Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Kekuatan Kata-Kata: Sebuah Mantra Kehidupan

24 Juli 2021   09:02 Diperbarui: 24 Juli 2021   09:24 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari mereka, kata-kata bisa menjadi mantra kehidupan yang mengubah wajah dunia. Dalam tulisan Nietzsche, "Yang aku butuhkan hanyalah selembar kertas dan sesuatu untuk menulis, dan kemudian aku bisa membalikkan jalannya sejarah."

Contoh kecilnya bisa kita temukan setiap kali ada kampanye calon pimpinan. Mereka memperdaya kita dengan segala buaian kata-kata manis, lalu kita pun mempercayainya tanpa pernah belajar hingga ujung-ujungnya ... tidak berbeda sama sekali.

Inilah yang pada akhirnya mendorong kita untuk bisa mengendalikan kata-kata. Lebih dari sekadar kumpulan huruf, kekuatan yang dimiliki kata-kata bisa sampai menentukan hidup dan mati kita. Mungkin itu terkesan berlebihan, tapi benar-benar nyata!

Seorang tetangga yang merasa tersinggung oleh kata-kata Anda mungkin saja mulai bertekad untuk menggorok leher Anda. Atau seorang teman sekolah yang dulu Anda katakan sebagai "dungu dan gendut" telah mencapai kesuksesan besar, lalu Anda iri dan menggantung diri.

Siapa sangka?

Tapi, ada kekuatan lain yang dihimpun oleh kata-kata, terlepas dari betapa berdosanya Anda jika berkata-kata buruk dan bahwa ucapan adalah doa (saya mengecualikan ranah metafisika).

Menentukan makna tuturan

Entah tertulis atau terucap, kata-kata yang Anda ujarkan akan sangat mungkin untuk disalahpahami maksudnya. Mungkin tidak begitu berat kalau percakapan terjadi secara langsung dan dua arah, tapi akan sangat merepotkan bagi seorang penulis ataupun orator.

Dalam sebuah adagium klasik, "Penulis buku sudah mati ketika tulisannya dibaca oleh khalayak." Atau seorang orator yang menyampaikan narasinya secara satu arah, maka sesudah itu akan sangat mungkin terdapat sekelumit kata-katanya yang disalah tafsirkan.

Katakanlah terdapat seorang wartawan yang sedang mewawancarai pembunuh bayaran. Wartawan tersebut bertanya, "Apakah Anda melakukannya sendirian?"

"Tidak," sergah tersangka, "kita melakukannya berempat dan masing-masing orang punya peranannya tersendiri."

Jika wartawan tersebut benar-benar mengerti, saya pastikan dia akan sangat marah kepada narasumbernya! Barangkali dia akan menyentak, "Mengapa Anda melibatkan saya? Bahkan saya tidak pernah mengenal Anda!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun