hidup kita dipenuhi makna. Jika Anda telah menetapkan pikiran Anda di tempat yang tepat, Anda dapat memiliki kepuasan di mana pun Anda berada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun