Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Proyeksi Suasana Kelas yang Ideal dan Menginspirasi

28 Juli 2021   11:22 Diperbarui: 28 Juli 2021   12:00 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jika tidak ada perubahan, ruangan kelas akan lebih mirip seperti penjara | Ilustrasi oleh Free-Photos via Pixabay

Ada satu masalah fundamental yang sedari dulu saya benci tentang sekolah. Adalah jalannya pembelajaran di ruang kelas yang lebih mirip seperti penjara, bahkan lebih buruk.

Di kelas, saya mendapatkan tumpukan tugas dan tuntutan hafalan, belum lagi serangkaian ujian yang dipatok nilai minimumnya. Jika saya gagal dalam satu mata pelajaran, maka nilai keseluruhan saya akan terganggu hingga pada akhirnya menghambat kelulusan.

Dalam banyak kesempatan, saya tidak dibiarkan bertanya dan berpendapat. Bahkan ketika saya berhasil mengajukan pertanyaan, kadang-kadang, pertanyaan itu harus dijawab oleh saya sendiri dengan mantra, "Nah, itulah PR hari ini: mencari jawaban atas pertanyaan itu."

Dari waktu ke waktu, seiring meningkatnya jenjang saya, saya semakin bisa merasakan betapa mengungkungnya ruangan kelas bagi pemikiran kreatif. Ini bukan hanya soal pelajar, tapi juga guru.

Skenarionya begini: tidak semua pelajar kritis bisa terwadahi oleh guru, pun tidak semua guru kritis bisa dipahami oleh muridnya. Acapkali guru tidak membiarkan muridnya berpikir kritis karena dirundung oleh gengsi, takut kekalahan, atau tidak mampu mengimbangi.

Demikian pula pelajar yang biasanya punya kesenjangan pengetahuan yang teramat jauh dengan gurunya, sehingga guru mereka tidak bisa mengembangkan pengetahuannya di dalam kelas. Dengan sentuhan ironi: (semi) penjara itu kita sebut sebagai tempat belajar.

Lebih ironisnya, di dunia ini terdapat banyak penulis atau pemimpin besar yang mengembangkan ide-idenya di balik jeruji besi: Bapak Presiden Soekarno, Nelson Mandela, Adolf Hitler, Tan Malaka, Martin Luther King Jr., dan banyak lagi.

Ini bukan soal kedewasaan atau kecerdasan, apa yang lebih penting adalah soal kebebasan. Di penjara, orang masih punya kebebasan untuk berkreativitas. Sedangkan di ruang kelas, tempat yang seharusnya menjadi tanah inspirasi, kenyataannya tidak.

Masalah yang lebih besar muncul ke permukaan. Ketika ruang kelas terlalu mengungkung kebebasan dan kreativitas pelajar, mereka menjadi benci terhadap ilmu pengetahuan dan ujung-ujungnya sekolah hanya sebagai pembunuhan waktu yang sia-sia.

Jika satu generasi bangsa benci terhadap ilmu, maka di situlah titik kehancuran negara mulai terlihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun