Justru suasana demikian malah saya temukan di warung-warung dekat rumah atau di perkumpulan komunitas. Ini semakin membingungkan terkait posisi sekolah sebagai tempat pencerahan.
Perbedaan mendasar antara diskusi dan debat terletak pada status kedua belah pihak. Dalam diskusi, pihak oposisi adalah kawan. Sedangkan dalam debat, pihak oposisi adalah lawan.
Diskusi melahirkan perbedaan pendapat untuk mencapai satu kesimpulan. Tetapi dalam debat, perbedaan pendapat adalah patokan nilai untuk menentukan siapa yang menjadi pemenangnya.
Dengan berdiskusi, kita bukan hanya mengetahui pendapat orang lain tentang ide kita, tapi juga pendapat kita tentang ide mereka. Kedua belah pihak saling bereaksi. Dan kunci terpentingnya, "mereka menyanggah, maka aku bertambah baik".
Tentu ruang kelas adalah tempat berdiskusi. Karena untuk ruang berdebat, kita punya tempat yang jauh lebih luas untuk itu: kompleks parlemen. Di sana kita bisa berdebat secara leluasa seperti anggota dewan. (Bahkan banyak kursi untuk dilemparkan ke lawan Anda).
Mengutamakan kedalaman dan bukannya keluasan
Siapa yang akan lebih mengetahui keindahan samudra: penyelam atau nelayan? Jawabannya jelas penyelam, karena mereka tahu apa yang ada di kedalaman samudra, sedangkan nelayan hanya sekadar tahu bahwa laut begitu ganas dan di situlah mereka bergantung.
Mungkin nelayan lebih banyak melihat keluasan laut, tetapi penyelam, meskipun hanya satu titik samudra yang diselaminya, mereka mengalami masa-masa yang indah dengan keajaiban dunia bawah laut.
Itulah gambaran saya tentang betapa pentingnya kedalaman pengetahuan daripada sekadar mengetahui banyak hal dan berhenti di permukaannya saja.
Paradigma kebanyakan orang percaya bahwa keluasan pengetahuan seseorang menggambarkan betapa geniusnya dia. Tapi apalah arti keluasan jika pengetahuan dia tidak cukup mendalam. Dalam istilah lokal: kagok! Tanggung! Setengah-setengah!
Lebih baik berdiskusi satu isu dan menggalinya hingga ke akar daripada berdiskusi banyak hal tetapi serba di permukaan.
Permasalahan ini mengantarkan kita pada dilematik antara spesialis dan multi-talenta. Tentu yang lebih baik adalah kedua-duanya atau yang umum disebut polimatik. Ilmuwan di zaman klasik banyak yang menjadi seorang polimatik.