Ada kalanya saya merasa jenuh dalam menulis, bahkan saat kata pertama belum dituliskan. Jika alasan utamanya adalah karena malas, maka saya tidak pernah memaksakan diri untuk menulis. Tetapi pada konteks ini, saya merasa jenuh ketika ide yang muncul di kepala saya terlalu mainstream.
Pada momen itulah saya mulai tertarik untuk melakukan ritual-ritual khusus seperti berkomat-kamit di bawah pohon beringin untuk memanggil jiwa-jiwa kreatif dan menunggu sebuah bisikan halus yang mengandung ide cemerlang. Tapi itu konyol!
Atau kadang-kadang saya berharap punya nasib seperti Newton yang menemukan Teori Gravitasi karena tertimpa sebuah apel, atau seperti Archimedes yang menemukan Hukum Archimedes saat dia merendamkan badannya di bak mandi.
Apa pun itu, di mana momen "Eureka!" saya?
Dalam sebuah penelitian terkenal, Teresa Amabile, psikolog di Harvard University, meneliti tentang pengaruh iming-iming penghargaan terhadap pemikiran kreatif. Dia membagi satu tim sukarelawan menjadi dua kelompok di mana setiap kelompok diminta untuk membuat kolase.
Satu kelompok diberitahu bahwa karya mereka akan dinilai oleh sejumlah seniman dan bahwa kelompok yang menghasilkan kolase paling kreatif akan menerima penghargaan berupa uang. Sedangkan kelompok kedua hanya diminta untuk bersenang-senang.
Hasilnya sangat kontras. Ekspektasi terhadap penghargaan dan penilaian, bahkan pujian, menggilas kreativitas.
Amabile telah melakukan beberapa penelitian yang serupa, dan hasilnya tidak menunjukkan perbedaan: momen paling kreatif seseorang terjadi ketika dia merasa termotivasi secara internal, utamanya oleh minat, kesenangan, kepuasan, dan tantangan pekerjaan itu sendiri.
Amabile menyebut dorongan itu dengan "Motivasi Intrinsik".
Tekanan eksternal, sekalipun oleh iming-iming penghargaan berupa uang, tidak meningkatkan kreativitas secara signifikan, malahan terkesan seperti memberi beban kepada pelaku yang pada akhirnya menghambat kreativitas.
Jika kita ingin mengaitkan hasil penelitian ini dengan keadaan yang terjadi di Indonesia, barangkali para pelajar yang terlalu banyak dibebankan tugas dan ujian malah akan tertahan jiwa kreatifnya. Bahkan dalam konteks yang sama juga terjadi di lingkungan perusahaan.